BJB OKTOBER 2025

Relawan Ganespa Kota Tangsel, Siaga Sunyi Menjaga Tangsel dari Ancaman Bencana

Relawan Ganespa Kota Tangsel, Siaga Sunyi Menjaga Tangsel dari Ancaman Bencana

Anggota Ganespa memberikan pelatihan water rescue kepada mahasiswa di Situ 7 Muara Pamulang.(Ganespa For Tangerang Ekspres)--

TANGERANGEKSPRES.ID, KOTA TANGERANG SELATAN — Di tepi Situ 7 Muara, Pamulang, Kota Tangsel, sekumpulan anak muda tampak sibuk memeriksa tali, helm, dan perlengkapan evakuasi. Di balik kesederhanaan aktivitas mereka, tersimpan semangat besar untuk menjaga keselamatan sesama. 

Mereka adalah Relawan Gugusan Alam Nalar Ekosistem Pemuda Pemudi (Ganespa). Atau, bisa disebut sebagai pasukan siaga bencana asal Kota Tangerang Selatan. Ganespa selalu mempersiapkan diri menghadapi potensi bencana di Kota Tangsel.

Beberapa waktu lalu, peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat menggema: dua zona megathrust di Indonesia, termasuk Selat Sunda, menyimpan potensi gempa besar. Meski Tangsel berjarak puluhan kilometer dari garis pantai, gema peringatan itu sampai juga ke telinga para relawan muda ini.

“Kita tidak bisa berpangku tangan. Kalau amit-amit sampai terjadi bencana, kita harus siap,” ujar Decky Arisa Meynard, Ketua Ganespa, kepada Tangerang Ekspres, Kamis (30/10).

Decky bukan sosok baru di dunia kerelawanan. Bersama sekitar 200 anggota, ia menakhodai organisasi yang awalnya bergerak di bidang lingkungan. Namun kini juga memiliki divisi khusus SAR dan kebencanaan. 

Di tangan mereka, Ganespa bukan sekadar komunitas pecinta alam, tetapi menjadi potensi penyelamat di tengah kota padat penduduk seperti Tangsel.

Usai peringatan BMKG itu, BPBD Kota Tangsel segera mengundang berbagai potensi SAR untuk bergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). Ganespa menjadi salah satu yang aktif di dalamnya. 

Dalam forum itu, setiap organisasi mengirimkan empat wakilnya untuk memperkuat jaringan komunikasi dan kesiapsiagaan.

“Dalam pertemuan itu, kami didata satu per satu: mulai dari kemampuan, alat yang dimiliki, hingga kesiapan saat turun ke lapangan,” kata Decky. “Tujuannya, kalau sampai bencana terjadi, semua sudah tahu harus berbuat apa dan di mana posisinya.”

Saat ini, tercatat lebih dari 30 organisasi relawan di Tangsel tergabung dalam forum tersebut — mulai dari OKP, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Mereka rutin melakukan simulasi dan pelatihan dasar penanganan bencana.

Meski tak berada di garis pantai, Kota Tangsel menyimpan tantangan tersendiri jika gempa besar terjadi. “Kita ini kota padat infrastruktur. Ada jalur pipa gas, bahkan fasilitas nuklir di BRIN. Kalau gempa besar terjadi, dampaknya bisa luar biasa,” jelas Decky.

Atas dasar itu, Ganespa mengusulkan agar BPBD mengadakan pelatihan SAR perkotaan (urban search and rescue). Pelatihan ini diharapkan bisa membekali relawan dengan kemampuan mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan atau jembatan ambruk — skenario yang realistis jika gempa kuat mengguncang daerah perkotaan.

Di tengah rutinitas masyarakat yang sering abai terhadap isu kebencanaan, para relawan Ganespa tetap berlatih dan belajar tanpa henti. Tak ada gaji, tak ada sorotan besar, hanya dorongan kemanusiaan yang membuat mereka terus siaga.

“Kami hanya ingin memastikan kalau suatu hari bencana benar-benar datang, Tangsel tidak panik. Ada yang siap membantu,” ujar Decky menutup pembicaraan.

Sumber: