Meski Indonesia Surplus 2,85 Juta Ton, Potensi Impor Beras Masih Ada

Meski Indonesia Surplus 2,85 Juta Ton, Potensi Impor Beras Masih Ada

JAKARTA- Pemerintah akhirnya menggunakan metode baru dalam menghitung data produksi beras nasional. Langkah tersebut mengakibatkan terjadi penyusutan jumlah surplus beras. Yakni, dari 13,03 juta ton (versi Kementerian Pertanian) menjadi 2,85 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan, surplus beras 2,85 juta ton yang dihasilkan metode penghitungan baru, yaitu kerangka sampel area (KSA), masih kurang memenuhi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, konsumsi beras masyarakat dalam sebulan saja mencapai 2,5 juta ton. "Surplus ini bagus, harus kita apresiasi. Tapi, melihat kebutuhan bulanan 2,5 juta ton, Anda bisa lihat. Cukup enggak kalau surplusnya segitu?" katanya saat konferensi pers kemarin. Surplus 2,85 juta ton itu akan tersebar, antara lain, untuk menutupi kebutuhan rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen, pedagang, penggilingan, industri hotel, restoran dan kafe (horeka), serta ke Perum Bulog. Dia menjelaskan, 44 persen dari surplus beras 2,85 juta ton dikonsumsi 14,1 juta rumah tangga produsen. Jumlah itu setara 1,35 juta ton beras. Artinya, rata-rata setiap 1 rumah tangga produsen hanya mendapat surplus 7,5 kilogram (kg) beras per bulan. "Itu adalah jumlah surplus yang sangat sedikit," katanya dalam jumpa pers kemarin. Belum lagi, kondisi pada bulan-bulan tertentu yang memengaruhi musim panen. Dengan demikian, kata Kecuk -sapaan Suhariyanto- pemerintah masih perlu mengantisipasi defisit beras. Terutama pada bulan-bulan tertentu saat belum memasuki musim panen. "Jangan sampai berpendapat, surplus 2,85 juta ton itu aman lho," ucap dia. Sekjen Kementan Syukur Iwantoro menambahkan, meski ada surplus beras 2,85 juta ton, kebutuhan konsumsi nasional juga meningkat. Selama empat tahun, populasi penduduk meningkat menjadi 265 juta atau naik 12,8 juta jiwa. Artinya, kebutuhan konsumsi beras bertambah menjadi 1,7 juta ton. Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, sebaran surplus beras 2,85 juta ton ke rumah tangga produsen bakal mengurangi persediaan beras lokal di Bulog. Maret lalu stok beras di Bulog hanya 500 ribu ton. Kondisi tersebut membuat pemerintah beberapa waktu lalu memutuskan untuk impor beras. Apalagi, perkiraan panen beras pada Maret lalu meleset. "Sudahlah, impor itu bukan barang haram. Daripada rakyat (kesulitan, Red)," ujarnya Pemerintah mengaca pada langkah Filipina yang tidak impor beras pada tahun ini. Akibatnya, inflasi Filipina pada Agustus lalu melonjak menjadi 6 persen. Padahal, jika Filipina mau mengantisipasi defisit beras dengan impor, angka inflasi pada Agustus seharusnya hanya 2 persen. Yang pasti, lanjut Darmin, pemerintah kini makin mudah mengantisipasi kelangkaan beras dengan pembaruan data produksi beras. Minimal, kisruh data beras di level pemerintah tak ada lagi karena semua mengacu pada data BPS. Ditanya kemungkinan akan melakukan impor beras lagi pada tahun depan, pemerintah belum memutuskan. "Belum, belum. Kan kita lihat dulu di akhir tahun ini stok (beras Bulog) tinggal berapa. Akhir tahun itu sebetulnya belum panen, tapi stoknya berapa, kita sudah tahu posisinya." Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar memaparkan jumlah stok beras di gudang Bulog. Dari kontrak impor beras 1,8 juta ton, jumlah yang sudah masuk gudang Bulog sebanyak 1,5 juta ton. Sisa 300 ribu ton beras impor belum diserap Bulog. Di luar itu, Bulog tahun ini menyerap beras dari dalam negeri sebanyak 1,5 juta ton. "Serapan beras dalam negeri itu sudah digunakan untuk bansos (bantuan sosial), operasi pasar, dan bantuan bencana. Stok (beras lokal) di Bulog tinggal 800 ribu ton," urainya. Ditambah serapan beras premiun 150 ribu ton, praktis stok beras dalam negeri di Bulog kini sebanyak 950 ribu ton. Dengan total impor beras 1,8 juta ton, total stok beras di Bulog mencapai 2,75 juta ton. Stok itu cukup sampai akhir tahun. Sebab, tahun ini Indonesia sudah melakukan impor. Jika tidak ada impor, stok beras Bulog saat ini hanya 950 ribu ton. Jumlah itu berada di bawah ambang batas impor, yakni Bulog minimal mempunyai beras 1 juta ton. (jun/far/rin/nis/c10/agm)

Sumber: