Jelang All England 2018, Ganda Campuran Tambah Peluang Juara

Jelang All England 2018, Ganda Campuran Tambah Peluang Juara

MENGIRIMKAN 14 pebulutangkis ke turnamen top All England 2018 di Birmingham, Inggris Indonesia hanya menargetkan satu gelar juara lewat pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Tapi seiring dengan kembalinya pasangan "lama" di ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto kans Indonesia menambah peluang juara menjadi dua gelar terbuka lebar. Seperti diketahui pasangan Kevin/Marcus merupakan juara bertahan All England 2017. Itu dicapai usai di final tahun lalu mengkandaskan pasangan China Li Junhui/Liu Yuchen dengan skor 21-19, 21-12. Belakangan penampilan Kecin/Marcus semakin ciamik dan menyabet dua gelar juara di awal tahun 2018. Maka wajar peringkat nomor 1 BWF ini digadang-gadang PB. PBSI mampu mempertahankan gelar tersebut. Indonesia punya kans menambah gelar juara All England 2018 dari dua pasangan yang tampil yakni Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen/Debby. Owi/Butet -sapaan Tontowi/Liliyana tampil menawan diawal tahun 2018 dengan meraih gelar runner-up di Indonesia Master 2018. Ganda pencetak hat-trick juara di All England tahun 2012, 2013 dan 2014 dinilai sudah siap tempur setelah keduanya istirahat pada India Open 2018. "Persiapan All England sudah mantap. Kami memang menyiapkan pasangan yang masih sama-sama, kecuali Hafiz/Gloria. Dengan aturan yang baru tentu tidak semua pemain turun ke sana," lanjut Vita Marissa. Saat ini disebutkan Vita, kondisi Tontowi/Liliyana sudah bagus. Dalam arti, untuk level dan usia Liliyana yang tidak lagi muda memang dipersiapkan untuk ajang yang prioritas saja. "Jadi tidak diporsir harus 12 turnamen seperti saat muda dulu dan All England ini menjadi salah satu targetnya," ujarnya. Hasil drawing pun menguntungkan Owi/Butet karena keduanya ada di bagan paling bawah dan kans bertemu wakil Indonesia lainnya ada di final. "Ya memang seperti itu kondisinya. Kami sih berharap Tontowi/Liliyana bisa terus melaju hingga final. Meski kami juga berkeinginan yang muda bisa menggantikan seniornya," dia menegaskan. Sementara kans untuk juara juga datang dari Praveen/Debby. Dipasangkannya kembali Praveen/Debby, tak lepas dengan dimulainya regulasi BWF yang mengamanatkan tidak adanya babak kualifikasi pada turnamen level 2 dan level 3 dalam kejuaran All England 2018, sehingga turnamen dihelat sejak babak utama atau fase 32 besar. Untuk juara Praveen/Debbby diminta Asisten pelatih ganda campuran Vita Marissa meminta keduanya meminimalisasi kesalahan individu, terutama buat Praveen yang dinilai masih inkonsisten dalam aksinya saat pertandingan. Praveen dan Debby tampil apik dan keluar sebagai juara All England 2016. Tapi sejak itu laju mereka naik turun. Penampilan Praveen yang naik turun dinilai sebagai penyebab utama inkonsistensi ganda campuran peringkat kedua nasional itu. Praveen kerap membuat kesalahan sendiri hingga menguntungkan lawan. Tahun 2017 pelatih pun memutuskan menceraikan Praveen dengan Debby. Praven tampil bersama pasangannya saat juara PON XIX/2016 di Jawa Barat Melati Daeva pada tiga turnamen awal. Vita meminta Praveen agar tampil lebih dewasa di All England. "Sebenarnya kalau latihan dari dulu tidak masalah, cuma saat tanding yang kadang ada masalah. Kadang non teknis yang lebih banyak ketimbang kejadian teknisnya. Bukan kalah sama lawan, tapi melawan diri sendiri yang sulitnya," kata asisten pelatih ganda campuran Vita Marissa. "Tapi, dengan dia sempat dipisah dari Debby, mungkin pola permainannya bisa beda. Bisa juga dia (mudah-mudahan) semakin dewasa. Tadinya dia berpikir mungkin kalah tidak masalah karena saya masih pemain muda. Nah, diharapkan sekarang dari pola pemikirannya dia bisa matang saja," dia menambahkan. Vita menyebut dia dan kepala pelatih tak bosan-bosannya untuk terus mengingatkan Ucok, panggilan Praveen Jordan, untuk tetap fokus dan mampu menjaga konsentrasi di sepanjang pertandingan. Vita menambahkan tak sekadar mengingatkan, Praveen/Debby juga mendapat tantangan di All England ini. Apa itu? "Pastilah..orang yang pernah menjadi juara All England pasti seharusnya ada keinginan lagi untuk menjadijuara. Tapi kita lihat saja, apalagi China saat ini belum ada pasangan yang kuat," dia menambahkan. (apw/okz)

Sumber: