Anjal Zaman Now Makin Kreatif
PAMULANG-Anak jalanan (anjal) kini bermetamorfosa. Jika dulu tampangnya dekil, baju compang camping, kini menjadi lain. Anjal zaman sekarang turun ke jalan dengan kreativitas. Pantauan Tangerang Ekspres, di sejumlah lampu pengatur arus lalu lintas (Apill) di Kota Tangsel, masih terdapat anjal yang meminta-minta. Di perempatan German Center misalnya, terkadang masih ditemukan anak-anak berseragam sekolah dasar (SD). Mereka membawa amplop bertuliskan permintaan sumbangan pada pengguna jalan. Biasanya, amplop berisi tulisan itu, diselipkan ke kaca spion mobil atau dikasih langsung ke pengendara sepeda motor. Lalu, d Lampu Merah Rawa Mekar Jaya, anjal yang turun ke jalan dengan mengatasnamakan komunitas. Mereka datang dengan tubuh dicat berwarna silver. Dengan telanjang dada, mereka mengetuk jendela mobil untuk meminta sumbangan. Dengan membawa kardus berisi tulisan nama komunitas mereka meminta-minta. Keberadaan rombongan anak-anak dengan usia sekitar belasan turun ke jalan itu, membuat Tangerang Ekspres penasaran. Koran ini pun menelusuri jejak rombongan anak yang mengatasnamakan Komunitas Silver tersebut. Setelah ditelusuri, komunitas ini bermarkas di dekat Situ Pamulang, Kecamatan Pamulang. Mereka, kerap turun ke jalan tepatnya sekitar bundaran Maruga Ciputat, lampu merah Rawa Mekar Jaya Serpong, Bundaran Pamulang. Hampir tiap sore menjelang malam mereka berada di lokasi-lokasi tersebut. Anggota Komunitas Silver Aray (22) mengatakan, saat ini ada sekitar 15 orang anggota komunitas tersebut. Usianya dari 10 sampai dewasa. "Kita biasa kumpul di sekitar Situ Pamulang dan sebagian tinggal di lapak-lapak pemulung di dekat situ tersebut. Anggota komunitas ini ada warga setempat, pendatang dari Sumatera Barat dan Jawa," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis (8/2). Aray menambahkan, ia bersama rekan-rekannya membawa kotak bertuliskan mencari sumbangan untuk mempermudah mendapatkan uang. Dengan begitu warga yang melintas lebih percaya dan memberikan uang kepadanya. Uang yang terkumpul biasanya digunakan untuk membeli serbuk silver yang digunakan untuk mengecat tubuh dan rambut mereka. Ia menyatakan, untuk satu tubuh manusia, membutuhkan serbuk silver seharga Rp20 ribu. Dari hasil meminta-minta itulah, mereka membeli serbuk silver untuk mewarnai tubuhnya. Dan, sisa uang yang didapat digunakan untuk makan. Menurutnya, tiap satu lokasi mangkal ditempatkan sekitar lima orang anggota silver. Hasil yang diperoleh dari sore sampai malam mulai dari Rp80 ribu sampai Rp150 ribu tergantung kondisi keramaian. Mereka menjadi manusia silver terinspirasi dari komunitas silver yang ada di Kota Tua, Jakarta Utara. "Setelah melihat manusia silver di Kota Tua, kenapa tidak kita terapkan di jalan raya untuk mencari uang," tuturnya. Sementara itu, Ketua RT 1/ RW4 Kelurahan Pondok Benda, Pamulang Sukardi mengatakan, anggota komunitas tersebut sebagaian tinggal di lapak pemulung wilayahnya. "Mereka sudah ada sejak tiga bulan lalu dan satu bulan lalu datang ke saya minta perlindungan kalau ada apa-apa di jalan," ujarnya. Sukardi menambahkan, ia sendiri bingung tujuan mereka melakukan hal tersebut untuk apa. Apakah mencari sensasi atau tujuan lain namun, ia tidak mengetahui secara pasti. "Saya berharap mereka jangan nakal dan berbuat kriminal," tuturnya. (bud/esa)
Sumber: