Empat Kecamatan Krisis Air Bersih

Empat Kecamatan Krisis Air Bersih

TIGARAKSA – Sumber mata air di empat kecamatan sudah mengering. Warga kesulitan mendapatkan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK). Sedangkan, puncak musim kemarau diprediksi hingga September. Namun, krisis air bersih akibat musim kemarau belum masuk level satu atau mengkhawatirkan. Kapala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Kosrudin mengatakan, air yang terdapat di sumur tanah milik warga sudah mulai berkurang. Namun, ia mengaku, belum dapat ditetapkan status darurat air bersih akibat kemarau panjang. Selain itu, kata dia, kewenangan penanganan kekeringan hanya pada persoalan ketersediaan air bersih bukan pada persoalan lahan persawahan. “Mereka bukan konsumen perusahaan air minum daerah, dimana sumber satu-satunya air bersih dari sumur tanah. Kekeringan itu bagi kita relatif, sebab kita tidak mengurusi lahan pertanian yang terkenda dampak kekeringan. Sehingga data kekeringan berbasis pada kekurangan air bersih,” katanya kepada Tangerang Ekspres, melalui sambungan seluler, Jumat (2/8). Kata Kosrudin, akibat tidak adanya hujan hingga akhir Agustus, diprediksi kekurangan air bersih bakal meluas hingga separuh Kabupaten Tangerang. Sebab, lanjut dia, beberapa lahan resapan air sudah beralih fungsi menjadi lahan perumahan dan kawasan bisnis. Namun saat ini baru ada empat kecamatan yang kekurangan air bersih. “Kalau sampai pertengahan Agustus belum turun hujan, kekeringan bisa 11 hingga 15 kecamatan. Walaupun di setiap kecamatan tidak seluruh desa, hanya beberapa desa atau hanya beberapa kampung. Tadinya ada Kecamatan Legok dan Curug yang perlu disuplai air, sekarang Kecamatan Panongan dam paling parah di Kecamatan Kresek,” ucap Kosrudin, yang juga Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Tangerang. “Saya tidak tahu persis ini penataan wilayah dan tata ruangnya seperti apa. Dimana, banyak resapan air dijadikan permukiman dan pabrik. Saat ini sedang berlangsung di Kecamatan Rajeg, sawah-sawahnya yang subur banyak beralih fungsi. Padahal, sawah tersebut subur,” imbuhnya. Selain dari faktor alih fungsi lahan, menurut Kosrudin, kekeringan dapat disebabkan laju pertambahan penduduk yang tidak terkendali. Sehingga di beberapa kecamatan, sumber mata air menjadi susut hingga puluhan meter ke dalam tanah. “Kita sudah suplai air bersih hingga hari ini sudah 100 ribu liter. Harus ada antisipasi, bisa dengan dibuatkan embung atau adanya ekspansi pasar dari perusahaan air minum dearah. Kalau nanti pasokan kita kurang kita akan berkoodinasi dengan dinas terkait untuk penyediaan air bersih,” jelasnya. Lanjutnya, hingga hari ini daerah yang disuplai air bersih yakni,  Desa Palasari Kecamatan Legok serta Kampung Renged RT 05/02, Desa Renged, Kecamatan Kresek. Kemduian, ada dua desa di Kecamatan Panongan yakni Kampung Panyembir, Desa Serdang Kulon, RT01/01 dan Kampung Ciapus tepatnya di Jalan Pertamina Nomor 2, Desa Panongan. Serta di Kampung Cukanggalih RT 006/008, Desa Cukanggalih, Kecamatan Curug. “Kita sudah salurkana 100 ribu liter air di empat kecamatan tersebut. Saya harap desa membuat penampungan air dan umbung atau resapan air agar masalah kekeringan dapat teratasi dan tidak terulang setiap musim kemarau,” tukasnya. (mg-10/mas)

Sumber: