DPRD Tangsel Dijaga Ormas dan Ojol, Sekwan : Kita Tidak Alergi Kritik Dan Saran

Sekretaris DPRD Kota Tangsel Wahyudi Leksono. -(Tri Budi Sulaksono/Tangerang Ekspres)-
TANGERANGEKSPRES.ID, SETU — Pada 25-31 Agustus 2025 lalu terjadi demonstransi besar-besaran di Jakarta dan sejumlah daerah di Indonesia. Unjuk rasa tersebut dilakukan lantaran masyarakat menuntut keadilan atas isu gaji dan tunjangan anggota DPR RI yang dinilai besar.
Bahkan, dalam demonstrasi tersebut terujung korban jiwa dan terjadi kericuhan dibeberapa daerah. Di Kota Tangsel sendiri terbilang kondusif dan tidak terjadi hal-hal yang diinginkan terjadi seperti daerah lainnya.
Di DPRD Kota Tangsel sendiri pada 1 dan 2 September 2025 lalu juga diisukan akan ada demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Namun, demo tersebut tidak jadi meskipun petugas gabungan telah siaga untuk mengamankan aksi tersebut.
Namun, selain dijaga oleh petugas gabungan baik polri, TNI, satpol pp maupun pihak pengamanan DPRD Tangsel, juga terlihat puluhan masyarakat dari berbagai elemen juga berkumpul dan menjaga kantor DPRD Tangsel.
Sekretaris DPRD Kota Tangsel Wahyudi Leksono mengatakan, saat DPRD Tangsel diisukan akan didemo banyak masyarakat yang datang untuk menjaga kantor tersebut.
”Kemarin banyak ormas dan ojol yang datang. Kita kan ada inbauan dari Polda Metro Jaya bahwa warga jaga warga, yang kita kategorikan seperti itu. Warga jaga warga biar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi,” ujarnya, Senin, 8 September 2025.
Wahyudi menambahkan, masyarakat yang datang tersebut beraktivitas dimana saja karena mereka interas dengan kondisi Indonesia saat ini, sehingga mereka sama-sama saling menjaga. ”Massa banyak yang datang, baik ormas, komunitas dan warga biasa juga ada,” tambahnya.
”Jadi kita paham tidak semua ingin kekerasan dan ini sebenarnya untuk menghindari kekerasan dan menghindari kerusuhan. Tidak bisa menyelesaikan masalah dan rusuh itu yang tidak kita inginkan. Ini fenomena, ya begitu ada demo rusuh, berartikan ada antisipasi warga juga kenal setiap demo rusuh,” jelasnya.
Wahyudi mengaku, setiap masyarakat Kota Tangsel ingin menjaga kondisifitas kota yang dicintainya. ”Intinya semua saudara kita, semua punya kepentingan untuk negara ini, cuma jangan sampai kepentingannya ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menginginkan lain,” ungkapnya.
Menurutnya, gedung DPRD Tangsel dijaga oleh masyarakat bukan berarti pihaknya alergi atau menolak demonstrasi atau menyampaikan aspirasi. Dirinya tetap menerima kritik dan saran namun, bisa disampaikan secara tepat.
”Banyak dan kita lihat fenomena, menyampaikan aspirasi bisa disampaikan bulan depan dan kalau sekarang rentan dan kekhawatiran itu tinggi dan kita tidak tahu pihak-pihak mana itu. Ini berarti bukan dewan takut didemo oleh rakyat, dewan itukan punya rakyat dan rakyat punya dewan dan sebenarnya saling berinteraksi,” ungkapnya.
Menurutnya, masyarakat yang akan menyampaikan aspirasi atau demo dipersilahkan saja tapi, tujuannya apa. Bila tujuannya pasti untuk kebaikan Indonesia sebaiknya jangan dulu karena, fenomena itu yang saat ini terjadi disana sini terjadi kerusuhan.
”Demo itu atau protes bisa lewat surat, email dan lainnya. Yang kemarin banyak masyarakat itu berasal mungkin dari simpatisan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan lainnya. Kalau bicara dewan itu banyak bendera, yang pasti ini kemarin satu dan kita tidak bisa melihat ini berasal dari mana,” tuturnya.
Ditanya tekait besaran gaji dan tunjangan apa saya yang diperoleh ketua dan anggota DPRD Tangsel, Wahyudi enggan menjawabnya. Juga termasuk adakah kenaikan gaji atau tunjangan anggota dewan namum, ia tetap tak mau menjawabnya.
Sumber: