Mayoritas Belum Profesional

Mayoritas Belum Profesional

Kompetisi Liga-2 telah berlangsug cukup lama. Bahkan, setiap tim peserta sudah menjalani total empat laga selama babak penyisihan grup. Meski begitu, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengungkapkan bahwa, ada banyak klub yang sejatinya belum layak untuk bertarung di kompetisi kasta kedua tanah air itu. Sekjen BOPI, Heru Nugroho menyebutkan bahwa, dari verifikasi awal yang mereka lakukan, terungkap sebagian besar klub peserta kompetisi Liga-2 tersebut belum memenuhi syarat untuk menjadi tim profesional. Terutama terkait masalah finansial serta legalitas klub yang menurut BOPI masih jauh dari kata layak. Heru menjelaskan, masalah finansial tersebut seperti proses pembayaran gaji pemain yang tersendat di beberapa klub, serta masih banyak klub yang belum berbadan hukum. "Setelah tim kami melakukan verifikasi kepada sejumlah klub di Liga-2, hasilnya angat menyedihkan," kata Heru, kemarin (25/5). "Jujur, ini adalah fakta dan pemandangan yang sangat menyedihkan," ujarnya. Hanya saja, pria asal Malang- Jawa Timur ini enggan menyebutkan berapa jumlah klub yang belum memenuhi syarat sebagai tim profesional itu. Heru beralasan, mereka belum bisa mengumumkan angka pasti jumlah klub belum memenuhi syarat tersebut, lantaran proses vrifikasi masih terus berlangsung. Heru berjanji, mereka akan segera mengumumkan identitas klub tersebut bila semua proses verifikasi sudah rampung. "Tapi, intinya mayoritas klub di Liga-2 masih jauh dari kata profesional. Kalaupun ada, itu tidak lebih dari hitungan jari tangan. Sangat sedikit kan? saya sendiri juga merasa miris dengan fakta ini," beber dia. Menurut Heru, rata-rata tim yang baru memenuhi standar profesionalisme tersebut adalah tim-tim legendaris, di antaranya adalah Persebaya Surabaya, PSMS Medan, PSIS Semarang, PSS Sleman dan PSCS Cilacap. "Kami akan merekomendasikan kepada PSSI agar tim-tim yang tidak layak ini agar didegradasikan saja," kecam Heru. Sayang, belum ada satupun elit PSSI dan PT LIB (Liga Indonesia Baru) selaku operator kompetisi Liga-1 dan Liga-2 yang bersedia memberikan komentar terkait temuan yang dibeberkan oleh BOPI tersebut. Tigorshalom Boboy, Chief Operating Oficer PT LIB tidak bisa dihubungi sejak siang kemarin. Pengalaman klub terdegradasi karena syarat administrasi tersebut, sebenarnya bukan hal baru di kompetisi tanah air. Sebab, pada 2014 lalu, PSSI bersama PT. Liga Indonesia pernah mendegradasikan dua klub, Persik Kediri dan Persiwa Wamena dari Indonesia Super League atau kompetisi kasta tertinggi tanah air lantara kondisi finansial klub yang sangat buruk. (jpnn/apw)

Sumber: