Seminggu, Tatap muka di sekolah Hanya Sekali

Seminggu, Tatap muka di sekolah Hanya Sekali

CIPUTAT-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Tangsel telah menyiapkan skenario dalam menghadapi new normal (kebiasaan baru). Belajar mengajar kembali digelar di sekolah. Skenario dibuat untuk mencegah penularan Covid-19. Kepala Dindikbud Kota Tangsel Taryono mengatakan, skenario pembelajaran tatap muka di Tangerang Raya mengacu pada surat keputusan bersama (SKB) Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, yakni pembelajaran tatap muka bisa dilakukan ketika status Covid di daerah sudah zona hijau. "Sekarang Kota Tangsel masih zona kuning, jadi belum bisa menerapkan pembelajaran tatap muka masa transisi," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (6/8). Taryono menambahkan, dengan SKB empat menteri, maka semua lembaga pendidikan baik sekolah, madrasah dan perguruan tinggi sepakat dan tunduk. Dalam rangka untuk memberikan sosialisasi persiapan ketika nanti pada saat zona hijau dan bisa tatap muka maka dindikbud melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah. Sosialisasi dilakukan karena berdasarkan SKB empat menteri sekolah boleh buka atau tidak itu, berdasarkan atas empat hal, yakni keputusan status dari tim gugus covid-19, kebijakan pimpinan daerah, kesiapan sekolah dalam menjalankan protokol covid-19 serta izin orangtua. "Kalau orangtua tidak ngasih izin, maka anak masih belajar jarak jauh atau daring," tambahnya. Masih menurutnya, bila status Covid-19 di Kota Tangsel sudah zona hijau maka pembelajaran tatap muka masa transisi akan dilakukan. Namun belum bisa dipastikan kapan. Bila sudah zona hijau maka dindikbud sudah menyiapkan skenario pembelajaran tatap muka. Yakni sekolah dan siswa tetap harus lakukan protokol kesehatan, yakni jarak tempat duduk minimal satu meter, tidak boleh ada kerumunan, selalu pakai masker, sering cuci tangan dengan sabun, dan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 38 derajat. Untuk menjalankan skenario itu, maka sekolah harus menyiapkan dan punya pengukur suhu tubuh. Memastikan sekolah menyiapkan sarana prasarana, baik wastafel dan sabun cuci tangan yang memadai dengan jumlah siswa. "Juga dipastikan toilet berfungsi dengan baik, pastikan sekolah punya cairan disinfektan," jelasnya. Sampai nanti ke tahap tatap muka, akan terus dilakukan sosialisasi. Saat ini baru 75 persen sekolah yang sudah siap melakukan pembelajaran tatap muka masa transisi. Selama pembelajaran tatap muka masa transisi, pembelajaran tidak akan penuh dilakukan. Artinya, jumlah siswa dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok A, B dan C. Kelompok A hari Senin belajar di sekolah dan kelompok lainnya libur. Kemudian Selasa libur dan ruangan disemprot cairan disinfektan. Selanjutnya, kelompol B hari Rabu masuk, kelompok lainnya libur. Kamis sekolah libur dan dilakukan penyemprotran disinfektan. Kemudian, Kamis kelompok C masuk dan kelompok lainnya libur, dan Jumat libur dan dilakukan penyemprotran disinfektan. "Pembelajaran tatap muka di sekolah hanya satu hari dalam satu minggu. Sisanya belajar jarak jauh. Pembelajaran ini hanya berjalan selama dua bulan," ungkapnya. Mantan Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Tangsel ini menuturkan, pembelajaran masa transisi hanya dua jam efektif dan tidak ada istirahat, tidak ada ekstrakurikuler, tidak ada kantin yang buka dan siswa harus bawa makan minum sendiri. Pembelajaran masa transisi rencananya akan dimulai tingkat SMP dulu dan dilanjutkan tingkat SD. Bila masa transisi sudah berhasil maka akan dilanjut ke dalam kebiasaan baru. Di masa kebiasaan baru, dindikbud telah menyiapkan skenario, yakni siswa dibagi dua kelompok belajar dan dalam satu minggu, hanya dua kali belajar tatap muka di sekolah. Waktu belajar tetap dilakukan selama dua jam. Untuk memastikan kesiapan sekolah, dindikbud akan melakukan simulasi pembelajaran tatap muka sekolah model di tengah pandemi Covid-19. "Sekolah model diperkirakan akan kita lakukan September dan akan dihadirkan pihak sekolah, siswa, tim gugus tugas serta orangtua siswa," tuturnya. (bud)

Sumber: