DLH Larang Warga Gunakan Air Ciujung

DLH Larang Warga Gunakan Air Ciujung

LEBAK-Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lebak mengimbau kepada seluruh warga Kabupaten Lebak, khususnya yang berada dekat bantaran Sungai Ciujung agar tidak menggunakan air sungai tersebut, baik untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) maupun konsumsi. Hal itu dilakukan karena kandungan air sungai itu sudah melebihi baku mutu sehingga jika digunakan dapat mengancam kesehatan. Kepala DLH Lebak, Nana Sunjana mengatakan, pencemaran Sungai Ciujung terjadi akibat dari limbah atau sampah domestik serta kegiatan usaha kecil menengah (UKM) seperti pabrik tempe dan tahu serta pengolahan karet milik warga yang dibuang ke sungai. "Kalau perusahaan besar atau rumah sakit, mereka sudah mempunyai IPAL pengolahan limbah cair, sehingga sebelum dibuang, limbah difilter terlebih dahulu," katanya kepada Banten Ekspres, Senin (7/10). Nana mengaku, pihaknya selalu melakukan intervensi baik kepada perusahaan besar atau kepada industri rumahan terkait limbah yang dihasilkan. "Yang susah adalah limbah domestik atau limbah dari masyarakat yang tidak bisa kita intervensi dan ini merupakan maslaah nasional bukan hanya di kita," ujarnya. Terkait Sungai Ciujung yang tercemar akibat limbah domestik dan industri yang berpotensi mengancam kesehatan, dia meminta agar masyarakat tidak melakukan mandi dengan air tersebut apalagi mengonsumsinya. "Air sungai yang sudah melebihi baku mutu dapat mengancam kesehatan dan bisa menimbulkan penyakit kulit dan gatal-gatal," ucapnya. Pendi, salah seorang warga Kecamatan Rangkasbitung yang setiap hari menggunakan air sungai mengaku sekujur tubuhnya mengalami gatal-gatal. Menurut dia, dulu air Sungai Ciujung jernih, bisa dipakai untuk minum dan masak. Sekarang warnanya jadi keruh pekat bahkan kehitam-hitaman dan mengakibatkan gatal-gatal. "Seharusnya para pengusaha, limbahnya jangan langsung dibuang ke sungai, terlebih dahulu membuat beberapa bak penampungan agar ketika dialirkan ke sungai tidak keruh yang akibatnya menimbulkan penyakit," katanya. Ia pun mengeluhkan kondisi air tersebut. "Sudah beberapa bulan ini, air sungai berwarna keruh yang tingkat kekeruhannya cukup pekat. Padahal, air tersebut digunakan sebagai bahan baku untuk produksi air bersih PDAM. Tingkar kekeruhannya, menurut kami sudah tak wajar," tuturnya. Sementara Entis, warga Kampung Kaum Lebak, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung mengatakan, dengan kekeruhan air Sungai Ciujung, dirinya selaku pengguna air sungai merasa dirugikan. "Jangankan untuk dikonsumsi, untuk mencuci saja sekarang takut terkena penyakit," katanya (mg-05/tnt)

Sumber: