Memberdayakan Penderitaan
“Inovasi sering kali berawal ketika seseorang keluar dari zona nyaman dan rutinitas yang menyelimutinya. Problem memang tidak kita inginkan, tetapi kehadirannya dibutuhkan bagi jiwa, selama diterima dengan sikap yang membangun. Kita adalah makhluk yang diberi kesempatan untuk mengolah dan mengubah penderitaan menjadi apa pun yang kita mau.” Jika Anda ingin kreatif, jadilah seperti teh atau kopi. Ketika dipanaskan, reaksi apa yang keluar dari dua hal ini? Teh dan kopi akan melebur dengan air lalu mengeluarkan aroma khas, kemudian mengeluarkan zat-zat yang berguna untuk dinikmati manusia. Temuan ilmiah mengungkap bahwa teh dan kopi tidak saja harum dan nikmat rasanya, tapi juga dapat menimbulkan semangat bagi jiwa karena memberikan rangsangan tertentu pada otak. Kebiasaan orang kreatif yang bisa Anda amati adalah mereka tidak lari dari masalah atau membiarkan masalah mengalahkan dirinya. Ketika masalah tiba, mereka menerima masalah itu sebagai tempaan, seperti air panas bagi kopi. Dari tempaan inilah mereka kemudian terdorong untuk mengeluarkan kehebatan atau kekuatan yang berguna. Hadirnya masalah difungsikan untuk mencerahkan dirinya, bukan menggelapkan dirinya. Mereka tidak melihat masalah sebagai tekanan, tetapi sebagai tantangan. Di mana pun dan di bidang apa pun kita menemukan orang-orang kreatif, saya pastikan mereka adalah manusia yang luar biasa. Kita semua dapat menjadi manusia luar biasa karena sesungguhnya kita dirancang oleh Allah Swt sebagai makhluk kreatif. Ciri manusia luar biasa yang paling utama adalah sanggup memberdayakan penderitaan, sanggup menjadikan masalah sebagai momen untuk mengeluarkan kehebatan, sanggup menjadikan problem sebagai dorongan untuk berubah ke arah yang lebih bagus. Kalau Anda termotivasi saat mendapatkan uang tapi hancur dan kecewa saat tidak mendapatkannya, Anda termasuk orang biasa. Kalau Anda bangkit oleh keadaan yang baik tapi hancur oleh keadaan yang buruk, Anda termasuk orang biasa. Semua orang melakukan hal seperti itu. Orang biasa sering dilemahkan oleh masalah, kalah oleh penderitaan, dan gelap oleh kenyataan. Apa yang ingin saya katakan di sini adalah bahwa kreativitas Anda terkait dengan mental Anda. Banyak orang yang kreativitasnya lemah karena menilai dirinya dirundung banyak masalah. Ini keliru. Seharusnya banyak masalah digunakan sebagai pemacu kreativitas. Apa orang kreatif tidak sedih, tidak kecewa, tidak marah, tidak hancur hatinya ketika dihantam badai? Kalau saya jawab tidak, pasti itu kebohongan. Umumnya, manusia akan bereaksi sama saat terkena pukulan dari kenyataan, apalagi pukulan itu bersifat mendadak. Orang yang paling tangguh pun akan remuk hatinya ketika dihantam badai yang tak terduga. Bedanya, seberapa lama kita roboh? Bedanya, apa yang kita lakukan setelah badai itu berlalu? Bedanya, sekreatif apa kita mengeluarkan jurus-jurus? Bisa dikatakan, orang menjadi kreatif karena membuka diri menjadi pembelajar. Pembelajar yang saya maksud adalah orang yang terus berusaha menciptakan perubahan diri dari perubahan kenyataan yang dihadapi (changing the self). Konsep pembelajaran yang dikembangkan oleh Boyatziz (1999) memberikan sebuah arahan untuk menjalani tiga proses agar kita bisa berkembang dari keadaan saat ini, yaitu menolak kenyataan hari ini (tapi dengan kesadaran, bukan dengan amarah), lalu merumuskan masa depan atau sasaran ideal yang ingin kita wujudkan, dan berjuang dengan tindakan (action). Setiap saat dunia selalu memberikan gap antara harapan dan kenyataan. Kita sering menyebutnya problem. Gap ini dapat kita pahami sebagai cara Allah Swt mendidik kita mengeluarkan kreativitas, bukan sebaliknya. Tanyakan kepada diri kita masing-masing setiap menghadapi gap, “kreativitas apa yang harus kita keluarkan?”
Sumber: