Turunkan Konsumsi Beras, Gerakan Makan Tanpa Nasi Dikenalkan

Turunkan Konsumsi Beras, Gerakan Makan Tanpa Nasi Dikenalkan

TIGARAKSA – Potensi pangan lokal yang berlimpah, perlu dikenalkan kepada masyarakat sebagai alternatif pangan sumber karbohidrat. Gerakan tersebut dinamakan Gerakan Makan Tanpa Nasi (Gentanasi). Gentanasi bukan berarti tidak makan nasi sama sekali. Melainkan dalam satu bulan mengganti satu kali waktu makan dalam sehari, dengan pangan lokal selain nasi. Kepala Puskesmas Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, drg. Eko Hartati, Mars, memaparkan, pola konsumsi pangan penduduk Indonesia belum beragam dari jenis pangan dan keseimbangan gizinya. Kata drg. Eko Hartati, masyarakat di Kecamatan Tigaraksa setiap harinya terbiasa mengkonsumsi nasi. Sehingga sulit untuk mengkonsumsi makanan selain nasi. "Upaya menurunkan konsumsi beras dan terigu harus diikuti dengan penyediaan pangan karbohidrat dari pangan lokal seperti sagu, singkong, ubi jalar, sukun, ganyong, pisang, dan sebagainya," kata drg. Eko Hartati, saat ditemui di Puskesmas Tigaraksa, Rabu (8/7). Menurutnya salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pola konsumsi beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA). Kegiatan tersebut terus disosialisasikan kepada kader posyandu di desa atau kelurahan yang terdapat di bawah naungan Puskesmas Tigaraksa. Kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kreasi menu pangan lokal berbahan dasar selain beras dan terigu. Bahan dasar tersebut seperti pisang, ubi, jagung, dan sagu. "Kita tidak bisa bergantung sepenuhnya terhadap beras, tetapi menggantinya dengan kearifan lokal yang kita miliki. Untuk itu saya harapkan para ibu dapat mengkreasikan menu pangan lebih beragam dan bergizi" kata drg. Eko Hartati. Lebih lanjut drg. Eko Hartati menjelaskan, gerakan tanpa nasi merupakan program yang berdampak positif dalam mengurangi ketergantungan masyakat terhadap nasi. "Melalui Gentanasi, ketergantungan masyarakat terhadap beras bisa dikurangi. Untuk itu program ini harus terus digencarkan," katanya. Salah satu kearifan lokal yang perlu dikembangkan adalah makanan jagung rebus, pisang rebus, kumbili maupun ubi-ubian. Makanan tersebut merupakan sumber makanan alternatif bagi masyarakat Tigaraksa. Sementara itu, Sumyati, Kader PKK Kecamatan Tigaraksa, mengaku gerakan satu hari dalam satu bulan tidak mengkonsumsi nasi memang diperlukan bagi masyarakat. Meski sosialisasi yang dilakukan belum sepenuhnya diterima masyarakat, minimal masyarakat sudah memahaminya. "Kebiasaan mengkonsumsi nasi bagi masyarakat memang sulit dihilangkan. Untuk itu, dalam satu bulan minimal satu hari saja tidak mengkonsumsi nasi," tegas Sumyati. (mas)

Sumber: