Banjir Sembako Jelang Coblosan

Selasa 18-04-2017,11:24 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

BESOK, warga DKI Jakarta akan memilih calon pemimpinnya. Di putaran kedua inilah, penentuannya. Apakah pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) atau Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi) yang bakal memimpin Jakarta untuk lima tahun mendatang. Jelang hari pencoblosan, DKI Jakarta dibanjiri paket sembako. Isinya, beras, minyak goreng dan gula pasir. Paket sembako itu, ada yang dijual murah dan dibagikan gratis. Namun, dalam paket itu, tak ada logo partai maupun gambar pasangan calon. Tim sukses (timses) kedua pasangan calon membantah, pembagian sembako sebagai salah satu program untuk menggaet pemilih. Temuan sembako salah satunya terjadi di Kalideres, Jakarta Barat. Kapolsek Kalideres Kompol Efendi mengatakan, warga menemukan 3 truk dan 3 mobil pikap yang isinya paket sembako di salah satuu gudang pabrik. “Ini berdasarkan laporan warga yang curiga dengan kedatangan truk tersebut," jelasnya. “Jadi semalam itu ada mobil-mobil masuk ke sebuah gudang, kemudian disatroni warga menuduh mereka mau bagi-bagi sembako. Kan sudah malam pukul 19.00 WIB. Karena mau tutup gudang ini, makanya mereka telepon polisi,” kata Efendi seperti dilansir detikcom, Senin (17/4). Polsek Kalideres langsung mengamankan gudang dan sembako tersebut. Polisi juga sudah mendapat pengakuan dari sopir keenam kendaraan tersebut yang kabur. Mereka khawatir dianggap akan membagi-bagikan sembako. “Kami datang, kami amankan karena yang dipersoalkan adalah sembako. Kami mengamankan agar tidak terjadi tindak pidana. Menurut mereka (sopir), mereka disatroni karena dianggap mau bagikan sembako itu,” kata Efendi. Namun Efendi menegaskan tak ada atribut cagub dan cawagub dalam truk ataupun sembako-sembako tersebut. Timses Ahok-Djarot, Wibi Andrino menegaskan tidak pernah melakukan bagi-bagi sembako. Ia menegaskan patuh terhadap aturan yang berlaku. Mereka siap membuktikan tidak terlibat dalam kegiatan bagi-bagi sembako tersebut. “Bukan dari timses, kita tidak ada seperti itu,” ujarnya. Ahok juga menegaskan, tidak tahu siapa yang membagi-bagikan sembako. Baik dirinya maupun timsesnya, tak ada program tebar sembako. “Saya nggak tahu. Saya dari dulu, kalau Anda lihat karier politik saya, paling nggak suka bagi sembako. Saya paling nggak suka baksos kesehatan,” kata Ahok. Daripada membagikan sembako, ujar Ahok, dia lebih suka memberikan 'kartu sakti' miliknya, yaitu Kartu Jakarta Pintar (KJP). Tak hanya itu, dia juga lebih memilih daging untuk operasi pasar di Pasar Jaya dan Food Station Cipinang. Ahok kembali menegaskan tidak suka bagi-bagi sembako. “Sembako kita nggak mau lakukan. Saya lebih suka jaminan Kartu Jakarta Pintar ataupun daging operasi pasar yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya, Food Station Cipinang,” papar Ahok. Bukan hanya itu, Ahok juga meyakinkan bahwa timsesnya tidak pernah bagi-bagi sembako. Dia juga tidak pernah menginstruksikan adanya pembagian sembako. “Tim pemenangan juga nggak pernah (bagi sembako). Saya sudah bilang, saya paling sebal bagi sembako. Makanya timses kita nggak boleh bagi sembako,” papar Ahok. Sebanyak tujuh truk berisi sembako juga mampir di Kantor DPC PPP Jakarta Selatan. Ketua DPC PPP Jakarta Selatan kubu pengurus Ketum Romahurmuziy, Syaiful Dasuki, membantah isu yang beredar mengenai penyimpanan dan pembagian sembako di kantornya. Saiful menegaskan sembako itu diperuntukkan konsolidasi internal dan tidak ada kaitannya dengan Pilgub DKI. “Tidak ada pembagian sembako. Tidak ada pembagian dan itu memang stok untuk konsolidasi kita,” ujar Syaiful. Ia menerangkan pihaknya kini tengah fokus dalam melakukan konsolidasi internal di tingkat ranting (kelurahan). Hal tersebut termasuk menggelar kegiatan istigosah untuk persatuan Jakarta dan peringatan Isra Miraj. Selain itu, Syaiful juga mengungkapkan kegiatan konsolidasi dilakukan setelah pemungutan suara putaran dua Pilgub DKI selesai untuk menghormati masa tenang. Oleh karena itu sembako tersebut disimpan di kantor untuk persiapan kegiatan pasca pemungutan suara. “Kami simpan terlebih dahulu di kantor kami, untuk persiapan pelaksanaan selanjutnya pascapilkada,” ungkap Syaiful. Temuan tentang dugaan money politics dalam pilkada DKI Jakarta bermunculan di masa tenang, timses Ahok-Djarot bahkan merasa perlu melapor ke Bawaslu DKI karena menemukan adanya praktik politik uang. Ronny B Talapessy yang membidangi advokasi dan hukum di Tim Pemenangan Ahok-Djarot menyatakan, ada money politics di dua lokasi di Jakarta Pusat. Yang pertama adalah pembagian beras murah di Jalan Anyer, Menteng. Sedangkan temuan lainnya berupa pembagian paket sembako murah di Jalan Mardani Raya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. "Kejadiannya Sabtu 15 April 2017,” katanya melalui layanan pesan singkat usai melapor di Bawaslu DKI, Minggu (16/4). Dia memerinci, beras dan sembako murah itu dijual seharga Rp 3.000 per paket. Menurut Ronny, pihak yang melakukan penjualan sembako murah itu adalah dari kubu Anies Baswedan-Sandiaga Uno. “Pihak terlapor timses pasangan nomor tiga (Anies-Sandiaga, red), Hary Tanoesoedibyo dan Nur Asia yang merupakan istri dari Sandiaga Uno,” sebut Ronny seraya menyebut pengaduannya tertuang dalam bukti laporan bernomor 086/LP/Pilkada Provinsi DKI/VI/2017. Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menegaskan, timnya tidak melakukan pembagian sembako. Ia menyatakan, melihat dari hasil survei internal banyak sekali serangan-serangan massif di basis suara Anies-Sandi, terutama di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Namun, baginya serangan tersebut tidak mempengaruhi suara Anies-Sandi. “Jadi hanya lima belas persen dari yang menerima serangan (mengalihkan dukungan), yang kita sebut sebagai banjir sembako, politik sembako yang ternyata datangnya dikawal dan sudah menjadi viral,” kata Sandiaga, di Jakarta, Sabtu (15/4). Melihat persentase tersebut, tinggkat efektivitas serangan-serangan terhadap Anies-Sandi sangat rendah. “Jadi masyarakat Jakarta sudah cerdas dan walaupun mereka menerima (sembako) hasil survei kami menunjukkan tapi tidak mengubah pilihannya atas pasangan yang sudah dia putuskan sebelumnya,” ungkapnya. Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menggelar pertemuan dengan dua mantan komisioner Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Adnan Pandu Praja dan Bambang Widjojanto. Pertemuan digelar di kediaman Anies, Jalan Lebak Bulus II Dalam, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (16/4). Anies mengatakan,  pertemuan itu untuk membahas maraknya politik uang di pilkada DKI Jakarta.  “Kami ngobrol santai, banyak bicara tentang masalah kebangsaan dan terkait pilkada, kami memberikan perhatian tentang politik uang yang terwujud dalam pembagian sembako,” katanya. Mantan menteri pendidikan dasar dan kebudayaan ini menuturkan, temuan tentang dugaan pembagian sembako demi menjaring suara bagi pasangan calon tertentu itu telah dilaporkan ke KPU dan Bawaslu DKI. Harapannya, laporan itu pun segera ditindaklanjuti. “Kami berharap ditindaklanjuti sehingga tercipta pilkada jujur adil dan demokratis. Kalau dari pilkada saja enggak bersih,  bagaimana mungkin mengharapkan pemerintahannya bersih?” papar inisiator Indonesia Mengajar itu. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah pun bereaksi. Ia menyatakan, pembagian sembako pada masa tenang pemilihan kepala daerah Jakarta merupakan bentuk politik uang. Menurutnya, bakti sosial saat kampanye tentu berbeda dengan pembagian sembako di masa tenang. “Kalau baksos sudah selesai di kampanye. Kalau bagi sembako di masa tenang, itu politik uang,” kata Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/4). Lebih lanjut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan, praktik politik uang harus dihentikan. Sebab, perbuatan itu bisa mengganggu proses pilkada DKI Jakarta. “Ini sebetulnya harus dihentikan,” tegas Fahri. Hal senada disampaikan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Politikus Partai Gerindra itu mengecam pembagian sembako pada masa tenang. Fadli bahkan menyebut politik uang merupakan bentuk penistaan. “Saya kira ini bentuk penistaan demokrasi,” tegasnya. Menurut Fadli, penistaan demokrasi tentu merusak muruah proses yang jujur dan adil. “Perbuatan itu dinistakan dengan bagi-bagi sembako yang masuk kategori politik uang,” katanya. (dtc/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait