Menentang Pembatas
"Temukan bagian dari diri Anda yang perlu Anda tolak untuk Anda perbaiki. Temukan ilmu yang penting untuk Anda pelajari supaya proses perbaikan Anda terwujud. Penolakan yang kita lakukan dengan kesadaran dan untuk tujuan yang baik akan membuahkan hasil yang positif untuk kita" ----------------------- Praktik hidup sudah sering membuktikan bahwa batas dari kemampuan kita sebetulnya bukan kemampuan itu sendiri, tetapi batas mental yang kita ciptakan di alam pikiran kita. Seberapa sering itu kita sadari? Batasan itu kemudian kita yakini sebagai kebenaran dan perlahan secara ajaib menjadi kenyataan. Kalau Anda berpikir bahwa karier Anda tidak bisa naik lagi atau prestasi Anda tidak bisa berubah lagi, lalu hal ini Anda yakini sebagai sebuah kebenaran, maka secara ajaib apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda yakini akan menjadi kenyataan. Henry Ford, pendiri Pabrik Motor Ford, mengatakan bahwa baik Anda mengatakan bisa atau tidak bisa, keduanya benar. Kalau Anda berpikir Anda bisa dan Anda adalah makhluk kreatif, Anda akan menjadi orang kreatif. Ungkapan lain mengatakan, “Perbedaan antara orang yang mampu dan orang yang tidak mampu berawal hanya dari lima huruf, yaitu TIDAK.” Dari yang saya amati di kalangan para pemuda, saya menemukan bahwa hambatan terbesar untuk menjadi insan kreatif adalah keyakinan manusia yang meyakini bahwa dirinya bukanlah makhluk kreatif. Dalam dunia karier dikenal istilah fixing mindset dan developing mindset. Maksudnya, ada sekelompok manusia yang sudah membatasi dirinya di alam pikirannya lalu meyakini bahwa mereka memang sudah tidak bisa berkembang lagi atau mereka sudah tidak bisa lagi mencapai kemajuan lain. Ini disebut manusia sebagai mental fixing mindset, manusia yang membatasi dirinya. Kelompok kedua adalah orang yang berpikir bahwa dirinya masih bisa berkembang, mereka terus berusaha menemukan jalan atau ruang untuk berkembang, dan mereka meyakini hal itu bisa dilakukan. Mereka adalah manusia dengan mental developing mindset, manusia yang terus mendorong dirinya untuk berkembang, terus maju, dan mencapai keinginan yang lebih tinggi. Semula perbedaan mereka hanya di alam pikiran dan keyakinan, sedikit demi sedikit tapi penuh keajaiban, perbedaan itu akan terjadi di alam nyata. Orang di kelompok pertama akan menghadapi kenyataan dirinya yang mandek, tapi orang di kelompok kedua akan mendapati dirinya dan hidupnya terus berkembang menjadi lebih baik atau lebih besar. Riset di dunia pendidikan mengungkapkan bahwa otak manusia akan terus berfungsi dan berkembang selama digunakan untuk belajar dan menolak meyakini pembatas serta tidak cacat oleh benturan. Hal ini sudah dibuktikan oleh ribuan bahkan jutaan manusia sebelum kita. Kita tentu sudah sering mendengar bahwa pendiri restoran cepat saji KFC adalah pensiunan ABRI yang usianya sudah tidak lagi muda. Ia mengalami kegagalan yang bertubi-tubi dan mengenaskan, bahkan sampai harus tidur di mobilnya. Bayangkan kalau ia berpikir dan meyakini nasibnya berhenti sampai di situ? Tetapi, Pak Kolonel menolak untuk berpikir dan meyakini hal itu. Ia yakin kesuksesan akan diraih dengan kerja keras, kreativitas, dan pertolongan Tuhan. Jalaludin Rumi adalah penyair internasional yang namanya diabadikan di mana-mana, namun ternyata Jalaluddin Rumi baru mulai menekuni dunia sastra setelah usianya di atas 40 tahun. Sebelum itu, Rumi adalah guru di sekolah bapaknya. Saya yakin, di sekeliling kita ada banyak contoh yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Syarat pertama agar dapat terus berkembang adalah menghilangkan pembatas yang kita ciptakan sendiri di alam pikiran kita. Berdasarkan pengalaman pribadi saya terdapat beberapa cara ampuh untuk menantang batasan itu. Pertama, tetapkan target prestasi yang terus meningkat, bertahap, dan sesuaikan dengan ukuran kita. Hilangkan cara berpikir bahwa hidup ini harus mengalir seperti air, yang motif dan tujuannya untuk melindungi kemalasan dan ketidakjelasan kita. Kedua, terus belajar, menambah ilmu, dan pengalaman. Ketiga, banyak melihat orang lain dan banyak bertanya supaya kreativitas kita muncul. Yang perlu kita hindari adalah menjalani pekerjaan atau aktivitas yang itu-itu saja dengan keahlian yang itu-itu saja, dan dengan cara yang itu-itu saja. Logikanya, tidak mungkin kita mendapatkan hasil yang berbeda jika kita melakukan pekerjaan yang sama, dengan cara yang sama, dengan keahlian yang sama, atau dengan target yang statis. Dinamiskan target Anda, namun tetap terukur. (*)
Sumber: