SERANG-Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah meminta kabupaten/kota mengawasi warga yang baru datang dari Tiongkok. Pengawasan dilakukan selama 14 hari. Karena masa inkubasi virus corona selama 14 hari. Jika ada warga yang baru pulang dari Tiongkok mengalami gejala demam, batuk, sesak nafas, harus langsung dikarantina di rumah sakit untuk penanganan khusus. Warga Tiongkok yang berada di Banten pun dipantau ketat. Apalagi jika warga tersebut baru tiba di Indonesia. Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada puskesmas dan dinkes kabupaten/kota. Surat edaran itu merupakan tindak lanjut surat edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan No. SR.03.04/II/55/2020 tentang Kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit pneumonia dari Republik Rakyat Tiongkok ke Indonesia. “Dinkes Pemprov Banten menganjurkan untuk melakukan langkah-langkah deteksi dini dan pencegahan,” kata Ati. Dalam surat tersebut, kata Ati, puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota diminta untuk melakukan pengamatan terhadap peningkatan kasus Influenza Like Ilness (ILI) dan pneumonia melalui sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR). Selanjutnya, kata dia, puskesmas melakukan pemantauan dalam masa inkubasi pada orang yang datang dari negara terjangkit berdasarkan health alert card (HAC) yang diberikan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). “Kemudian puskesmas memantau ketat dan melakukan isolasi penderita dengan gejala pneumonia dan mempunyai riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum muncul gejala,” katanya. Kemudian, melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat tentang pneumonia dan pencegahan penularannya. Diantaranya dengan cuci tangan, etika batuk dan bersin, memerikasakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami keluhan demam, batuk, sesak, dan gangguan pernapasan serta memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum munculnya gejala. “Kelima, puskesmas dan rumah sakit segera melaporkan kasus pneumonia berat yang memiliki riwayat perjalan dari negara terjangkit secara berjenjang dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke Dinas Kesehatan Pemprov Banten,” jelas Ati dalam surat edaran tersebut. Adapun koordinasi dengan PT Angkasa Pura II sebagai operator Bandara Soetta di Tangerang menurut Ati yang merupakan pejabat hasil open bidding atau lelang jabatan ini mengaku penting. “Koordinasi dengan KKP Bandara Soeta. Koordinasi lintas batas dengan Dinkes Provinsi DKI dan Jabar juga telah kami lakukan,” ujarnya. Penyebaran virus corona diwaspadai. Hingga hari ini, belum ada laporan warga Banten terinfeksi. Namun, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten menyiapkan enam ruang isolasi. Ruangan khusus ini disiapkan jika ada warga yang tertular virus corona. Direktur RSUD Banten Danang Hamsah Nugroho mengatakan, sesuai dengan surat edaran (SE) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, pihaknya telah mengambil sejumlah langkah-langkah persiapan. Salah satunya dengan mengoptimalkan fasilitas kesehatan yang dimiliknya beruma ruang isolasi. “Ruang isolasi kita kan selalu ada, siap sedia. Ada enam tempat tidur. Tapi belum ada yang terpakai, karena belum ada yang tertular virus itu,” kata Danang saat dihubungi wartawan, Senin (27/1). Kata Danang jika menemukan atau ada laporan terkait kasus vitus tersebut, maka orang tersebut akan langsung didatangi dan dimasukkan ke ruang isolasi sebagai bentuk pencegahan. “Di situ saja dulu untuk persiapan. Belum, belum (temuan atau laporan warga terjangkit). Kalau ada itu kita akan buat laporan ke dinkes, kita isolasi. Nanti mungkin selanjutnya bagaimana dinkes menanggapi,” katanya. Selain penanganan, Danang juga senantiasa melakukan pencegahan sesuai dengan surat edaran (SE) Kepala Dinkes Provinsi Banten. Dalam surat itu pemprov melakukan sejumlah langkah-langkah pencegahan penyebaran virus corona. “Sesuai edaran dari kepala dinas, untuk kasus-kasus pneumonia berat. Kemudian warga negara asing atau yang baru saja berkunjung dari negara asing, itu kita tanyakan (beri perhatian lebih-red),” ujarnya. Sementara, Sekda Banten Al Muktabar mengatakan, telah berkonsolidasi dengan pemerintah pusat untuk langkah pencegahan. Sebab, Banten memiliki Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta). Meski demikian, dia memastikan hingga saat ini Banten masih bersih kasus virus corona. “Tentu berkonsolidasi untuk melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan provinsi, tanggap terhadap itu. Satu diantaranya karena bandara Soetta itu adalah wilayah Provinsi Banten. Kita juga lakukan pengecekan, kesiapan dan seterusnya,” kata Muktabar. Disinggung apakah ada pelajar atau mahasiswa asal Banten yang berada di Tiongkok sebagai negara asal virus corona, dia mengaku masih mencari informasi pastinya. “Bahwa ada warga kita yang sekolah di sana iya, tapi alamatnya Jakarta. Itu juga sedang kita tunggu sekarang. Datanya seperti apa. Kalau menurut informasi ada, tapi ketika saya mau kejar data dan segala macam, kan harus by name by adress, sebagian besar menstatuskan Jakarta," ujarnya. Muktabar menegaskan, meski tak berharap terjadi, namun pihaknya telah siap untuk menghadapi virus tersebut. Sejumlah fasilitas kesehatan telah dioptimalkan untuk penanganan serta dukungan pendanaannya. “Kita kan ada bantuan sosial tidak terencana. Kalau memang diperlukan, kita akan mempersiapkan segala sesuatunya secara maksimal. Secara umum kita siap bila itu terjadi. Secara pendekatan kesehatan kita akan melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi itu semua,” katanya. Sebagai informasi, wabah pneumonia berat akibat virus novel CoronaVirus (nCoV) mulai merebak di luar negeri pada 31 Desember 2019 lalu dan menyebabkan kematian. Hingga 21 Januari 2020, telah ditemukan 224 kasus. Di Tiongkok diberitakan 52 meninggal dunia. Di Jepang 1 kasus, Korea Selatan 1 kasus, dan Thailand 2 kasus. Penyakit ini dapat menular antarmanusia secara terbatas. Kemudian belum ada vaksin yang dapat mencegah penyakit ini. (tb)
Warga Tiongkok Dipantau Ketat, RSUD Banten Siapkan 6 Ruang Isolasi
Selasa 28-01-2020,08:05 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :