GERAKAN Masyarakat Hidup Sehat (Germas) merupakan tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Program pemerintah ini dicanangkan pada 15 November 2016 secara serentak di 10 daerah.
Yakni, Kabupaten Bantul, Jogjakarta; Kabupaten Pandeglang, Banten; Kabupaten Bogor, Jawa Barat; Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah; Kota Madiun dan Kota Surabaya di Jawa Timur; Kota Padang Pariaman, Sumatera Barat; Kota Jambi; Kabupaten Belakang Padang, Batam; dan Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Kampanye program Germas dilaksanakan karena dalam 30 tahun terakhir ini telah terjadi perubahan pola penyakit yang disebabkan berubahnya perilaku manusia. Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), TB, dan diare.
Sejak 2010, penyebab terbesar kesakitan dan kematian adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan kencing manis. Penyakit tidak menular (PTM) saat ini tidak hanya terjadi pada usia tua, tetapi telah bergeser ke usia muda, dan dari semua kalangan, baik kaya maupun miskin, yang tinggal di kota maupun desa. Hal itu disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.
Akibatnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan harus mengucurkan dana triliunan rupiah untuk membayar klaim pengobatan penyakit yang diderita masyarakat. Misalnya, tahun lalu BPJS membayar Rp 6,9 triliun untuk penyakit jantung; Rp 2,5 triliun untuk penyakit ginjal; dan triliunan lagi untuk penyakit lain.
’’Itu harusnya bisa dicegah. Bagaimana caranya? Cek tekanan darah dan kontrol ke puskesmas. Sayang, masyarakat cenderung datang ke puskesmas kalau sakitnya sudah parah,’’ ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Djuwita F. Moeloek saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu.
Karena itu, pihaknya meminta tenaga puskesmas lebih aktif. Tenaga medis puskesmas diminta tidak hanya bekerja di dalam ruangan, tapi juga di luar ruangan dengan cara mendatangi masyarakat. ’’Kita buat pendekatan keluarga sehingga puskesmas datang atau paling tidak bisa dekat dengan pasien,’’ katanya.
Program Germas mengedepankan upaya promotif dan preventif. Pasalnya, faktor risiko penyebab penyakit tidak menular (PTM) adalah berubahnya gaya hidup masyarakat. Antara lain, kurang beraktivitas fisik, menghabiskan banyak waktu dengan menonton TV, bermain game, dan terlalu lama di depan komputer. Hal itu bisa meningkatkan faktor risiko kegemukan.
Selain itu, ada perubahan pola makan. Yakni, masyarakat cenderung makan makanan olahan; siap saji; dan tinggi gula, garam, dan lemak serta kurang makanan yang berserat seperti buah dan sayur sehingga menimbulkan gangguan pada pencernaan.
Banyak pula orang yang gemar minum minuman beralkohol. Kebiasaan itu bisa merusak organ tubuh dan berisiko kematian. Kemudian, kebiasaan merokok bisa menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti kanker paru-paru dan kanker mulut.
Di samping itu, ada faktor lingkungan yang kotor. Contohnya, buang air besar sembarangan. Saat ini masih terdapat 63 juta penduduk yang masih buang air di sungai, danau, laut, dan daratan. Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan sakit perut dan diare.
Jika ada anggota keluarga yang terserang PTM, diperlukan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Akibatnya, beban pembiayaan pemerintah di bidang kesehatan meningkat dan produktivitas keluarga menurun. Beban ekonomi keluarga juga bertambah berat dan bahkan bisa jatuh miskin karena merawat anggota keluarga yang sakit.
Karena itu, untuk menurunkan risiko PTM, perlu dilakukan pencegahan oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia dari berbagai tingkat usia, jenis pekerjaan, status sosial, dan status ekonomi, baik di desa maupun kota, melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Program Germas memiliki beberapa tujuan. Antara lain, meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang untuk hidup sehat. Lalu, menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit, menghindarkan penurunan produktivitas penduduk, serta menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.
Keterlibatan dinas kesehatan daerah juga diperlukan dengan melaksanakan sosialisasi, pendampingan, serta advokasi yang berkesinambungan agar terdapat pemahaman yang sama, terjadi sinergitas antara pusat dan daerah, serta integrasi kegiatan di pusat dan daerah.
’’Kami berharap mereka bisa menyelenggarakan Germas ini dengan semangat melibatkan seluruh elemen masyarakat sesuai dengan daerahnya masing-masing,’’ jelasnya. (mia/wir)
kan masyarakat Indonesia yang sehat melalui pendekatan keluarga.