Tak Punya Tanah, 13 Keluarga Pilih Tinggal di Bawah SUTT

Jumat 04-01-2019,04:25 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SETU-Belasan keluarga di Kecamatan Setu, memilih tinggal di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Ini mereka pilih karena tak ada lagi lahan yang bisa dibangun rumah. Belasan warga yang tinggal di bawah SUTT itu berada di Kampung Kademangan, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangsel. Di lokasi ini, bahkan ada warga yang sudah tinggal sejak 35-an tahun lalu. Adalah Aisyah, perempuan yang membuka usaha warung nasi ini mengaku sudah lebih dari 35 tahun tinggal di bawah menara SUTT. Selama ini, dirinya mengaku kerap merasakan sakit kepala. Bahkan, sempat tersetrum saat melintas tepat di bawah menara SUTT ketika hujan turun. Namun, apa boleh buat, keputusan ini ia pilih karena tak ada lahan lain untuk membangun rumah. “Saat saya melintas di bawah menara ketika hujan, saya sempat kaget karena tersetrum payung yang saya genggam,” ujarnya. Menurut Aisyah, dulunya tanah yang kini jadi pijakan kaki tiang SUTT adalah milik keluarganya. Namun, karena desakan ekonomi dan program pemerintah mereka menjual lahan kepada PLN. Kini, setelah keluarga makin banyak sementara tak ada lagi lahan kosong maka, mereka memilih tinggal di bawah SUTT Senasib dengan Aisyah, warga yang rumahnya berada tepat di kaki menara SUTT, Yudha juga menyatakan sering melihat percikan-percikan api di salah satu kabel SUTT. “Saya sering melihat ada percikan api di kabel-kabel saat hujan turun dan saat pergantian musim dari kemarau ke penghujan,” ujarnya. Untuk diketahui, pemerintah memiliki aturan tegas mengenai jarak minimal yang harus dipenuhi masyarakat agar terhindar dari gangguan kesehatan. Seperti peraturan mentri ESDM Nomor: 01.P/47/M.PE/1992 tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTET atau SUTT. Ruang bebas yang dimaksud adalah area dengan jarak atau radius tertentu yang diukur dari tapak tiang SUTET atau SUTT yang harus terbebas dari bangunan apapun. (mg-4)

Tags :
Kategori :

Terkait