Pemerintah Surati Perusahaan, Lulusan D-4 Sulit Cari Kerja
JAKARTA – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyoroti pandangan beberapa instansi dan pelaku usaha yang masih beranggapan lulusan pendidikan politeknik D-4 tidak setara dengan sarjana akademik. Anggapan itu membuat lulusan D-4 kesulitan mendapat pekerjaan. Karena itu, Kemenristekdikti telah mengirim surat kepada berbagai instansi yang masih menganggap lulusan D-4 tidak setara sarjana akademik. Dalam surat itu tertuang pernyataan bahwa lulusan D-4 sejajar dengan sarjana akademik. "D-4 itu sarjana akademik. Jadi enggak ada bedanya," kata Nasir. Dia menambahkan, saat ini Kemenristekdikti tengah fokus merevitalisasi politeknik. Mulai kurikulum, penguatan kapasitas dan kapabilitas dosen hingga kompetensi mahasiswa. Kurikulum politeknik dirancang dengan skema 3-2-1. Artinya, tiga semester di kampus, dua semester di industri, dan satu semester di kampus/industri untuk menyelesaikan tugas akhir. "Saya berharap lulusan politeknik menjadi ‘pemain tengah’ dalam penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing tinggi,” tutur Nasir. Hal yang berbeda diungkapkan Nasir, Badan Tenaga Atom International atau International Atomic Energy Agency (IAEA), berkolaborasi dalam mengembangkan tenaga nuklir untuk perdamaian. Sejak menjadi anggota IAEA pada 1957, hingga kini Indonesia menghasilkan berbagai riset dan produk berbasis teknologi nuklir di bidang pangan, kesehatan, obat-obatan dan pertanian. Nasir mengatakan, melalui teknologi nuklir Indonesia harus mengembangkan riset yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat di bidang pangan, kesehatan dan obat-obatan. "Di bidang pangan dan kesehatan sudah berjalan baik dengan mutasi breeding kedelai dan produk radioisotop untuk kesehatan," katanya. Nasir menambahkan, kolaborasi Indonesia dan IAEA ini sekaligus memperkuat kerja sama pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai. Apalagi Indonesia ditunjuk sebagai pendamping negara-negara di bagian selatan selatan dalam meningkatkan kapasitasnya memanfaatkan nuklir. IAEA memandang Indonesia memiliki banyak tenaga ahli di bidang nuklir dan memiliki berbagai kesuksesan riset nuklir. "Fasilitas reaktor riset dan Iradiator Gamma dengan tingkat kandungan dalam negeri menjadi bukti bagi IAEA bahwa Indonesia cukup berkembang di bidang nuklir. Selain itu, aspek keselamatan dan keamanan pemanfaatan nuklir pun optimal," beber Nasir. Meski begitu, pemerintah belum resmi mendeklarasikan pemanfaatan nuklir untuk energi. Wacana studi tapak pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di sejumlah tempat diwarnai pro dan kontra dan masih ada kekhawatiran di masyarakat yang beranggapan nuklir membahayakan. (jpnn/mas)
Sumber: