Viral Pidato Peringatan Hari Guru Nadiem: ‘Perubahan Penuh dengan Ketidaknyamanan’
JAKARTA - Tiga hari menjelang Hari Guru yang jatuh setiap 25 Desember, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim, menulis pidato. Isinya, berbeda dari menteri pendahulunya. Isi teks pidato yang diunggah Kemendikbud pada Jumat (22/11) itu sempat menjadi viral. Mantan bos Gojek itu di awal pidatonya meminta maaf. Karena isi pidatonya berbeda dengan pidato para menteri pendidikan sebelumnya. Sebab biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata yang inspiratif dan retorik. "Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauku," ujar Nadiem dalam kutipan pidato tersebut. Nadiem mengakui tugas guru adalah termulia sekaligus tersulit. Karena memiliki tugas untuk membentuk masa depan bangsa. Namun lebih sering diberi aturan ketimbang dengan pertolongan. "Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," tutur Nadiem merasakan kesulitan para guru di Indonesia. "Anda frustasi, karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal. Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi," sambung Nadiem. Nah, dengan kegelisahan para guru itu, maka Nadiem berjanji tidak akan mengumbar janji kosong. Namun akan berusaha mewujudkan mimpi para guru tersebut menjadi kenyataan. "Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia," kata Nadiem. Sementara itu saat acara Mata Najwa On Stage yang digelar di UTC Semarang pada Sabtu (23/11), Nadiem mengatakan apa yang disampaikan adalah mewakili jiwa anak muda, di mana dikenal dengan apa adanya. "Saya lebih suka diberikan kejujuran tentang kenyataan," kata Nadiem. Dia menyampaikan, bahwa bayak guru yang tidak leluasa bergerak karena banyaknya birokrasi dan regulasi sehingga tugas pokoknya sebagai pengajar menjadi tidak berkembang. "Betapa ribetnya birokrasi, sekat-sekat regulasi seolah di mana tugas pokok guru terganggu sehingga tidak bisa melakukan pembelajaran," ucap dia. Terpisah, Pengamat Pendidikan, Budi Trikorayanto mengatakan, penyebab guru tidak merdeka lantaran kompetensi guru buruk. Hal itu bisa dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG). Budi menyebutkan ada beberapa penyebab guru tidak merdeka. Diantaranya banyak guru yang tidak kompeten sehingga dibatasi oleh ketidakmampuannya. Kemudian, adanya standar-standar dan keseragaman di sekolah-sekolah. Misalkan, model pendidikan massal, peninggalan era Revolusi Industri 2.0, yaitu munculnya pabrik-pabrik industri. "Nah, standar ini sangat membelenggu kreativitas dan inovasi pendidikan oleh guru," ujar Budi. (din/fin)
Sumber: