Jokowi Didesak Bentuk Tim Pencari Fakta
JAKARTA - Teror penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan telah berlangsung 700 hari lalu. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa pelaku serta perencana serangan teror itu akan terungkap. Terkait teror yang menimpa dirinya, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan kembali mendesak Presiden Joko Widodo untuk membuat Tim Gabungan Pencari Fakta Independen. Novel menyatakan pembentukan TGPF yang independen dan bebas kepentingan politik adalah cara untuk mengungkap kasus ini. "Saya tetap mendesak Presiden Jokowi mau membuka jalan pengungkapan dengan membentuk TGPF yang independen dan tidak tersandera kepentingan politik," kata Novel Baswedan, usai menunaikan salat subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (12/3). Novel mengatakan sudah hampir dua tahun dia diserang namun tidak ada kejelasan pengungkapan pelaku penyerangan. Menurut Novel pemerintah terkesan abai dan tidak peduli terhadap pengungkapan kasus itu. "Seperti kebanyakan kasus kekerasan terhadap pejuang anti-korupsi dan HAM lainnya," ujarnya. Novel menganggap pembentukan Tim Gabungan Kasus Novel Baswedan yang dibentuk Kepolisian belum menunjukan hasil kerjanya. Novel menganggap tim itu tidak menunjukan kesungguhannya mengungkap serangan terhadap KPK. Pada 11 April 2017, dua orang tak dikenal menyiram wajah Novel dengan air keras. Peristiwa itu terjadi di dekat rumah Novel, seusai mantan perwira Polri itu menjalankan salat subuh berjamaah di masjid. Akibat siraman air korosif itu, mata Novel Baswedan mengalami kerusakan parah. Novel menjalani rangkaian operasi di Singapura untuk memulihkan penghlihatannya. Hingga kini, polisi belum menangkap pelaku teror itu. Sebenarnya pihak kepolisian sudah melakukan berbagai upaya untuk mengungkap siapa pelaku penyiramain air keras terhadap Novel. Polisi sendiri telah menyebar sketsa wajah pelaku penyerangan yang dirilis November 2017 oleh mantan Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis di Gedung KPK. Sketsa itu berdasarkan penuturan dari sang saksi kunci. Namun, meski sketsa telah dibuat, pengusutan kasus ini masih jalan di tempat hingga Novel akhirnya pulang dari perawatan di Singapura pada Februari 2018 silam. Tak ada petunjuk, maupun nama tersangka baru yang dirilis oleh polisi. Sejumlah pihak menyebut ada upaya dari polisi untuk mengaburkan kasus ini. Polisi berdalih ada banyak kendala dalam mengusut ini. Pertama, tidak jelasnya rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian. Polisi pun telah bekerja sama dengan Australian Federal Police (AFP) guna mempelajari gambar rekaman CCTV. Polisi juga telah memeriksa sejumlah CCTV yang dipasang di radius 500 meter dari lokasi penyerangan. Sayangnya, tidak ada tambahan petunjuk. (tmp/cnn)
Sumber: