Cegah Anak Terpar Pornografi, Peran Orang Tua Sangat Vital
CIPUTAT-Teknologi pada dasarnya bersifat netral. Teknologi layaknya pisau bermata dua bagi para penggunanya, termasuk anak-anak. Ketika anak-anak mengakses konten pornografi maka, ia akan rusak karena terpapar pornografi. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran orangtua untuk aktif berkomunikasi dan menumbuhkan kontrol diri pada anak ketika menggunakan teknologi. Plt Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Darmawan mengatakan, anak merupakan amanah dari Tuhan, sehingga kita harus memberikan perlindungan, salah satunya dari paparan pornografi. "Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi menyebutkan adanya pelarangan melibatkan anak dalam kegiatan dan atau sebagai objek eksploitasi seksual online," ujarnya, dalam Sosialiasasi Pencegahan dan Penanganan Korban atau Pelaku Pornografi di Yayasan Bethesda, Serua, Ciputat, Jumat (15/2). Darmawan menambahkan, orang tua dan guru di lingkungan pendidikan wajib melindungi anak mereka dari paparan pornografi. Orangtua harus menjadi tauladan bagi anak-anaknya untuk mengurangi penggunaan gawai dengan memperbanyak komunikasi dengan anak. "Ada beberapa bentuk pornografi anak, diantaranya child sexual abuse material (CSAM), grooming online untuk tujuan seksual, sexting, pemerasan seksual, dan siaran langsung kekerasan seksual terhadap anak," tambahnya. Sementara itu, Pendiri Aplikasi Kakatu Muhamad Nur Awaludin mengatakan, sekarang teknologi telah merubah pola hidup masyarakat, termasuk anak-anak. "Ini bisa kita lihat, ketika anak-anak baru bangun tidur, yang mereka lihat adalah handphone mereka," ujarnya. "Pornografi dapat merusak bagian depan otak anak yang berfungsi untuk mengontrol diri dan merencanakan masa depan. Tahapan pornografi adalah dari melihat, meningkatkan level pornografi, dan akhirnya meniru apa yang mereka lihat. Pria yang biasa disapa Kak Mumu tersebut menambahkan, kita tidak bisa melakukan sterilisasi konten pornografi namun, bisa memberikan imun kepada anak-anak. Hal tersebut bisa kita lakukan dengan cara menumbuhkan edukasi dan kontrol diri pada anak dari gawai. "Contohnya ketika anak secara tiba-tiba melihat konten pornografi pada gawai, maka ajarkan mereka untuk menekan tombol back, home, scroll, atau menutup mata mereka," tambahnya. Janganlah memarahi anak-anak ketika mereka terpapar konten pornografi. Namun, buatlah kesepakatan antara orang tua dan anak terkait penggunaan gawai atau teknologi lainnya. "Berikanlah mereka kepercayaan tapi, tetap diiringi dengan komunikasi antara orang tua dan anak yang baik,” jelasnya. Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPMP3AKB) Kota Tangsel Khaerati mengatakan, walaupun Kota Tangsel sudah raih predikat kota layak anak tingkatnya madya namun, kekerasan terhadap anak dan kekerasan seksual masih ditemukan. "Kita sudah melakukan beberapa kegiatan untuk indikator kota layak anak, mulai dari membentuk sekolah ramah anak, sosialisasi pornografi, kekerasan pada anak dan lainnya. Itu bertujuan untuk mencegah terjadinya bullying, kekerasan pada anak dan melibatkan orangtua," tambahnya. Masih menurutnyanya, semua sekolah di Tangsel sudah canangkan diri jadi sekolah ramah anak tapi, yang sudah dinilai indokatornya baru 10 sekolah. "Kalau SD Bethesda di Serua sudah menerapkan sekolah ramah anak dan yang mencanangkan langsung ibu Menteri PPPA," tambahnya. (bud/esa)
Sumber: