Target Perbaiki Rangking Dunia, Kemenristekdikti Kucuran Dana ke PTN
JAKARTA – Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Indonesia ditargetkan mencapai paling tidak masuk ranking 500 dunia. Saat ini pemerintah sudah memiliki strategi untuk memacu 11 PTNBH di Indonesia masuk ranking 500 besar dunia, termasuk terkait kebijakan anggaran, kebijakan riset dan inovasi, serta peningkatan kualitas dan kuantitas doktor dan guru besar. "Saya sudah mengajukan dan presiden setujui ke depan PTNBH kami dorong masuk ke kelas dunia. Di antaranya, kami mencoba membuat skema tiga perguruan tinggi yang masuk 300 besar ini kita dorong masuk 200 besar. Yang lainnya kira-kira bisa masuk 200 - 300 berapa, kita petakan. Yang masuk 400 sampai 500 berapa," ungkap Nasir. Saat ini PTNBH yang masuk ke ranking 500 dunia menurut QS World Ranking baru tiga PTNBH, yaitu Universitas Indonesia (UI) pada ranking 292, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada ranking 359, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada ranking 391. Menteri Nasir saat ini fokus untuk memberikan keleluasaan anggaran kepada PTNBH agar bisa mengalokasikan dana kepada aktivitas yang meningkatkan kompetensi dari dosen melalui penelitian, publikasi ilmiah, dan hilirisasi inovasi. "Sekarang apabila PTNBH menerima dana dari pemerintah, dalam hal ini APBN, harus dipertanggungjawabkan sesuai keuangan negara, padahal fleksibilitas PTNBH dituntut. Ini yang saya sampaikan ke Kementerian Keuangan," papar Menteri Nasir. Saat ini anggaran yang diberikan kepada setiap PTNBH berbeda sesuai target dari setiap PTNBH dalam ranking dunia. "Mana yang masuk 200 besar, mana yang masuk 300 besar, mana yang 400, mana yang 500, kita harus petakan. Yang masuk 200 besar dengan yang masuk 500 besar dalam skema anggarannya jangan disamakan," ungkap Nasir. Selain berencana memberikan fleksibilitas lebih, Menteri Nasir menargetkan setiap PTNBH perlu membuat rencana riset yang spesifik dan sesuai kebutuhan dan kemampuan PTNBH tersebut sesuai Rencana Induk Riset Nasional (RIRN). "Kami konsentrasikan pada pengembangan iptek yang bisa menghasilkan inovasi, jangan sampai ‘riset based on common sense’ atau berdasarkan keinginan peneliti sendiri, perguruan tinggi harus membuat satu kerangka, mengacu pada RIRN," tuturnya. Kemenristekdikti juga mendorong sebelas PTNBH untuk tidak menghambat dan mendukung dosen muda untuk menjadi doktor dan guru besar (profesor) agar jumlah doktor dan profesor meningkat. Dengan peningkatan tersebut, diharapkan kompetensi PTNBH meningkat. "Idealnya yang namanya dosen itu guru besar, tapi jumlahnya terbatas. Paling tidak doktornya 80 persen. Apakah PTNBH sudah 80 persen? Belum, masih ada yang S2. Kalau sudah 100 doktor itu bagus. Guru besarnya paling tidak 50 persen," ungkap Menteri Nasir. Kemenristekdikti saat ini memberikan beberapa fasilitas agar semakin banyak dosen menjadi doktor dan guru besar, termasuk Beasiswa untuk Dosen Indonesia (BUDI) dan mempermudah doktor mempublikasi hasil penelitiannya. Publikasi ilmiah ini termasuk persyaratan seorang doktor menjadi guru besar. "Bagaimana mereka didorong bisa (menjadi) guru besar, yaitu dengan meningkatkan publikasi. Publikasi perlu biaya, bagaimana skema biaya publikasi, skema untuk menjadi guru besar kita fasilitasi, bukan syarat guru besarnya dipermudah," tandasnya. (jpnn/mas)
Sumber: