Belakangan isu kebhinekaan dan pancasila kerap mengemuka, karena ada kekhawatiran munculan paham baru di Indonesia untuk menjadi dasar negara dari pancasila ke dasar lain.
Padahal sejak semula, kesatuan Indonesia terjalin karena Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. Kondisi ini membuat para mahasiswa dari perguruan tinggi Islam menyuarakan untuk tetap menjaga kebhinekaan dan pancasila.
Hal ini muncul usai Focus Group Discussion (FGD) Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Se-Indonesia (BEM PTKI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada 2-4 Mei 2017.
Dari FGD yang mengangkat tema "Revivalisasi Peran dan Gerak Mahasiswa Islam Dalam Menyikapi Problematika Kebangsaan” itu, Presiden Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Riyan Hidayat menuturkan, konsep Islam Rahmatan Lil'alamin dan Pancasila selama ini tidak pernah berseberangan. Bahkan menjadi benih-benih persatuan di Indonesia.
"Indonesia adalah negara majemuk dan plural. Bila ada yang menginginkan Indonesia menggunakan konsep negara khilafah, itu adalah bukti Pancasila dan UUD 1945 sedang terancam," kata Riyan Hidayat di Jakarta, Jumat (5/5).
Dia meminta pemerintah untuk mengantisipasi adanya pemikiran-pemikiran khilafah masuk ke kampus. Konsep itu sangat bertentangan dengan Pancasila.
Hal senada disampaikan Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Banten Syamsul Hidayat. Dia mengatakan, konsensus kebangsaan tetap harus dijaga sebagai pemersatu bangsa dan Indonesia berdiri tidak hanya dibangun satu kelompok dan agama saja.
"Di Indonesia, paham yang dianut adalah Islam Indonesia. Negara kesatuan yang berbhineka harus tetap menjadi kekuatan bersama, tidak harus dibuat menjadi negara Islam," teranganya.
Lebih lanjut dia menuturkan, nilai luhur pancasila yang menghargai dan mengakui keragaman agama dan budaya harus tetap dijaga untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. (iil/JPG)