Warga Blokir Jalan Tol, Banjir di Perbatasan, Minta Gubernur Turun Tangan

Warga Blokir Jalan Tol, Banjir di Perbatasan, Minta Gubernur Turun Tangan

TANGERANG-Banjir terjadi empat kecamatan yakni Cikupa, Curug, Pasarkemis, Balaraja dan Tigaraksa. Selain menimbulkan kerugian, banjir kali ini memakan korban. Satu warga tewas terbawa arus saat melintasi terowongan tol di Pasir Randu, Desa Cibadak, Kecamatan Cikupa. Korban atas nama Dulatif berprofesi sebagai Security PT Korindo. Selain memakan korban, banjir ketujuh kalinya di Februari, memaksa ibu-ibu rumah tangga memblokir jalan tol Jakarta-Cikupa, tepatnya di Pintu Tol Bitung 2. Mereka berasal dari Desa Kadu, Kecamatan Curug. Ibu-ibu ini membawa batu dan payung memblokir jalan tol selama dua jam sejak pukul 08.00 WIB. Alasannya, saluran air ditutup saat proyek pelebaran jalan tol yang berimbas banjir. Batu dilempar ke jalan tol. Ukuranya bervariasi. Ada yang besar dan kecil. Sembari membawa payung, ibu-ibu berdiri di tengah jalan tol. "Saluran air mampet karena ada jalan tol ini. Rumah kami kebanjiran," kata salah seorang warga. Banjir menggenangi rumah mereka hingga 80 sentimeter. Menurut Kades Kadu, Kecamatan Curug, Asdiansyah sejak ada pelebaran jalan tol di Bitung, saluran air di lingkungan warga mampet. Efeknya, ratusan rumah terendam saat musim hujan. Bahkan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Petugas kepolisian dan perwakilan dari PT Jasamarga datang ke lokasi. Setelah berdialog, akhirnya warga mau membubarkan diri. Jalan tol pun dibersihkan. Batu-batu yang berserakan diambil petugas tol. Lalulintas jalan tol kembali normal. Banjir kembali terjadi di Kabupaten Tangerang, termasuk di wilayah yang berbatasan dengan Kota Tangerang, kemarin. Di Villa Regency, Gelam Jaya, Pasarkemis, dan Priuk Jaya, Kota Tangerang. Sumber banjir dari kedua wilayah adalah Sungai Cirarab. Luapan sungai tersebut merendam Pasarkemis dan Priuk Jaya. Bupati Tangerang, A. Zaki Iskandar mengatakan, bakal melibatkan Pemprov Banten dalam pembuatan masterplan penanggulangan banjir. Khususnya, di daerah perbatasan dengan Kota Tangerang. Termasuk revitaliasai sungai Cirarab dan situ-situ maupun danau yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. “Mudah-mudahan Pak Gubernur bisa menjadi lokomotif terutama di dearah-daerah yang berbatasan antar Kota dengan Kabupaten Tangerang. Juga beberapa aset provinsi baik di kota maupun kabupaten bisa meminimalisir banjir yang terjadi,” jelasnya usai penyerahan aset di Pendopo Bupati Tangerang, Selasa (25/2). Zaki menerangkan, banjir yang diakibatkan meluapnya sungai Cirarab memerlukan perencanaan dan peran dari Pemprov Banten. “Lintasan sungai Cirarab ini bukan saja melalui kabupaten tapi juga Kota Tangerang. Jadi harus hadir provinsi juga termasuk Kali Sabi juga ada beberapa aliran anak sungai yang betul-betul bisa kita revitaliasasi,” jelasnya. Senada, Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang, Moch. Maesyal Rasyied menginstruksikan kepada camat dan unsur muspika agar membantu penanganan korban banjir. Ketinggian air bervariasi mulai dari 50 hingga 60 sentimeter. “Pak camat dan muspika agar melakukan langkah-langkah penanggulangan awal. Gotong royong bersama warga, dan pemerintah desa. Juga mengirimkan bantuan yang dibutuhkan korban banjir. Badan penanggulangan bencana sudah dikirimkan juga pompa agar menyedot air. Mudah-mudahan cepat surut dan kembali normal,” tutupnya. Walikota Tangerang Arif R Wismansyah mengatakan akan terus berkoodinasi dengan Bupati Tangerang mencari solusi terbaik mengatasi banjir di wilayah perbatasan. Karena, ada kewenangan yang tidak bisa dijalankan Pemkot Tangerang dan Pemkab Tangerang. Yakni, revitalisasi sungai dan situ yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. "Bersama Pak Bupati kita akan koordinasi dengan pemerintah pusat, untuk mencari solusi mengatasi banjir ini. Ketua DPRD Kota Tangerang Gatot Wibowo menegaskan, persoalan banjir di perbatasan tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut saja. Menurutnya, walikota perlu mencari solusi ke pemerintah pusat. Banjir di Priuk Jaya ini juga menjadi catatan Dewan yang akan dibahas pada perencanaan anggaran 2021. "Pasti nanti kita bahas bersama pemkot untuk tahun anggaran 2021. Yang lebih penting, perlu koordinasi yang erat dengan Kabupaten Tangerang, untuk bersama-sama mencari solusi. Salah satunya, meminta pemerintah pusat membereskan masalah sungai dan situ yang menjadi banjir di Tangerang," paparnya. Arief akan memanggil pengembang perumahan Garden City, untuk membedah perizinannya. Karena perumahan tersebut memperoleh izin tahun 2007. Menurut Arief, banjir di Garden City, pihak pengembang yang harus membereskan sumber banjir. "Harusnya hari ini (kemarin) kita lakukan pemanggilan, karena ini banjir maka akan kita panggil ulang. Pihak pengembang harus bertanggung jawab dengan adanya banjir, kita meminta dilakukan penurapan. Jika tidak ada tanggung jawab, maka izin mereka akan kita cabut," tegasnya. Lanjut Arief, pompa air berkekuatan besar terus difungsikan, agar air yang ada di perumahan Garden City cepat surut. Warga juga sudah diungsingkan. "Kita terus mengupayakan dengan cara penyedotan, mudah-mudahan hujan tidak turun lagi. Kebutuhan warga dan posko kesehatan sudah kami dirikan, bahkan petugas dari pemkot juga sudah terjunkan untuk membantu warga," katanya saat peninjauan banjir bersama Kapolda Metro Jaya Irjan Nana Sujana, Selasa (25/2). Kapolres Metro Tangerang Kombes Pol Sugeng Hariyanto, dan Dandim 0506 Kolonel Inf Wisnu Kurniawan ikut mendampingi Kapolda di Kelurahan Gebang Jaya, Kecamatan Periuk. Banjir di lokasi tersebut setinggi 120 sentimeter. Nana mengatakan, peninjauan banjir terparah di Kota Tangerang untuk memastikan sejauh mana banjir tersebut. Bahkan berdasarakan informasi dari Walikota Tangerang dan Kapolres Metro Tangerang Kota banjir terparah berada di Kecamatan Priuk. "Kami cek memang paling dalam itu ada 120 sentimeter," ujarnya. Kapolda menegaskan, anggota siap siaga membantu evakuasi dan siap mengamankan rumah yang ditinggalkan pemiliknya mengungsi. Banjir di Kelurahan Gebang Jaya, Kota Tangerang sudah dua hari satu malam karena curah hujan yang sangat tinggi. Sebanyak 782 kepala keluarga terdampak banjir. "Saya mendapatkan data, jumlah yang terdampak banjir di lokasi ini ada 1.882 orang, dan tadi (kemarin) sudah kita lakukan evakuasi sekira 170 orang. Saat ini ada di posko pengungsian,"paparnya. Nana menambahkan, untuk mengantisipasi adanya tindakan kriminal, pihaknya dibantu TNI dan Pemkot Tangerang melakukan patroli 24 jam untuk melakukan pemantauan di rumah warga yang ditinggalkan mengungsi. "Kita jamin keamanan rumah warga dari tindak kriminal, karena kami siagakan pasukan. Pasukan ini akan kami tempatkan sampai banjir benar-benar selesai dan tidak ada lagi warga yang mengungsi," ungkapnya. (asep/ran)

Sumber: