Bahaya Konstipasi (Sulit Buang Air Besar) pada Anak

Buang air besar kegiatan rutin yang dilakukan hampir setiap hari seperti saat mandi, seusai makan, minum, dan buang air kecil. Pada bayi yang minum air susu ibu (ASI), dapat mengalami buang air besar setiap selesai minum, bisa lebih dari 5 kali setiap harinya. Pada usia anak yang lebih besar, misalnya usia lebih dari 3 tahun, buang air besar biasanya satu kali satu hari atau paling sedikit 2 sampai 3 kali per minggu. Bila frekuensi buang air besar dua kali atau kurang dalam seminggu, maka dapat digolongkan sebagai konstipasi, yaitu dapat diartikan sebagai kesulitan atau keterlambatan pengeluaran kotoran atau tinja. Konsistensi tinja yang keras, atau ukuran tinja yang besar menyebabkan adanya keterlambatan dalam pengeluarannya, hal tersebut akan terlihat dari usaha anak dalam mengejan atau mengedan saat buang air besar. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami konstipasi. Ketika anak mulai mengalami perubahan asupan makanan, sering terjadi gangguan pada saluran cernanya. Pola makan yang kurang seimbang, banyak mengkonsumsi makanan cepat saji, dan kurang minum air putih dapat menyebabkan konstipasi. Serat memiliki peran penting karena menahan lebih banyak air sehingga membuat kotoran atau tinja lebih lunak sehingga mudah dikeluarkan. Berikan minimal 2 sajian buah dan 3 sajian sayur sesuai porsi anak setiap hari. Sebaiknya sayur dan buah diberikan beranekaragam dan bervariasi cara penyajiannya, misalnya pemberian buah dengan cara dijus atau dimasukkan ke dalam agar-agar atau jelly, serta memasukkan beberapa jenis sayur ke dalam telur dadar atau bubur, anak tidak menjadi bosan dan akan meningkatkan selera makan anak. Selain serat, terapkan pola banyak minum air putih pada anak Anda. Sama seperti serat, kebutuhan jumlah air putih yang diminum juga disesuaikan dengan usia dan aktivitas anak, pada anak usia 2-4 tahun, minum air putih dianjurkan minimal 5 gelas perhari. Ajarkan anak Anda minum air putih setiap kali makan, bangun tidur, dan sebelum tidur. Berikan pemahaman mengenai pentingnya minum air putih demi kesehatan walaupun rasanya tidak semanis susu atau jus. Penyebab lain konstipasi yang tidak bisa dianggap remeh yaitu kegagalan melatih anak Anda buang air besar di jamban atau toilet. Usaha mengajarkan anak Anda ke toilet atau toilet training dimulai sejak usia anak 18 bulan hingga 3 tahun. Toilet training dilakukan dengan cara meminta anak Anda duduk di atas toilet atau mainan berbentuk toilet saat anak ingin buang air besar, atau dapat dilakukan sebagai bentuk rutinitas, misalnya setiap bangun pagi atau 15 menit setelah makan pagi atau makan siang. Usaha ini dimaksudkan untuk memiliki keinginan buang air besar yang teratur dan dapat mengejan sendiri. Konstipasi pada anak tidak selalu dapat dianggap sebagai penyakit ringan. Mengenali tanda dan gejalanya sejak dini juga penting untuk diketahui oleh orangtua. Perhatikan wajah anak setelah keluar dari toilet, apakah ada kepuasan setelah buang air besar atau malah menangis dan mengeluh, jika buang air besarnya sakit, tidak mau keluar, atau malah ada darah di tinja dan celananya. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang akan menyebabkan gangguan saluran cerna yang serius, dan segera konsultasikan pada dokter Anda. Jangan terburu-buru memberikan obat pencahar. Obat pencahar yang diberikan tidak tepat dapat meimbulkan diare, mual muntah, hingga kram usus. Pada kasus konstipasi pada anak, tenaga ahli kesehatan menganjurkan terapi jangka panjang agar konstipasi tidak terulang, yaitu dengan perbaikan gaya hidup misalnya membentuk kebiasaan buang air besar yang nyaman dan teratur dan pola makan dengan asupan nutrisi yang seimbang. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati, mulailah dengan perilaku hidup sehat. Penulis : dr. Ricca dokter di salah satu rumah sakit di Tangerang
Sumber: