“Kita tidak bisa mengasah keberanian dengan kesenangan, tapi dengan melewati kesulitan dan menantangnya ketika datang.” Memiliki ide kreatif saja tidak cukup. Anda harus punya nyali yang besar untuk mewujudkannya dalam kreasi nyata atau produksi. Tanpa nyali, kreativitas kita tidak akan pernah menjadi inovasi. Tanpa nyali, kita tidak pernah sampai ke tahapan yang disebut “pecah telor”. Nyali sangat penting sampai-sampai ada ungkapan begini: “Orang bodoh kalah dengan orang pintar, tapi sering kali orang pintar kalah dengan orang bernyali.” Kawan saya kerap menjumpai hal ini di tempat umum saat melaksanakan salat Maghrib di mal. Mestinya yang menjadi imam adalah orang yang pintar, yang bacaannya fasih, tapi yang sering kali maju untuk menjadi imam adalah orang yang bernyali meskipun bacaannya tidak fasih dan terkadang tidak tepat. Idealnya, kita harus pintar tapi harus bernyali juga. Saya pribadi sebetulnya sudah lama berkosentrasi mempelajari dan mengkaji tema kreativitas dan penerapannya di ekonomi kreatif. Tetapi saya baru mulai menulis buku dan menerbitkannya tahun 2010. Buku pertama saya mengenai kreativitas berjudul Kreativitas Tanpa Batas: Menuju Ekonomi Kreatif Berbasis Insan Kreatif. Alhamdulillah, buku itu menjadi salah satu koleksi National Library of Australia, koleksi perpustakaan Universitas Indonesia, diresensi oleh redaksi Kompas, dan dibedah di sejumlah lembaga. Nyali saya menguat setelah saya bertemu komunitas anak muda yang memberikan dukungan kepada saya untuk mengaktualisasikan ide-ide saya ke dalam bentuk buku. Terkadang kita butuh dukungan orang lain yang se-visi untuk memperkuat nyali itu. Kalau Anda membaca sejarah orang-orang besar atau hebat, mereka bernyali besar setelah berinteraksi dengan seseorang atau kelompok yang mendukung atau mengajarinya. HOS Cokroaminoto dinilai sebagai orang penting bagi Soekarno dan sejumlah tokoh lain. Cokro adalah Sang Guru bagi banyak tokoh. Cokro sendiri bukan tokoh yang punya pendidikan formal tinggi. Konon sekolah formalnya hanya setingkat SMP, tapi jiwanya dan cita-citanya dahsyat sehingga mampu mengobarkan nyali sejumlah anak muda, termasuk Soekarno. Agar nyali Anda makin besar, Anda perlu bertemu dengan orang atau komunitas. Ini juga termasuk pembelajaran sosial. Preman atau teroris itu mendapatkan pendidikan nyali dari komunitas atau seniornya. Temukan orang yang bernyali di bidang Anda atau temukan orang yang mendukung nyali Anda. Bahkan kalau Anda membaca sejarah perubahan suatu bangsa, Anda akan menemukan bahwa sebuah perubahan tidak diciptakan oleh gerakan massa atau senjata. Perubahan besar diciptakan oleh sedikit orang yang bernyali, lalu mendapatkan dukungan dari massa dan senjata. Kita punya Soekarno Hatta, Bung Tomo, Pengeran Diponegoro, dan masih banyak lagi. Di dunia: Mahatma Gandhi, Obama, Ahmadi Nejad, Nelson Mandela, Erdogan, dan lain-lain. Hemat saya, ide-ide kreatif awalnya sering kali terlihat sebagai kemustahilan (impossibility), lalu ketika terus dicoba perlahan akan tampak menjadi kemungkinan (possibility), dan setelah dipraktikkan dengan nyali besar berubah menjadi kenyataan (reality). Saya menyimpulkan bahwa nyali bukan anugerah seperti bakat yang diberikan orang tertentu dan tidak diberikan kepada orang lain. Nyali adalah keahlian yang bisa dipelajari dan diberikan oleh Tuhan kepada semua manusia. Orang yang bernyali bukanlah orang yang tidak punya rasa takut, tetapi orang yang sudah bisa menaklukkan rasa takutnya untuk melakukan sesuatu. Semua orang memiliki rasa takut. Olahragawan ekstrem saja takut mati atau takut patah kaki. Mereka menjadi berani karena telah belajar mengalahkan rasa takut dengan menambah keahlian, kebiasaan, dan menciptakan penyiasatan. Tanpa nyali, kita hanya punya satu kepastian yaitu gagal, sehebat apa pun ide-ide kreatif kita. Tetapi dengan nyali, kita punya banyak kemungkinan. Mungkin sukses, mungkin gagal. Namun, gagalnya pun tidak gagal total, sebab kegagalan bisa menunjukkan kesuksesan kita asal terus kreatif. Bahkan dalam beberapa hal bisa saya katakan bahwa courage is more important than creativity, keberanian lebih penting dari kreativitas. Artinya, untuk melakukan inovasi dan kreativitas terkadang harus menantang lingkungan, dan modalnya adalah keberanian. (*)
Harus Punya Nyali Besar
Selasa 04-12-2018,05:55 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :