Genjot Penghasilan Petani

Genjot Penghasilan Petani

TIGARAKSA – Penghasilan petani di Kabupaten Tangerang masih jauh dari Upah Minimul Regional (UMR). Kurang seriusnya petani dalam menggarap sawahnya, menjadi salah satu faktor penyebab penghasilan mereka kurang memuaskan. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Aziz Gunawan, menuturkan, Dari data yang di rilis Badan Pusat Statistik (BPS), penggunaan lahan total luas sawah berdasarkan irigasi sebesar 24.217 hektar. Dimana empat hektar dari luas lahan tersebut tidak ditanami apapun, dan 94 hektar tidak ditanami padi. Kata Aziz, tingkat produktivitas padi sebesar 59,8 kwintal per hektar. Serta memiliki produksi sebesar 448.201 ton dengan luas panen sebesar 74.910 hektar. Lebih lanjut ia memaparkan, untuk penggunaan luas lahan sawah berdasarkan tadah hujan di Kabupaten Tangerang sebesar 11.869 hektar. Dimana dari luas tersebut sebesar 1.697 hektar dapat dipanen sekali dalam setahun dan sebesar 10.172 hektar dapat dipanen dua kali dalam setahun. Sedangkan yang dapat dipanen sekali dalam setahun sebesar 581 hektar yang hanya ada di Kecamatan Teluknaga dan Kosambi. Untuk luas lahan yang dapat dipanen sebanyak dua kali yakni sebesar 23.538 hektar. Serta luas lahan sawah yang tidak ditanami padi akibat menggunakan sistem pasang surut seluas 55 hektar dan sistem lebak seluas 52 hektare yang dapat dipanen sebanyak dua kali dalam setahun. Selain memanfaatkan lahan tersebut, Aziz mengatakan, pihaknya memiliki kawasan holtikultura (pertanian modern) yang ditanami sayur-mayur. Kawasan pertanian modern tersebut terdapat di Kecamatan Sepatan dan Sepatan Timur. “Konsep itu menjadi kebutuhan karena padatnya penduduk dengan luas lahan pertanian yang kurang. Serta selain dari holtikultura kita memiliki kelompok petani yang kita bina dan terus dimonitoring,” terangnya kepada Tangerang Ekspres melalui sambungan seluler, Kamis (25/4). Masih dari data BPS, untuk padi gogo memiliki produktivitas sebesar 48,03 kwintal per hektare dengan produksi sebesar 19 ton. Serta luasan panen seluas 4 hektare akan tetapi hanya ada di Kecamatan Cisauk. Sedangkan untuk produktivitas jagung mencapai 33,06 kwintal per hektare dengan produksi 242 ton. Gabungan nilai produksi padi di Kecamatan Kresek, Gunungkaler, Kronjo, Mekar Baru, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Rajeg, dan Pakuhaji sebesar 59,13 persen atau sebesar 265. 038 ton dari 448.201 ton. Adapun luas lahan panen sebesar 42.457 hektare atau sebesar 56,67 persen dari 74.910 hektare. Aziz menjelaskan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pendapatan secara keseluruhan di suatu daerah. Terlihat sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan menghasilkan Rp5,311 triliun dengan jumlah pekerja yang berkecimpung sebanyak 116.758 orang. Secara makro dapat dilihat pendapatan setahun sebesar Rp4.549.421 dengan rata-rata per bulan sebanyak Rp379.117. Aziz melanjutkan, pihaknya memiliki porgram untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan penguatan dari segi subsidi pupuk dan benih. Selain itu, adanya program mengubah kebiasaan dari menggunakan pupuk kimia menjadi pupuk organik yang dinilai dapat meningkatkan hasil panen dengan luas lahan yang sama. “Subsidi untuk petani terus kita gulirkan baik ke kelompok petani maupun per orangan. Fokus kita secara perlahan merubah pandangan petani untuk menggunakan pupuk organik. Nanti pada akhir bulan ini kita adakan uji coba penggunaan pupuk organik dengan menggandeng profesor dari Institute Teknologi Bandung (ITB) sebagai penemu dari penelitiannya jadi nanti hasil panen bisa lebih satu juta ton per hektare,” tandasnya.  (mg-10/mas)

Sumber: