Menurutnya, PKS dengan pengelola TPPSA Lulut Nambo telah lama ditandatangani tapi, keterbatasan mesin dan sarana-prasarana membuat kapasitas pembuangan sampah belum maksimal.
”Kan kita sudah kerjasama MoU tapi, TPPAS Lulut Nambo baru siap 10 ton per hari karena prasarana alatnya katanya belum bisa melayani partai besar. Dari 50 ton tiap hari dan salah satunya 10 tonnya buat Tangsel. Pembuangan ini belum berjalan karena kalau 10 ton ini hanya 2 truk dan kita berharap minimal 200 ton per hari,” ungkapnya.
”Target sampah dari Tangsel dibuang ke TPPAS Lulut Nambo ini nunggu kesiapan alatnya disana, kalau kapasitasnya bisa sesuai harapan kita ya kita mulai. Kerjasama di Nambo tidak ada bankeu tapi, adanya tipping fee sebesar Rp250 ribu per ton dan kerjasama ini berlangsung sekitar 2-3 tahun,” tutupnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, kerja sama dengan Pemprov Jawa Barat terkait pemanfaatan TPSA Lulut Nambo sudah dijalin sejak beberapa tahun lalu.
”MoU kita sudah lama dilakukan dengam Pemprov Jabar dan sampah dari Kota Tangsel akan masuk kesana nantinya akan diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif bagi pabrik Semen Cibinong,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Pak Ben tersebut menambahkan, kapasitas TPSA Lulut Nambo luas dan tiap hari bisa menampung 2.000-2.300 ton. Dengan luas lahan lebih dari 5 hektar dan lokasinya berdekatan dengan pabrik Semen Cibinong, menjadikan kawasan tersebut strategis.
”Kami menunggu kepastian dari Pemprov Jabar dan pengelola Lulut Nambo untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah. Dan kita targetkan tiap hari dapat mengirim 500 ton sampah ke TPPSA Lulut Nambo,” tutupnya. (bud)