Harga Pertalite Diusulkan Naik

Harga Pertalite Diusulkan Naik

JAKARTA-PT Pertamina (Persero) berencana mengusulkan kenaikan harga BBM jenis umum, yaitu perta series. Usulan itu akan disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk dievaluasi. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan saat ini perseroan sedang mengkaji hal usulan kenaikan harga bensin non subsidi yang beroktan minimal 90 dan ke atas ini. "Fokus kami (saat ini) persiapan revisi Perpres (191 Tahun 2014). Dalam waktu yang bersamaan akan kami usulkan (kenaikan harga), tapi kami belum ajukan," tutur dia di kantor Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas), Rabu (16/5). Nicke memastikan, walau pihaknya akan mengusulkan kenaikan harga, perseroan akan tetap mengedepankan tugas untuk melayani masyarakat. Sejalan dengan Nicke, Sekretaris Perusahaan Pertamina Syahrial Mukhtar mengaku telah melakukan komunikasi dengan pemerintah terkait penyesuaian harga BBM."Kami sedang konsultasi mengenai harga dengan pemerintah, nanti kami sampaikan hasil konsultasi seperti apa," kata Syahrial. Menurut dia, sebagai BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah, Pertamina akan terus melakukan konsultasi dengan pemerintah terkait harga dengan terus memperhatikan daya beli masyarakat. Terkait ketentuan kenaikan harga maksimal sekali setiap bulan, Syahrial juga mengaku menurut saja. "Intinya itu pasti sudah dilakukan dengan perencanaan yang matang kan ya. Nanti kami akan ikuti itu," kata dia. Sementara itu Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito membantah kenaikan harga Pertalite dilakukan demi menutup potensi kerugian yang didapat Pertamina akibat menanggung selisih harga solar subsidi dan premium. Dia menegaskan kenaikan harga tersebut didasari adanya kenaikan harga minyak dunia. Menurut dia, perhitungan BBM penugasan seperti premium ataupun BM tertentu seperti solar subsidi berbeda dengan perhitungan BBM umum seperti pertamax series dan pertalite. Sayang, Adiatma tidak mau merinci perhitungan tersebut. Pastinya hingga Januari-Februari 2018, Pertamina telah mengakui adanya potensi kerugian sebesar Rp 3,9 triliun akibat menanggung selish harga solar subsidi, premium di Jawa Madura Bali (Jamali) dan premium penugasan luar Jamali. Hingga akhir tahun, Pertamina memproyeksi ada potensi kerugian sebesar Rp 24 triliun. Seperti diberitakan, setelah bulan lalu menaikkan harga pertamax series, pada Sabtu (24/3/2018) Pertamina menaikan harga pertalite dan solar non-subsidi. Untuk wilayah DKI Jakarta, harga solar non subsidi pada 24 Maret 2018 naik Rp 200/liter menjadi Rp 7.700/liter. Harga solar non subsidi sebelumnya sebesar Rp 7.500/liter. Harga Pertalite juga naik Rp 200/liter menjadi Rp 7.800/liter. Sebelumnya harga Pertalite hanya Rp 7.600/liter. Sejak Januari 2018, Pertamina telah menaikan harga pertalite sebanyak dua kali. Pada 13 Januari 2018, harga pertalite hanya Rp 7.500/liter. Kemudian pada 20 Januari 2018, Pertamina menaikan harga pertalite sebesar RP 100/liter menjadi Rp 7.600/liter.(dtc/kps)

Sumber: