Kecelakaan Akibat Rem Blong, Menhub: PO Bus Sriwijaya Terancam Sanksi

Kecelakaan Akibat Rem Blong, Menhub: PO Bus Sriwijaya Terancam Sanksi

JAKARTA – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) saat ini sudah menyimpulkan penyebab kecelakaan bus Sriwijaya Mitsubishi Fuso BM dengan nomor polisi BD 7031 AU di Kota Dempo Tengah, Pagar Alam, Sumatera Selatan, Senin (23/12). Investigator Sub Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Achmad Wildan mengatakan bus mengalami rem blong. Hanya saja, penyebab rem blong bukan dikarenakan kondisi bus tidak baik. “Bus secara administratif masih laik jalan,” kata Wildan seperti dikutip Republika.co.id, Rabu (25/12). Dia menjelaskan pengemudi saat melalui turunan panjang dan berkelok menggunakan gigi persneling tinggi. Hal tersebut menurut Wildan menyebabkan exhaust brake dan engine brake tidak bekerja optimal. Kondisi tersebut memaksa service brake bekerja maksimal. “Service brake yang bekerja maksimal memicu terjadinya overheat pada kampas,” tutur Wildan. Menurutnya, saat kampas mengalami overheat membuat permukaan geseknya menjadi nol. Sehingga, kata Wildan, hal tersebut menurunkan brake efectivity yang dapat dikatakan sebagai fenomena brake fading. “Pada saat brake fading system, rem bekerja namun tidak mampu mencegah roda berhenti berputar atau yang orang awam bilang rem blong,” ujar Wildan. Sebelumnya, dari hasil pemeriksaan geometrik jalan, ditemukan hasil kondisi jalan ekstrem dengan turunan dan tikungan tajam. Wildan mengatakan di lokasi kecelakaan tersebut juga tidak ditemukan skid mark yang menandakan tidak adanya upaya pengereman. Wildan mengatakan, pagar jalan berupa beton seharusnya paling tidak satu meter namun yang ditemukan tidak sesuai. “Namun justru pada titik jatuh, pagar jalan lebih rendah setinggi 50 centimeter dengan lebar 25 centimeter sepanjang 10 meter,” ujar Wildan. Wildan menambahkan, pemeriksaan juga dilakukan bersama saksi kecelakaan tersebut. Dari pemeriksaan saksi, kata Wildan, pengemudi tidak dalam keadaan lelah karena baru saja beristirahat sejam sebelum kecelakaan terjadi. Sebelum terjadi kecelakaan, lanjut Wildan, bus sempat mengalami insiden berserempet dengan mobil Avanza dan terjadi ketegangan dan menyita waktu. Selain itu, roda kiri bus tersebut juga sempat masuk drainase dan tidak bisa keluar. “Sampai akhirnya ditarik oleh bus Sriwijaya lainnya untuk keluar dari parit,” tutur Wildan. Berdasarkan keterangan penumpang, lanjut dia, diperoleh keterangan sesudah keluar dari drainase pengemudi memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Hal tersebut disinyalir untuk mengejar waktu yang hilang atas dua insiden sebelumnya. Selain itu, berdasarkan keterangan penumpang yang tidak tidur saat memasuki jalan menurun panjang, berkelok, dan kecepatan tinggi, pengemudi sering melakukan pengereman saat di tikungan. “Tidak terdapat suara //exhaust brake// hanya terdengar suara berderit,” jelas Wiladan. Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan perusahaan otobus (PO) Sriwijaya terancam sanksi atas kecelakaan di Liku Lematang, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, yang membuat nyawa 31 orang melayang. Meski demikian, Budi tak menyebut sanksi yang kemungkinan didapatkan PO tersebut karena harus diinvestigasi lebih lanjut. "Tergantung case apa, kalau memang mobil itu tidak di rampcheck, ada suatu law enforcement yang tegas. Mereka harus diatur," katanya ditemui seusai bersilaturahmi ke kediaman dinas Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rangka Natal 2019 di Jakarta, Rabu (25/12). Budi Karya menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian nahas tersebut. Kementerian Perhubungan, lanjut dia, juga telah melakukan upaya intensif untuk mengerahkan beberapa staf Direktorat Jenderal Perhubungan Darat serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Manifes tak Pasti Ketidakpastian manifes penumpang bus Sriwijaya yang terjun ke Sungai Lematang, Kota Pagaralam, Sumatra Selatan menjadi kesulitan bagi tim SAR gabungan dalam memastikan jumlah korban. Kepala Kantor Basarnas Palembang Berty D.Y. Kowaas mengatakan sampai pencarian hari kedua, masih menunggu laporan masyarakat yang merasa anggota keluarganya ikut dalam perjalanan bus tersebut. "Untuk itu, pencarian akan kami lakukan sampai semua korban sudah ditemukan," ujar Berty, Rabu (25/12). Tim SAR gabungan sejauh ini berpegang dengan data Polda Sumsel yang menyatakan terdapat 54 penumpang dalam bus Sriwijaya saat terjadinya kecelakaan. Sebanyak 27 penumpang naik dari loket resmi di Bengkulu dan sisanya naik dari pinggir jalan. Sementara itu, data tim SAR terbaru hingga Rabu pukul 16.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat 34 orang, terdiri atas 16 laki-laki dan 12 perempuan, serta korban selamat 13 orang. Jika mengacu data Polda Sumsel (54 orang) dengan data terbaru yang telah dievakuasi (47 orang), masih ada tujuh korban lagi yang perlu dicari.(rep)

Sumber: