Siswa Jangan Mati Gaya dengan IT

Siswa Jangan Mati Gaya dengan IT

Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Kapustekkom) Kemendikbud Gogot Suharwoto mengungkapkan, revolusi industri 4.0 di bidang pendidikan harus disiapkan dari empat sisi. Dari sisi kurikulum bagaimana menyiapkan anak-anak familiar dengan big data. Misalnya penggunaan telepon dan record-nya, google map, belanja, dan lainnya. Kemudian sistem informasi, intelijen sistem di mana anak-anak diajari programming. Juga bagaimana menyiapkan anak-anak ini dalam digital society. "Jadi era digital yang sudah maju seperti ini, jangan sampai anak-anak kita terjebak di tiga hal, yaitu salah fokus, mati gaya dengan IT, sampai gila atau stress, karena ekses negatif dari dunia digital juga banyak. Menurut Kominfo dari satu juta konten yang diskrining hanya 200 ribu positif, 800 ribu negatif. Jangan sampai anak-anak kita terjebak di konten yang negatif," beber Gogot dalam International Symposium on Open, Distance and E-Learning. Dia menambahkan, tantangan teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan berbagai potensi yang mampu mempersempit kesenjangan digital. Kemudian pembentukan karakter, transformasi pendidikan digital, dan pendidikan kejuruan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan dengan memperbaiki kurikulum 2013 (K-13). "K-13 sudah mengadopsi C4 karena kami bukan menyiapkan anak-anak yang pintar menghitung, cepat menghafal, yang bisa mengerjakan soal dalam waktu 2 detik. Itu semua bisa dikerjakan mesin," ujar Gogot. Yang disiapkan pemerintah, lanjutnya, anak C4 yaitu creative, punya collaborative work, critical thinking dan problem solving, dan communication skill. Sedangkan gurunya harus bisa C4 dan mengimplementasikannya di kelas. Juga menginovasi teknologi yang dibutuhkan siswa mereka. "Yang tak kalah penting adalah guru harus bisa menginspirasi siswanya untuk mampu berbagi dengan siswa-siswa lain supaya bisa berbagi terobosan memahami materi pelajaran di sekolah," terangnya. Dari sekolah atau lembaganya, Gogot menjelaskan, sedang disiapkan mulai dari input, proses, output dan outcome yang sesuai. Inputnya sudah ada program penerimaan peserta didik baru (PPDB) online. Harus bersentuhan dengan internet bagi orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya masuk sekolah. Kemudian prosesnya di sekolah, anak-anak akan diperkenalkan bagaimana mendaftar di kelas, mengikuti pelajaran dengan men-download materi, mengerjakan soal secara digital, pekerjaan kelompok dengan digital. "Sekarang ada grup-grup WA, LINE, dan lainnya, jadi anak-anak diperbiasakan belajar dengan memanfaatkan teknologi yang ada," pungkasnya.(jpg/bun)

Sumber: