Presiden Buka GIIAS 2018 di ICE BSD, Mobil Desa Meluncur di Bawah Rp 100 Juta

Jumat 03-08-2018,04:51 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

TANGERANG – Ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 resmi dibuka Presiden Joko Widodo di ICE BSD, Pagedangan, Kabupaten Tangerang kemarin (2/8). Ajang tersebut diikuti 25 merek otomotif dan menampilkan 40 kendaraan model baru. Jokowi hadir bersama sejumlah menteri. Yakni, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Desa Eko Putro Sandjojo, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Ini kali pertama Jokowi hadir di ajang tersebut. Sebelumnya, GIIAS selalu dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla. Pada hari opening kemarin, juga menjadi momen diluncurkannya Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) atau mobil desa yang digagas oleh Kementerian Perindustrian. Platform kendaraan multiguna itu digunakan dalam beberapa model untuk membantu aktivitas pertanian dan perkebunan. “Saat ini Ammdes siap diproduksi sebanyak 3.000 unit, dan kami akan tingkatkan menjadi 9.000-15.000 unit per tahun. Produksi secara massal akan dimulai pada Januari 2019,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi Airlangga sempat menjajal AMMDes yang ditampilkan di booth PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (PT KMWI) selaku produsen AMMDes. Jokowi langsung duduk di salah satu mobil perdesaan karya anak bangsa ditemani oleh Menperin. “Kalau duduk merasa nyaman sekali,” ucapnya. Jokowi pun memberikan apresiasi terhadap pengembangan AMMDes. “Saya menyambut baik inovasi AMMDes yang hari ini diluncurkan. Ini satu jenis kendaraan tapi kaitannya dengan industri hulu sangat banyak. Tadi dilaporkan, lebih 70 industri komponen dalam negeri siap jadi pemasok,” ujarnya. Harga jual AMMDes disebut-sebut di bawah Rp100 juta, agar sesuai dengan ongkos produksi dan kemampuan masyarakat pedesaan. Setelah diperkenalkan, mobil perdesaan itu akan segera dijual ke masyarakat. Pemerintah mengapresiasi iklim otomotif Indonesia yang terus tumbuh. Juga, mengajak pelaku industri untuk mendukung era kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Jokowi pun mengaku sudah dicolek-colek banyak pihak untuk datang ke ajang pameran itu. “Pak Presiden, kalau bapak hadir ke Gaikindo Auto Show bisa lihat model-model baru Pak. Maaf, maksud saya model-model mobil baru,” kelakar Jokowi menirukan pihak yang mengajaknya, dan disambut tawa seluruh undangan yang hadir. Menurut dia, di antara semua jenis industri di Indonesia, otomotif dapat dikatakan sebagai industri yang jaringannya paling luas dan bersifat internasional. Mulai dari rantai produksi, skala ekonomi, hingga branding. Karena itu, tinggal menunggu waktu sampai tren otomotif global masuk ke Indonesia secara terus menerus. Jokowi mengingatkan agar industri otomotif Indonesia peka terhadap perubahan yang ada. Khususnya, setelah terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Saat ini, pasar Indonesia memang masih besar. “Tapi saya selalu sampaikan kepada industri otomotif agar terus didorong ke pasar-pasar ekspor,” lanjutnya. Di saat yang sama, Dia menjanjikan dukungan penuh dari pemerintah untuk memuluskan ekspor produk otomotif Indonesai ke luar negeri. Dia sudah berbicara dnegan Menteri keuangan dan dipastikan ada insentif. “Termasuk tax holiday (pembebasan pajak) yang jauh lebih agresif, tax allowance (pengurangan pajak), dan yang sedang dalam kajian adalah super deduction pajak,” tutur Jokowi. Super deduction tax adalah pemberian kelonggaran kepada perusahaan untuk melaporkan biaya lebih tinggi dari yang seharusnya. Sehingga, otomatis pajak yang dibayar juga bisa lebih rendah. Semua insentif itu diharapkan mendorong kegiatan ekspor produk otomotif semakin meningkat. Jokowi menambahkan, pada semester pertama tahun ini industri otomotif mencatatkan ekspor dengan nilai USD 3,45 miliar. Urutan 4 dari 25 industri utama nonmigas Indonesia. “Jangan sampai pasar kita yang besar tadi dikuasai mobil2 impor, harus dikuasai mobil2 yang diproduksi dalam negeri kita sendiri,” tambahnya. Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johanes Nangoi menyampaikan bahwa GIIAS tahun ini sudah memasuki penyelenggaraan ke-26. Kehadiran pameran berkaliber internasional seperti GIIAS disebut penting untuk memacu penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Selain itu, pameran otomotif penting untuk mengedukasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk otomotif tanah air. “Penjualan domestik sampai semester satu sebesar 554.000 unit. Proyeksi penjualan tahun ini bisa mencapai 1,1 juta unit. GIIAS akan menjadi momentum yang baik untuk memacu penjualan di semester dua,” ujar Nangoi. Gaikindo memprediksi bahwa tahun ini total penjualan unit dan transaksi di GIIAS yang berlangsung dari tanggal 2-12 Agustus itu akan tumbuh tipis dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 lalu, GIIAS mencatatkan transaksi sekitar Rp 7 triliun dengan penjualan sekitar 22.000 unit kendaraan. Selama 10 hari penyelenggaraan, GIIAS dikunjungi lebih dari 450.000 pengunjung. Dari 40 kendaraan model baru yang ditampilkan, sebagian diantaranya juga termasuk kendaraan konsep yang mengusung fitur canggih dengan basis tenaga listrik. Misalnya saja Honda yang mengusung kendaraan EV autonomus bernama NeuV. Kendaraan berbasis listrik dengan model city car tersebut diklaim akan menjadi kendaraan masa depan dengan fitur serba otomatis. Pabrikan Toyota juga menampilkan dua buah mobil konsep yakni Concept-i serta i-Ride yang memiliki desain futuristis. Pelaku industri mengaku sangat mendukung langkah pemerintah untuk mewujudkan era kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. “Selain menampilkan kendaraan berbasis listrik, kami juga mendukung rencana pemerintah untuk menerapkan standar emisi Euro 4 dan program biodiesel B20,” tambah Nangoi. Menyinggung mengenai rencana pemberlakuan aturan standar emisi Euro 4 dan penerapan program biodiesel B20, pelaku industri otomotif menyambut positif rencana tersebut. “Ide penggunaan B20 patut diapresiasi karena hal tersebut dapat menambah devisa Indonesia. Sementara Euro 4, selain membuat otomotif tanah air selangkah lebih maju juga akan berpeluang memacu ekspor,” beber Nangoi. Nangoi menyebutkan bahwa ekspor Indonesia menuju Vietnam sempat terhambat karena Indonesia dianggap memiliki standar yang rendah untuk emisi yakni Euro 2. Untuk mengekspor kendaraan berstandar Euro 4, produk Indonesia harus melalui beberapa tahap pengkajian. “Tapi ceritanya akan lain kalau standar produksi kita sudah Euro 4. Pasti untuk memenuhi pasar internasional akan lebih mudah,” pungkasnya. (jpg/bha)

Tags :
Kategori :

Terkait