Timnas U-19 Indonesia, Generasi Baru Sepakbola Indonesia

Timnas U-19 Indonesia, Generasi Baru Sepakbola Indonesia

MARSEILLE - Level permainan yang sudah diperlihatkan Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan dalam Turnamen Toulon 2017, menunjukkan kualitas permainan Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan tim-tim asal Eropa. Timnas U-19 Indonesia harus pulang lebih awal dari Marseille, Prancis, setelah menjadi juru kunci Grup C tanpa meraih poin dan hanya mencetak satu gol saat menghadapi Skotlandia di laga terakhirnya. Namun, penampilan skuad "Garuda Nusantara, sepanjang turnamen patut diapresiasi. Mereka telah berupaya maksimal menampilan permainan terbaik dengan memberikan perlawanan sengit sejak menghadapi Brasil (0-1), Rep. Ceko (0-2) hingga Skotlandia (1-2). Skor akhir cukup menggambarkan performa itu. "Kami puas dengan penampilan dan kerja keras anak-anak. Kami senang mendapatkan banyak manfaat dari pengalaman mengikuti turnamen ini," kata Indra Sjafri di hadapan media, dalam konferensi pers terakhirnya seperti dilansir dari festival-foot-espoirs.com, situs resmi turnamen. Dalam Toulon Tournament 2017 di Prancis ini, skuat Garuda Nusantara menjadi wakil Asia bersama Jepang U-19 dan Bahrain U-20. "Apa yang kami bayangkan tentang sepak bola Eropa, ternyata kami tidak jauh-jauh amat tertinggal. Asal kami konsisten, tim ini akan menjadi generasi baru sepak bola Indonesia," tutur Indra. Indra berharap timnya dapat kembali menjajal kekuatan lawan yang berada selevel atau dua level di atas. Maklum, pada ajang ini lawan yang dihadapi pun berada di level tersebut. "Kata panitia turnamen, dibandingkan wakil Asia lain seperti Jepang dan Bahrain, Indonesia lebih baik," kata pelatih berdarah Minang itu. Sedang kapten timnas U-19, Egy Maulana Vikri, gelandang Indonesia, mengakui banyak gagal memanfaatkan peluang, karena beberapa masalah efisiensi dalam serangan. "Tetapi, kami sudah melakukan yang terbaik dan ini sebagai persiapan mengikuti kejuaraan level Asia akan datang. Bagaimana pun juga kami tidak begitu buruk," kata Egy. Indonesia pun tetap layak bangga pada penampilan pemain muda ini. Karena Egy Maulana Vikri pulang tidak dengan tangan hampa. Panitia turnamen memberikan piala kepada Pemain berusia 16 tahun itu, dengan gelar "breakthrough player". Egy menyatakan terima kasihnya kepada panitia atas gelar yang diberikan, tetapi ia tak menanggapi hal itu secara berelebihan. "Saya bermain sebagai tim, bermain bersama. Saya menerima piala ini berkat rekan-rekan setim saya," tandasnya. Selain Egy, pemain lain yang menonjol dalam laga-laga di Toulon adalah sang kiper Muhammad Riyandi. Selain melakukan sejumlah penyelamatan penting, Riyandi tela memperlihatkan karakter penampilannya sebagai kiper modern. Kiper modern bukan hanya menjaga gawang, tetapi juga dituntut menginisiasi serangan, distribusi bola, dan pintar menyapu bola. Potensi tersebut ada di dalam diri Riyandi. "Awalnya, saya tidak begitu bisa main dari kaki ke kaki. Tetapi, coach Indra Sjafri menerapkan folosofi membangun serangan mulai dari kiper "Kiper modern harus berani menguasai bola. Dari situ, saya mulai belajar dari hari pertama sampai sekarang," tuturnya Riyandi. Agar terbiasa bermain modern, Riyandi mengaku selalu "menyantap" menu latihan passing dalam latihan bersama pelatih kiper Jarot Supriadi. Riyandi kini lebih kerap mempelajari gaya penampilan kiper idolanya, Manuel Neuer. "Saya ingin mencontoh kiper-kiper Eropa yang bermain lebih modern. Mereka berani bermain dari kaki ke kaki seperti yang sering diperihatkan Neuer," ujar kiper berusia 17 tahun tersebut. (apw/wid)

Sumber: