Kejuaraan Dunia Panjat Tebing, Aries Borong Gelar
ATLET panjat tebing Aries Susanti Rahayu kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Pemanjat yang dijuluki Spiderwoman tersebut kembali merebut gelar juara nomor speed di ajang IFSC Climbing World Cup di Xiamen, Tiongkok, yang digelar akhir pekan lalu (27-28/10). Sekaligus mencatatkan hattrick gelar Aries di seri IFSC Climbing World Cup sepanjang musim 2018. Sebelumnya, Aries menjadi kampiun di IFSC Climbing World Cup di Chongqing pada 5-6 Mei dan IFSC Climbing World Cup di Wujian, 20-21 Oktober lalu. Di final, atlet asal Grobogan itu mengalahkan climber Rusia Iuliia Kaplina. Dia menorehkan waktu 7,532 detik. Sedangkan, Kaplina harus gagal finis lantaran terjatuh. Prestasi tersebut membuktikan bahwa Aries layak bersanding dengan climber elit dunia. Kini, atlet berhijab tersebut bertengger di ranking empat nomor speed putri dunia. Peringkat tiga besar dihuni climber Eropa, yakni, Anouck Jubert (Prancis) di peringkat pertama disusul dua Mariia Krasavina (Rusia) dan Kaplina. Di nomor putra, Aspar Jaelolo harus puas menyabet perak. Aspar harus mengakui keunggulan Bassa Mawem asal Prancis. Catatan waktu keduanya terpaut sangat tipis 0,02 detik. Aspar membukukan waktu 5,620 detik, sedangkan, Mawem melesat dengan waktu 5,6 detik. Medali perunggu diaraih Reza Alipourshena dari Iran dengan catatan waktu 7,600 detik melawan Dmitrii Timofeev dari Rusia yang terjatuh. "Pertandingan seri terakhir ini sangat luar biasa, sangat ketat. Untuk masuk ke final sangat susah. Rata-rata waktu pemanjat 5 hingga 6 detik," kata Aspar. Dia mengaku cukup kerepotan untuk melangkah ke partai puncak. Kemarin malam, tim panjat tebing sudah tiba kembali di Indonesia. Pelatih speed Hendra Basir memberikan libur dua hari kepada atletnya sebelum memulai persiapan untuk Asian Championships di Kurayoshi, Jepang yang berlangsung 7-11 November mendatang. "Ada 11 atlet yang akan turun di tiga kategori plus nomor combined," ucap Hendra saat dihubungi kemarin. Hendra tidak menargetkan apapun di kejuaraan Asia tersebut. Menurut dia, turnamen tersebut hanya sebagai tes awal untuk persiapan kualifikasi Olimpiade 2020 tahun depan. Namun, Hendra juga tidak menampik performa anak didiknya sedikit menurun. "Lelah itu pasti, dan juga karena sudah tidak ada pelatnas lagi setelah Asian Games. Jadi, kami hanya memantau dan mengarahkan saja supaya fisik atlet tidak drop dan berat badan tetap stabil," terang pria yang juga sebagai dosen Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta itu. (jpg/apw)
Sumber: