Makin Agresif, Tiongkok Pasang Rudal di Laut Cina Selatan

Makin Agresif, Tiongkok Pasang Rudal di Laut Cina Selatan

Beijing menegaskan kembali haknya untuk membangun fasilitas pertahanan di Laut Cina Selatan yang menjadi sengketa. Namun Beijing menolak untuk mengonfirmasi kalau mereka telah memasang rudal baru di pulau-pulau buatan yang telah dibangun di wilayah tersebut. Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (4/5), Amerika Serikat (AS) memperingatkan, Beijing akan menghadapi konsekuensi atas militerisasi Laut Tiongkok Selatan. Jaringan CNBC Amerika melaporkan pada Rabu (2/5), militer Tiongkok memasang pertahanan antikapal dan udara di pos-pos terdepan. Jika informasi tersebut memang benar, maka dapat memicu ketegangan baru antara negara-negara yang berbatasan dengan kawasan laut penting tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying tidak membenarkan adanya pemasangan rudal oleh Beijing. Menurutnya, Tiongkok membangun fasilitas yang damai di Kepulauan Spratly. Sedangkan fasilitas pertahanan nasional hanya bertujuan untuk melindungi kedaulatan dan keamanan Tiongkok. "Mereka yang tidak berniat melanggar kedaulatan ini, tidak memiliki alasan untuk khawatir," kata Hua. Sengketa Laut Cina Selatan terjadi selama bertahun-tahun antara Tiongkok, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam. Mereka membuat klaim sendiri-sendiri di perairan dengan rute pelayaran global tersebut. Laut Cina Selatan diyakini memiliki cadangan minyak dan gas alam yang signifikan. Di pulau buatannya tersebut, Tiongkok juga memiliki pangkalan udara, radar, sistem komunikasi, fasilitas angkatan laut, dan persenjataan defensif. Di sana juga terdapat landasan pesawat yang dapat mengakomodasi pesawat militer. Menurut CNBC, rudal-rudal baru Tiongkok ditempatkan di Kepulauan Spratly yang terletak di perairan selatan Tiongkok, daratan antara Vietnam dan Filipina. Tepatnya di Karang Fiery Cross Reef, Subi, dan Mischief. Angkatan Laut AS sendiri sering mengirim kapal perang dan kapal induk untuk berpatroli di daerah itu. "Tiongkok harus menyadari bahwa mereka mendapat manfaat dari navigasi laut yang bebas, dan Angkatan Laut AS telah menjadi penjaminnya," kata Juru Bicara Pentagon, Dana White. Menurut White, Amerika akan terus melakukan patroli. Tak ada yang bisa menghentikan patroli AS.(ina/ce1/iml/trz/JPC)

Sumber: