KOTA TANGERANG-Sebanyak 27 pekerja migran Indonesia (PMI) di Taiwan positif Covid-19. Dua diantaranya, berasal dari perusahaan penyalur tenaga kerja di Neglasari, Kota Tangerang. Badan Pengawas Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sidak ke perusahaan penyalur tenaga kerja, PT Ayu Karsa di Jalan Iskandar Muda, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Kamis (19/11) sore. Kepala BP2MI Benny Rahmadani mengatakan, dari surat yang diterima ternyata ada 2 orang WNI yang bekerja di Taiwan yang disalurkan PT Ayu Karsa positif Covid. Selebihnya, 25 PMI dari 4 perusahaan lain yang tersebar di Jawa Barat. "Kedatangan kita ke sini, ingin memastikan, apakah 2 orang tersebut terpapar dari penampungan atau dari mana. Karena sejak awal, kami tegas dan memberikan imbuan untuk melakukan swab tes sebelum diberangkatkan ke luar negeri,"ujarnya saat ditemui Tangerang Ekspres di lokasi sidak, Kamis (19/11). Ada puluhan calon tenaga kerja wanita (TKW) yang akan dikirim ke luar negeri di tempat penampungan di PT Ayu Karsa. Semuanya perempuan. Berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Benny menambahkan, ada beberapa kekhawatiran yang mucul pasca 27 orang PMI yang terpapar virus Corona. Pertama apakah PMI ini selama di penampungan mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak atau tidak. Karena, kalau memang layak kenapa para PMI ini bisa terpapar. "Kekhawatiran kami yang paling besar adalah, Taiwan bisa berfikir lain atau sudut pandang secara politis yang menggap bahwa kita sengaja mengirim virus Corona melalui PMI dan itu yang kita jaga agar hubungan antar negara tidak rusak," paparnya. Ia menjelaskan, selain mengecek kesehatan para pekerja di PT Ayu Karsa, pihaknya juga mengecek masalah gaji para PMI yang akan di berangkatkan ke Taiwan tersebut. Dari hasil sidak, didapat bahwa para PMI ini mendapatkan gaji Rp 8 juta perbulan. Setiap bulan selama 7 bulan, gajinya dipotong untuk mengganti biaya pelatihan, visa dan lainnya selama di penampungan. Selama di penampungan, mereka mendapatkan tempat untuk tidur, mendapat pelatihan dan sebagainya dengan biaya Rp 17 juta. "Mereka ini dikenakan biaya sebesar Rp 17 juta. Tetapi dengan potongan 7 bulan, saya curiga itu lebih dari biaya yang di penampungan," ungkapnya. Benny menuturkan, bahwa selama dia menjabat sebagai kepala BP2MI tidak akan bermain-main dengan perusahaan. Malah jika ada perusahaan yang nakal, akan direkomendasikan untuk dilakukan penutupan. "Perusahaan ini ( di Neglasari) lokasi kedua, yang pertama di PT Sentosa Karya Aditama yang menyumbang 4 orang terpapar Covid-19 dari Bekasi. Selanjutnya PT Vila Melati, PT Eko Risty Berkarya dan PT Mitra Sinergi Sukses yang lokasinya berada di wilayah Jawa Timur," tuturnya. Benny mencatat PMI yang terdaftar secara resmi ada sekitar 3,7 juta orang. Sementara berdasarkan hasil survei World Bank PMI mencapai 9 juta orang. Berati ada sekitar 5,3 PMI yang tidak terdaftar atau bekerja di luar negeri melalui sindikat. "Walaupun World Bank berdasarkan hasil surveinya PMI mencapai 9 juta orang, berarti ada gap 5,3 juta orang," ungkapnya. Oleh sebab itu, pihaknya akan memerangi secara total sindikat pengiriman tenaga kerja ilegal. Ia menegaskan tidak akan kompromi dengan para sindikat pengiriman tenaga kerja ilegal. "Ini bisnis kotor, mengeksploitasi orang melalui pekerja dengan mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar. Para PMI yang masuk sindikat ini akan berpotensi mengalami berbagai macam kekerasan nantinya," tegasnya. Sementara itu penanggung jawab PMI di PT Sentosa Karya Aditama Ahyong mengungkapkan, perusahaanya sangat taat dengan aturan dari BP2MI. Bahkan selama wabah virus Corona seluruh calon PMI dilakukan rapid tes dan swab tes pada saat mereka akan diberangkatkan. "Dua orang dari kami di Taiwan itu, statusnya Orang Tanpa Gejala (OTG) dan saat ini dalam perawatan. Kami di sini juga menerapkan protokol kesehatan mulai penggunaan masker, mencuci tangan bahkan dilakukan rapid secara rutin. Untuk swab dilakukan pada saat mereka akan berangkat,"tutupnya. Salah satu calon PMI asal Banyuwangi, Siti Julaiha mengatakan berada di tempat penampungan tersebut sudah hampir tiga bulan. Sampai saat ini belum mendapatkan informasi kapan akan diberangkatkan ke Taiwan. Siti bersama rekan-rekannya di asrama penampungan ini merasa nyaman. Mereka diberikan pelatihan-pelatihan. "Katanya saya sih untuk merawat anak. Makanya di sini dikasih pelatihan itu. Ada juga teman lainnya untuk urusin rumah tangga, seperti memasak," katanya. Ketika disinggung terkait penerapan protokol kesehatan, Siti mengaku sudah menjalani rapid tes secara berkala. Namun untuk melakukan swab tes, menurutnya akan dilakukan jika sudah mendekati hari keberangkatan ke negara tujuan yakni Taiwan. "Kalo tes swab nanti kalo sudah dekat mau diberangkatkan," akunya. (raf)
27 PMI Terpapar Covid-19, Sidak Penampungan di Neglasari
Jumat 20-11-2020,04:24 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :