Delman Mulai Ditinggalkan

Delman Mulai Ditinggalkan

MAUK – Angkutan umum jenis delman semakin jarang ditemui. Angkutan umum yang menggunakan tenaga kuda untuk mengangkut penumpang ini, ternyata mudah ditemui di Desa Banyu Asih, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Ternyata  sekitar 30 kepala keluarga masih memilih berprofesi sebagai kusir atau tukang delman. Bahkan ada yang mengistilahkan desa ini sebagai Kampung Delman. Profesi ini secara turun-menurun dilakoni sebagian warga desa sejak puluhan tahun lalu. Biasanya puluhan delman ditempatkan di lahan kosong Desa Banyu Asih di Jalan Raya Otto Iskandardinata atau dikenal Jalan Raya Mauk-Jati. Ahmad Yani, Ketua RT 03/01 menyebutkan, sekitar 30 kepala keluarga berprofesi sebagai kusir, di Desa Banyu Asih. “Menjadi kusir delman masih menjadi andalan sebagian warga mencari uang untuk keperluan sehari-hari keluarganya,” kata pria yang akrab disapa Yani, kepada Tangerang Ekspres, di kediamannya, Rabu (18/9). Yani menyebutkan, sehari-hari warga yang berprofesi sebagai kusir delman rutin berkeliling kampung pada beberapa kecamatan di Kabupaten Tangerang. Para kusir mengistilahkan hal itu dengan sebutan 'mengamen'. Sebab mirip dengan pengamen yang berkeliling dari kampung ke kampung. Yani menuturkan, dahulu tiap hari para kusir rutin mengais rezeki di kawasan monumen nasional (Monas), Jakarta. Namun, setelah delman dilarang beroperasi di kawasan tersebut, maka mereka memilih mengamen dari kampung ke kampung. “Tapi, Alhamdulillah, Sabtu-Minggu mereka diizinkan beroperasi di kawasan Citra Raya Cikupa dan Telaga Bestari Sindang Jaya. Tentu, omzet beroperasi di dua kawasan itu lebih baik dibandingkan sekedar mengamen dari kampung ke kampung,” ucapnya. Yani menambahkan, Pemerintah Kabupaten Tangerang ingin menyulap pesisir pantai di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, menjadi objek wisata bahari dan mangrove. Dengan demikian, dia berharap pemerintah dapat memberdayakan kusir delman di tempat tersebut. Amsari, seorang kusir delman mengatakan, Sabtu-Minggu kusir bisa memiliki penghasilan mencapai Rp300 ribu di Kawasan Citra Raya ataupun Telaga Bestari. Sedangkan, di hari lain dari hasil mengamen jauh dibawah Rp300 ribu. “Tapi, kami tetap syukuri berapapun hasilnya,” kata ayah tiga anak ini. Amsari menyebutkan, kuda yang dimiliki berasal dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, merawat kuda tidak jauh berbeda dengan merawat hewan peliharaan lain. Misalkan, memberikan makan tiap hari, memandikan, memberikan obat atau jamu seminggu sekali. “Terkadang, ada dokter hewan yang berkunjung juga,” ucapnya. (zky/mas)

Sumber: