Inflasi Sektor Pertanian Turun
LEMBANG -- Inflasi di sektor pertanian mengalami penurunan yang besar dari 10.56 persen pada tahun 2014 menjadi 1.26 persen pada akhir 2018 kemarin. Tidak hanya itu, ekspor di sektor pertanian meningkat mencapai 29 persen. "Yang menarik, sulit ditemukan lagi dalam sejarah pertanian inflasi pangan dari 10.56 persen menjadi 1.26 persen. Biasanya menggerakan inflasi 0.1 saja sulit dan itu (data) ditangan BPS," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat melepas produk holtikultura yang akan diekspor ke Singapura dan Brunei, di Desa Cikahuripan, Lembang, Bandung Barat, Kamis (3/1). Ia menuturkan, sektor pertanian cukup berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi. "Mungkin ini terendah di dunia dan ini prestasi semua," ungkapnya. Dirinya menambahkan, pihaknya mengapresiasi produk holtikultura yang berasal dari Desa Cikahuripan, Lembang jenis lettuce diekspor ke Singapura dan Brunei Darusalam. Bahkan, pasar dalam negeri yang dulu diisi oleh produk Australia dan Amerika kini bisa diisi petani lokal. "Kita ekspor ke Singapura, Brunei dan Hongkong, ini prestasi baru. Dulu jagung diimpor dari Amerika dan sekarang tidak," katanya. Menurutnya, peluang pertanian hidroponik untuk dalam negeri dan ekspor sangat besar. Oleh karena itu pihaknya mendorong agar terciptanya petani milenial dengan target 1 juta petani pada 2019. Saat ini, ia mengatakan baru sekitar 400 ribu petani yang dilahirkan. "Mimpi besar kami, semua menggunakan teknologi. Pola tanam dan panen semua dengan teknologi," katanya. Ekspor Sayuran Mengawali agenda 2019, Kementerian Pertanian langsung tancap gas menggenjot ekspor komoditas pertanian. Mentan Amran Sulaiman melepas ekspor sayuran daun dari Lembang, Kabupaten Bandung Barat ke Singapura dan Brunei Darussalam, Kamis (3/1). Hadir pada pelepasan ekspor ini anggota Komisi IV DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal dan Erislan, Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat, Ida Nurhamidah, dan Kepala Dinas Pertanian Jawa Barat Hendy Jatnika. Amran menjelaskan, volume ekspor sayuran segar dari Bandung Barat cukup besar. Hal ini mengingat potensi pengembangan sayuran di daerah ini khususnya kawaasan pertanian di Lembang sangat luas dan subur serta dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah sangat tinggi. "Dari Bandung Barat, volume ekspor sayuran setahunya mencapai 1.500 ton setahun atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Dulu kita impor, dari Australia dan Amerika, tapi sekarang ekspor. Ini luar biasa kita membalikan impor ke ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam dan Hongkong. Ini serangan balik dari Indonesia," kata Amran saat meninjau budidaya sayuran dan melepas ekspor sayuran. Jenis sayuran daun yang diekspor meliputi komoditas Buncis Kenya, Buncis Super, Edamame, Zuchini, Kyuri, Red Oakleaf dan Radichio. Jenis sayuran ini dapat tumbuh baik di daerah Bandung dan sekitarnya. Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi menambahkan ekspor hortikultura pada periode Januari- Desember 2018 naik 11,92% dibanding periode yang sama tahun 2017 lalu. Pada periode tersebut ekspor sayuran naik 4,8% dan ekspor buah naik signifikan 26,27%. "Jenis buah yang banyak diekspor antara lain nanas, pisang dan manggis. Neraca perdagangan durian kita pada periode tersebut untuk pertama kalinya mencatatkan rekor surplus setelah beberapa tahun selalu defisit," ujarnya. "Kemudian, volume ekspor tanaman hias juga naik 7,03 persen. Nilai ekspor hortikultura sepanjang Januari-November 2018 mencapai Rp 5,69 Triliun," tambahnya. Terkait ekspor sayuran segar, Suwandi menegaskan pihaknya akan terus mendorong perbaikan teknologi budidaya yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan produk yang layak konsumsi dan mendukung peningkatan gizi masyarakat. “Potensi produksi sayuran kita mengisi pasar ekspor masih terbuka luas. Kita tinggal tingkatkan lagi kualitas produksi dan penanganan pascapanen nya, mengingat tuntutan konsumen makin menghendaki sayuran yang fresh dan menyehatkan," tukasnya.(Rep)
Sumber: