Cegah Kenakalan, Sekolah Diminta Adakan Mulok Multimedia
TANGERANG, TANGERANG EKSPRES.CO.ID - Fenomena membuat konten dengan menyetop truk-truk besar yang dilakukan gerombolan bocah belasan tahun mendapat sorotan. Karena membuat konten dengan cara menyetop truk-truk besar sering merenggut nyawa dari mereka. Belum lama ini peristiwa mengadang truk tronton menewaskan remaja belasan tahun itu terjadi di Jalan Otista Raya, Kecamatan Karawaci, Jumat (3/6) pekan lalu Selang beberapa hari, peristiwa nahas itu kembali terjadi. Bocah belasan tahun terlindas truk tronton pengangkut tanah di Jalan M Toha, Kecamatan Karawaci pada Selasa, (7/6/2022) dini hari. Anggota DPRD Kota Tangerang Syaiful Milah prihatin dan miris dengan fenomena anak-anak yang baru beranjak dewasa itu. Dia menyoroti fenomena kenakalan anak-anak yang beranjak dewasa tersebut. Menurutnya fenomena ini bisa terjadi disebabkan karena tidak wadah kreatifitas bagi anak untuk mengeksplorasi minatnya. Terutama dalam pemanfaatan teknologi smartphone dalam membuat konten secara positif dan terarah. "Sebenarnya mereka itu butuh arahan dan bimbingan. Bagaimana kreatifitas mereka dalam hal ini membuat konten yang positif dan terarah. Tidak membahayakan dirinya seperti menyetop truk hingga merenggut nyawa dari mereka," ujar Syaiful Milah. Anggota Komisi II ini menuturkan, usia produktif masa pubertas itu membutuhkan bimbingan dan edukasi yang ekstra. Pihaknya meminta orangtua dan lembaga pendidikan untuk dapat memberikan bimbingan dan edukasi terkait penggunaan teknologi dan penyaluran kreatifitas anak tersebut secara positif dan terarah. "Edukasi membuat konten yang bisa viral tapi enggak bahaya," katanya. Menurutnya, jika diperlukan di sekolah diadakan muatan lokal atau ekstra kurikuler tentang pembuatan konten. Sehingga, minat anak tersalurkan. "Kreatifitas anak yang membuat konten tujuannya untuk viral. Nah tugas orangtua dan sekolah harus dapat menyalurkan itu secara positif dan terarah. Jangan dilepas gitu aja, ini akibat di lepas dari pengawasan sehingga maut menjemput," tandasnya. Syaiful menguraikan, fenomena ini menjadi sebuah tanggung jawab bagi keluarga, sekolah dan pihak pemerintah termasuk aparat kepolisian untuk menanganinya. "Dinas Pendidikan dan DP3AP2KB menggandeng pihak kepolisian harus turun. Kita ingin ada penyuluhan orang tua. Ini bukan hanya pemerintah, tapi keluarga. Pemerintah harus juga membuat kepanjangan tangan untuk membangun sebuah keluarga yang baik," papar Syaiful, politisi dari Fraksi Golkar. Saiful menegaskan, harus ada pembekalan yang serius untuk masyarakat dalam menghadapi fenomena kenakalan anak-anak ini. Dengan melalukan pendekatan dan pembinaan baik soal fenomena konten ini. "Intinya semua pihak harus bergandengan tangan untuk melakukan pencegahan terkait fenomena ini," tuturnya. Menurut Saiful, anak belasan tahun ini rata-rata belum dapat membedakan secara kongret baik dan buruk yang mereka lakukan. Keterlibatan dan kesadaran orang tua dalam pengawasan dan pembinaan kepada anak itu sangat penting. "Baiknya anak-anak itu diarahkan kepada kegiatan yang positif. Seperti diadakan Mulok (muatan lokal) di sekolah bidang penggunaan multimedia seperti membuat konten positif yang mereka ingin Viral," pungkasnya (raf)
Sumber: