132 Jiwa Meninggal Akibat DBD, Menkes: Ada 17.820 Kasus, Korban Meninggal Terbanyak di NTT

Jumat 13-03-2020,04:03 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Jakarta--Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis korban meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus bertambah yaitu 132 jiwa selama periode 1 Januari 2020 hingga 12 Maret 2020. Angka kematian terbanyak terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu 32 jiwa. "Tercatat total 132 orang meninggal dunia dan total kasus 19.391," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Kamis (12/3). Ia memperinci kematian tertinggi yaitu di NTT sebanyak 32 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, Jawa Barat 15 jiwa, Jawa Timur 13 jiwa, Lampung 13 jiwa, Jambi tujuh jiwa, Sulawesi Utara lima jiwa, Bengkulu tiga jiwa, Sulawesi Tenggara tiga jiwa, Riau tiga jiwa, Sulawesi Selatan tiga jiwa, Sumatra Barat dua, Kalimantan Tengah dua, Kalimantan Timur dua, Sumatra Utara dua, Kalimantan Barat dua, Kalimantan Selatan dua jiwa, Sulawesi Tengah dua jiwa, Kepulauan Riau satu, Bangka Belitung satu, Sumatra Selatan satu jiwa, Nusa Tenggara Barat satu, Kalimantan Utara satu. Sementara itu, ia menyebutkan kasus DBD terbanyak di Lampung. Ia memperinci 19.391 kasus DBD yaitu 3.004 di Lampung, 2.757 kasus di NTT, 1.761 kasus di Jawa Timur, 1.420 di Jawa Barat, 1.197 kasus di Jawa Tengah, Riau 1.104 kasus, Jambi 1.081 kasus, Sumatra Selatan 593 kasus, DKI Jakarta 583 kasus, Nusa Tenggara Barat 558 kasus, Sumatra Barat 490 kasus, Sulawesi Selatan 472 kasus, Sulawesi Utara 462 kasus, Kalimantan Selatan 425 kasus, Kalimantan Barat 412 kasus, Sumatra Utara 399 kasus, Bangka Belitung 379 kasus, Kepulauan Riau 288 kasus, Kalimantan Timur 285, DI Yogya 272, Kalimantan Tengah 246 kasus, Bengkulu 205 kasus, Sulawesi Tenggara 188, Aceh 179 kasus, Sulawesi Barat 177, Banten 128 kasus, Kalimantan Utara 127 kasus, Sulawesi Tengah 108 kasus, dan Maluku Utara 91. Ia memprediksi, kasus DBD akan terus terjadi hingga akhir Maret 2020. "Karena puncak DBD terjadi antara Februari hingga Maret," ujarnya. Karena itu, ia meminta masyarakat aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Untuk menangani kasus DBD, Nadia mengaku pihaknya telah menerapkan mesin fogging, raket nyamuk, insektisida, larvasida, dan repellent nyamuk. Selain itu, ia menambahkan, pihaknya melakukan pendampingan dan evaluasi fogging. Tak hanya itu, ia menyebutkan survei dan pengendalian vektor juga telah dilakukan. Kemudian ia menambahkan, Kemenkes juga memantau kasus dan menganalisa data di posko DBD. "Khusus Kabupaten Sikka juga ada penambahan tenaga kesehatan, baik dari kabupaten lain atau dari TNI dan tentunya TNI yang ada di Kabupaten Sikka," katanya. Terpisah, Kepala Staf Presiden Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan mengklaim pihaknya juga memperhatikan penanganan kasus-kasus DBD, dan tak hanya menangani wabah Virus Corona. "Itu (DBD) juga banyak korban, harus dimitigasi makin serius. Masyarakatnya dan pemerintah daerahnya," ujar dia. Senada, Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia, memastikan pemerintah akan terus memantau penanganan DBD yang dijalankan Dinas Kesehatan di tiap daerah. "Pemerintah terus memantau perkembangan penanganan DBD di setiap daerah. Jika nantinya memerlukan respons khusus, maka pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan segera turun membantu penanganan," ucap dia. "Pemerintah Indonesia juga memprioritaskan penanganan DBD," imbuh dia. DBD Jatim Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana mengungkapkan sepanjang Janiari hingga Februari 2020, ada 1.759 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah setempat. Rinciannya, 948 kasus terjadi pada Februari dan 811 kasus terjadi pada Januari 2020. Ribuan kasus tersebut mengakibatkan meninggalnya 15 pasien DBD. "Enam orang meninggal dunia pada Januari, dan sembilan orang meninggal pada Februari," ujar Herlin di Surabaya, Kamis (12/3). Herlin kemudian merinci kasus DBD di Jatim, yang terjadi pada Januari hingga Februari 2020. Kabupaten Malang masih menjadi yang tertinggi dengan catatan 218 kasus. Kemudian di Kabupaten Pacitan 208 kasus, Kabupaten Trenggalek 166 kasus, Kabupaten Kediri 100 kasus, dan Kabupaten Probolinggo 97 kasus. Herlin melanjutkan, catatan kasus DBD tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 1.634 kasus. Namun, untuk catatan pasien meninggal dunia memgalami penurunan. Tahun lalu, kata dia, pada Januari-Februari ada 32 pasien DBD di Jatim meninggal. Kendati demikian, Herlin menegaskan, kasus DBD tetap harus menjadi kewaspadaan, mengingat catatan di 2019 masih tinggi. "Jumlah penderita DBD tahun 2019 sebanyak 18.393 orang, dengan kematian sebanyak 185 orang," ujar Herlin. Herlin mengatakan, Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya antisipasi menekan kasus DBD. Salah satunya lewat program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan satu rumah satu jumantik. Selain itu, Dinkes Jatim sudah menyiapkan petugas, sarana, dan prasarana, serta adekuat fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim. Herlin pun meminta peran aktif masyarakat dalam mengantisipasi penyakit DBD tersebut. Menurutnya, masyarakat juga bisa memakai obat pembasmi nyamuk, mengusap lotion antinyamuk, membakar obat nyamuk, atau menabur bubuk abate di wadah yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak. "Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan, dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," kata Herlin.(cnn/rep)

Tags :
Kategori :

Terkait