Shio Babi Tanah, Keinginan Cepat Terkabul

Shio Babi Tanah, Keinginan Cepat Terkabul

TANGERANG-Malam Pergantian Tahun Baru Imelek ke 2570 di Vihara Ni Mala (Boe San Bio) dirayakan secara sederhana. Pasalnya di tahun Babi ini, mempunyai unsur tanah menjadi pertanda baik bagi warga Tionghoa. Bahkan ribuan umat dari Jabodetabek mendatangi Klenteng Boe San Bio untuk berdoa dan memohon keberuntungan pada saat malam tahun baru Imelek yang jatuh pada Selasa (5/2). Selain itu juga, banyak pungunjung yang berselfie di bawah patung Dewi Quan In yang tingginya kurang lebih 500 meter dan tertinggi di Tangerang Raya. Menurut pembina Vihara Ni Mala, Be Beng, pengunjung berdoa kepada 14 altar dewa dewi kepercayaan kaum Tionghoa. Bahkan dari sore hingga pagi umat tidak berhenti datang untuk bedoa. "Masyarakat yang datang langsung melakukan sembahyang dan juga berdoa untuk memohon kebaikan dan keberuntungan di Shio Babi berunsur tanah. Karena memang sangat baik untuk meminta keberkahan dan pasti akan terkabul,"ujarnya. Be Beng menjelaskan, shio pada tahun ini jatuh kepada babi berunsur tanah yang mencirikan apa yang umat Tionghoa tanam kebajikan di tanah akan cepat berbuah pada tahun ini. "Apabila kebajikan itu dilanggar maka bakal mendapatkan hukum karma. Jika kebaikan yang ditanam maka keberkahan dan kebaikan apa pun juga akan cepat didapat. Semoga pada tahun baru ini lebih baik lagi pada tahun-tahun sebelumnya," harapnya. Be Beng juga mengatakan, bahwa klenteng Boen San Bio mempunyai dewa bumi, di mana membawa keberkahan. Apalagi tahun ini jatuh di Shio Babi berunsur tanah. "Banyak umat Tionghoa datang ke sini karena di vihara ini mempunyai dewa bumi yang diyakini mempunyai keberkahan. Untuk itu tidak diragukan lagi banyak warga yang datang untuk berdoa di vihara ini karena dewa bumi pasti akan mengabulkan semua permohonan dan keberkahan," paparnya. Ribuan umat budha mendatangi Klenteng Tzo Tsoe Kong di Kampung Tanjung Kait, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, sejak pukul 00.00 WIB, Selasa (5/2). Di klenteng yang berada di pantai utara Kabupaten Tangerang itu, mereka melaksanakan sembahyang. Para jamaah ini kebanyakan datang dari luar Kecamatan Mauk. Salah satunya, Danil Cendana, yang datang dari Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia mengaku baru pertama kali bersembahyang di Klenteng Tzo Tsoe Kong. Imlek kali ini, ia berdoa meminta rezeki, umur panjang dan kedamaian antar umat beragama di Indonesia. “Setelah sembahyang, tradisi imlek adalah berkunjung ke rumah sanak saudara. Lalu, bagi-bagi ampao (amplop berisi uang). Kalau saya belum nikah, jadi saya yang nerima ampao” kata Danil, kepada Tangerang Ekspres sambil tertawa. Diketahui, Klenteng Tzo Tsoe Kong berdiri sejak 1792. Klenteng ini sudah menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Tangerang. Pada saat itu, klenteng dibangun sejumlah warga keturunan Tionghoa yang bermigrasi dari Kabupaten Anxi, Provinsi Hok Kian, Cina. Bangunan klenteng ini menjadi salah satu klenteng terunik di pulau Jawa, karena kesederhanaanya. Kasum Triharja, Ketua Umum Kelenteng Tzo Tsoe Kong mengatakan, berdasarkan buku terbitan pengelola klenteng ini, bangunan klenteng dibangun pada tahun 1792. Dijelaskan juga dalam catatan itu, sepasang patung batu singa berdiri di depan bangunan utama kelenteng. “Sehari-harinya saja sudah banyak tamu yang datang dari mana saja, mereka meminta kelancaran usaha, keberkahan dan kesembuhan penyakit. Saat perayaan imlek sudah ribuan orang yang datang,” kata pria yang juga bernama Tjoa Keng Sun. Ia menuturkan, klenteng Tzo Tsoe Kong pernah berhenti beroperasi selama belasan tahun. Lalu, mulai beroperasi kembali pada tahun 2000-an. Menurutnya, pengoperasian kembali setelah ada pergantian kepengurusan pada saat itu. Kasum bersyukur keamanan di lingkungan klenteng sudah sangat baik. Bahkan, warga sekitar tidak merasa terganggu dengan keberadaan klenteng yang berusia ratusan tahun ini. (mg-9/zky)

Sumber: