PDP Meninggal Lebih Banyak, PSBB Belum Mampu Mengerem Sebaran Corona

PDP Meninggal Lebih Banyak, PSBB Belum Mampu Mengerem Sebaran Corona

TANGERANG-pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah berlangsung 12 hari. Namun, jumlah kasus Corona belum menurun. Khususnya di tiga wilayah yang masuk zona merah. Kota Tangerang, Kota Tangsel dan Kabupaten Tangerang. Kasus meninggal dunia pada pasien dalam pengawasan (PDP) lebih banyak dibanding yang positif Covid-19. Berdasarkan data yang dirilis Pemprov Banten, Rabu (29/4), PDP meninggal dunia 148 orang. Terbanyak Kota Tangsel 56 orang, disusul Kota Tangerang 45 orang dan Kabupaten Tangerang 22 orang. Sementara kasus positif Covid-19 meninggal dunia sebanyak 46 orang. Jumlah terbanyak Kota Tangerang, 20 orang. Kota Tangsel 19 orang dan Kabupaten Tangerang 5 orang. Untuk seluruh Banten, jumlah yang sembuh 59 atau melebihi jumlah yang meninggal. Warga yang dirawat juga belum menurun. Justru makin meningkat. Saat ini 227 orang masih dirawat, sehari sebelumnya 218 orang. Sementara untuk kasus PDP, terjadi penurunan pada pasien yang dirawat. Sehari sebelumnya 905 turun menjadi 875 orang. Secara umum di Kota Tangerang, Kota Tangsel dan Kabupaten Tangerang belum terjadi penurunan kasus positif Corona. Untuk itu, ketiga daerah tersebut mengajukan perpanjangan PSBB kepada Gubernur Banten. Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany sudah mengajukan surat perpanjangan PSBB kepada gubernur. Pemberlakukan PSBB di Kota Tangsel telah dimulai sejak 18 April dan akan berakhir 1 Mei mendatang atau selama 14 hari. Pemberlakukan PSBB dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang masuk zona merah. Namun, sudah 12 hari pelaksanaan PSBB belum mampu meredam penyebaran virus Corona. Setiap hari masih ditemukan kasus ODP, PDP, positif maupun meninggal dunia. "Karena ini adalah kebersamaan dengan Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangsel, maka kita akan mengikuti kebijakan dari Gubernur Banten," ujarnya kepada wartawan, Rabu (29/4). Ia mengaku melakukan evaluasi pelaksanaan PSBB setiap malam. Airin mengaku terus berdiskusi dengan direktur rumah sakit dan ahli kesehatan. "Kami tidak bisa menunjukkan relevansi antara PSBB dengan data ODP, PDP, dan positif," jelasnya. Wanita berkerudung ini menjelaskan, di satu sisi, kepatuhan masyarakat terhadap PSBB masih selitar 60 persen dan belum 80 persen. Dan kalau berhasil itu ideal mencapai 90 persen. "Apakah ada relevansinya antara kepatuhan PSBB dengan berapa jumlah kasus ODP, PDP dan positif, karena rapid test dan swab yang kita lakukan sebenarnya akurat, tapi belum real time," jelasnya. Ibu dua anak ini menuturkan, apakah PSBB yang dilakukan bisa mengurangi jumlah kasus ODP, PDP atau positif, ia tidak mengetahui dengan pasti. Karena, Pemkot Tangsel tidak punya data akurat real time. Namun, dipastikan ODP, PDP dan positif terus dilakukan pemantuan, serta rapid test terus lakukan. Airin menjelaskan, PSBB dilakukan dengan tujuan memastikan bahwa petugas medis siap. Jangan sampai tidak ada PSBB jumlah kasus bertambah banyak. Rumah sakit tidak siap, "Ini seperti yang terjadi di awal, sehingga terjadi banyak kasus dan yang meninggal. Untuk melandaikan maka kerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan taati peraturan PSBB," ungkapnya. Ia menuturkan, berdasarkan data masih ada penambahan kasus dan tidak berkurang, baik ODP, PDP, posotif dan meninggal dunia. Salah satu indikator kenapa Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang akan melanjutkan PSBB, adalah kepatuhan masyarakat belum ada. Hal itu juga salah satu ukuran indikasi Pemkot Tangsel apakah akan melanjutkan PSBB atau tidak. Evaluasi terus dilakukan pemkot. Bila PSBB diperpanjang maka harus ada sesuatu yang beda. "Kebijakan pusat saat pelaksaan PSBB targetnya tidak boleh keras. Sehingga kita akan terus melakukan imbauan dan mengingatkan masyarakat," tuturnya. Airin mengungkapkan, ada beberapa indikator PSBB lanjut atau tidak. Bukan hanya dari satu sisi. Tapi melihat indikator lainnya. Jakarta juga melakukan PSBB tambahan dan termasuk Jawa Barat. "Kalau kita tidak menambah PSBB kan sayang dan tak maksimal. Karena, satu kesatuan dari pemutusan mata rantai virus Corona di wilayah Jabodetabek. Tidak hanya Jakarta atau Jawa Barat saja atau Tangerang Raya saja. Nanti banyak hal yang akan saya sampaikan ke Gubernur Banten, manakala kita akan lakukan rapat evaluasi apakah diperpanjang atau tidak," tutupnya. Walikota Tangerang Arief R Wismansyah kemarin menggelar rapat dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda). Masalah utama yang dibahas, soal PSBB. Arief mengatakan, PSBB diperpanjang karena penyebaran wabah virus Corona belum putus. Pada PSBB periode pertama yang dua hari ke depan akan berakhir, jumlah penderita Corona mengalami penurunan. "Di Kota Tangerang akan diperpanjang PSBB selama 14 hari. Jadi, tanggal 1 Mei pukul 00.00 hingga 15 Mei mendatang. Penambahan PSBB ini, karena penurunan belum maksimal. Sehingga PSBB kami perpanjang dengan harapan ada penurunan kasus setiap harinya," ujarnya saat ditemui Tangerang Ekspres di Puspemkot Tangerang, Rabu (29/4). Arief menambahkan, PSBB jilid dua tersebut, titik-titik keramaian akan dijaga ketat petugas. Akan ada penambahakan 15 titik chek point yang akan digeser lokasinya ke titik keramaian. "Untuk chek point kita tambah menjadi 15 titik. Tetapi ada 6 titik ditaruh di tempat keramaian. Seperti pasar, penjualan takjil dan lainnya agar masyarakat semakin disiplin,"paparnya. Mengenai masalah sanksi, Arief mengaku, selama PSBB tahap pertama dan kedua mendatang tidak ada sanksi tegas kepada masyarakat yang melanggar aturan PSBB. Hanya saja para pelanggar diberikan edukasi dan imbuan mengenai aturan PSBB. "Sanksi tegas para pelanggar sejauh ini tidak ada. Kita hanya memberikan edukasi dan sosialiasi kepada masyarakat. Salah satunya yang tidak menggunakan masker maka kami mewajibkan menggunakan masker,"ungkapnya. Ia menuturkan, mengenai perusahaan atau industri di PSBB tahap dua tetap bisa beroperasi. Selama PSBB jilid pertama, masih terdapat industri yang tidak disiplin dengan aturan. Hal ini, akan ditertibkan pada PSBB jilid dua. "Sekarang kita kendalikan. Kalau mereka masih ramai pas berangkat dan pulang kantor. Kita akan tertibkan agar mereka enggak berkemurun,"pungkasnya. (bud/ran)

Sumber: