DLHK Selidiki Amdal Kandang Ayam

DLHK Selidiki Amdal Kandang Ayam

TIGARAKSA - Aksi demo yang dilakukan warga Kampung Daon Teko, RT 21/05, Desa Pengarengan, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, berbuntut panjang. Pemkab Tangerang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLHK), mulai menyelediki kelayakan serta dokumen yang berkaitan dengan amdal atau analisis dampak lingkungan. Gelaran aksi demo warga di depan kandang ayam pemilik PT. Kemiri Jaya Farm, menuntut perusahaan menutup kandang, karena diduga mencemari polusi udara. Kepala DLHK Kabupaten Tangerang, Ahmad Taufik mengatakan, membutuhkan waktu untuk memastikan terjadinya pencemaran lingkungan menurut yang tertera dalam dokumen Amdal. Ia memastikan, tim lapangan dari dinas sudah memeriksa keberadaan kandang ayam serta dokumen perusahaan. Namun, masih memerlukan waktu untuk memastikan adanya pencemaran atau tidak. "Kalau milik perseorangan dengan perusahaan itu beda. Dokumen yang harus diperiksanya pun beda. Kita fokus pada dokumen amdal. Acuannya disana. Tim lapangan sedang memeriksa dan sejauh ini saya belum bisa menyampaikan lebih jauh. Karena masih kita kaji dan kumpulkan bukti-bukti yang dimaksudkan warga," katanya kepada Tangerang Ekspres, kemarin. Kata Taufik, perihal penjatuhan sanksi perlu ada kajian lebih luas dibandingkan dokumen amdal. "Kaitan bangunan harus ke perizinan. Apa ada izin mendirikan bangunannya (IMB). Kaitan dengan tenaga kerja juga kemarin tidak seberapa dari warga sekitar. Itu juga harus ke dinad tenaga kerja. Jadi banyak yang harus dilibatkan apabila ada penjatuhan sanksi. Untuk lingkungan hidup kaitannya sedang kita lakukan pemeriksaan," ujarnya. Seperti yang diberitakan sebelumnya di Tangerang Ekspres, perwakilan warga setempat Abrag mengungkapkan, mengeluhkan keberadaan ternak ayam di tengah-tengah perkampungan sejak lama. Namun belakangan, selain dipicu bau busuk dari kandang tersebut, juga warga kekurangan air bersih karena pemilik ternak membuat empat sumur satelit. “Keluhan warga terhadap bau kandang sejak lama, namun belakangan warga mulai kekurangan air bersih lantaran pihak pengelola ternak membuat sumur satelit,” ujarnya. Abrag menambahkan, selain warga Desa Pengarengan, Rajeg, ternyata warga Desa Kemiri, Kecamatan Kemiri, juga terkena dampak bau dan kekeringan. Warga mendesak pemilik ternak ayam yang sudah beroperasi sejak 1995 ini untuk segera menutupnya. “Jika tidak segera ditutup, maka warga sekitar akan terus menerima dampak bau dan kekeringan disaat kemarau seperti sekarang ini. Warga juga akan melaporkan ke pemerintah setempat,” tandasnya. (sep/mas)

Sumber: