Melihat Rumah Kakak-Beradik Keterbelakangan Mental Tak Layak Huni, Sachrudin Menangis

Melihat Rumah Kakak-Beradik Keterbelakangan Mental Tak Layak  Huni, Sachrudin Menangis

Mantan Wakil Wali Kota Tangerang Schrudin meninjau rumah Dillah dan Barok penderitaan keterbelakangan mental di Kota Tangerang yang memprihatinkan, Minggu (4/2). -Ahmad Syihabudin-

TANGERANGEKSPRES.ID - Kondisi yang kurang baik dan memprihatinkan dialami dua kakak beradik, Dillah (40) dan Barok (37), warga RT 006 RW 10, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.

Keduanya merupakan penderita keterbelakangan mental tinggal di rumah yang sangat tidak layak. Bila hujan, rumah itu bocor. Sementara untuk makan sehari-hari, Dillah dan Barok dibantu sanak keluarga di lingkungannya.

Pakaian digunakan tampak lusuh. Saat Tangerang Ekspres berkunjung pun, Barok adik dari Dillah hanya bertelanjang dada tanpa baju dan hanya menggunakan kain sarung dengan tubuhnya yang kurus.

Kondisi rumah lantainya hanya beralas semen dan berdinding batako hitam seperti bekas terbakar. Tak ada perlengkapan apapun layaknya rumah hunian. Hanya balai papan sebagai alas tidurnya, hampir puluhan tahun tidak pernah direnovasi.

 

Kisah kedua kakak beradik ini diceritakan oleh Zaka Rizki (35) yang tak lain adalah saudara sepupu dari Dillah dan Barok kepada Tangerang Ekspres, Minggu (4/2).

Zaki mengatakan, ibunda dari Abang Dillah dan Abang Barok adalah kakak dari orang tuanya. Sejak lahir, keduanya memang memiliki keterbelakangan mental. Tetapi keluarga lebih memilih untuk merawat sendiri.

"Namun, keadaan mereka berdua berbeda setelah kedua orang tua Dillah dan Barok wafat dan mereka semakin dewasa. Ada kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi keluarga secara internal," ujar guru mengaji di lingkungannya ini.

 

Menurut dia, rumah dengan luas 60 meter ini adalah warisan dari kedua orang tua mereka. “Kami sekeluarga akan mengurus mereka di rumah ini. Namun dengan segala keterbatasan. Dahulu, meski ditinggal orang tua, mereka terjamin hidupnya oleh kakak dari ibu saya (alm) Ustazah Saniah. Namun, semenjak beliau juga wafat jadi sedikit berbeda secara finansial," tuturnya.

 

Pernah, seminggu yang lalu, kedua kakak beradik tersebut mengamuk dan marah karena hujan yang membuat bocor rumahnya itu.

 

Akhirnya, karena kondisi tersebut, keluarga pun mencoba men-share melalui media sosial dan pengajian-pengajian, mungkin saja ada dermawan yang mau membantu mengulurkan tangan membedah rumah, tempat tinggal Dillah dan Barok.

 

"Alhasil, kita pun berswadaya, mengumpulkan sedikit rejeki untuk membangun kembali atapnya yang sudah bocor," ujarnya.

 

Namun, lanjut Zaka, nuansa swadaya itu seperti berbeda, seperti memanfaatkan momen kekurangan Dillah dan Barok. Terdapat beberapa dari mereka, kata Zaka, hanya berswafoto tanpa realita. Ia pun heran kenapa harus seperti itu dan itu semua hanya kiasan semata.

 

"Akhirnya upaya kita untuk membedah rumah ini tidak berlanjut, hanya seremonial membantu itu," ucap Zaka.

 

Akhirnya, 2 hari lalu, tepatnya pada Jumat (2/2) dengan sedikit keberaniannya, Ustad Zaka mencoba menghubungi H. Sachrudin yang telah lama di kenalnya sebagai Wakil Wali Kota Tangerang.

 

"Saya hubungi beliau (Sachrudin) hanya lewat pesan WhatsApp, subhanallah, langsung direspon oleh beliau. Dan alhamdulillah gak pakai banyak tanya. Beliau hanya bilang berapa biayanya, semua saya yang tanggung. Masya Allah," urai Zaka dengan mata berkaca-kaca.

 

Secara fisik, Dillah dan Barok dinilainya memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Mereka jarang sekali sakit. Namun demikian pernah satu hari Barok ini terjatuh dan tertimpa atap rumahnya berupa seng kepalanya berdarah, hingga harus berobat ke Puskesmas Petir.

 

"Bersyukur, Puskesmas Kelurahan Petir tidak pernah mempersulit selalu dilayani dengan baik. Tapi, kadang saya sendiri bingung bertahun-tahun seperti ini, daya tahan tubuh mereka berdua sangat kuat. Jarang sekali sakit, yang terpenting jangan sampai mereka lapar. Makannya pun tidak seperti kita orang biasa yang banyak memilih makan sesuai selera," jelasnya.

 

Zaka pun berharap dan seperti yang pernah disampaikan keluarga kepada pihak Kecamatan Cipondoh, setelah selesai bedah rumah dalam 2 minggu ke depan ini, minimal setiap bulan ada paket sembako buat Dillah dan Barok. Atau makanan siap saji agar mereka tidak kelaparan.

 

Minggu (4/2) pagi WIB, Sachrudin di tengah kesibukan sebagai tokoh masyarakat dan juga menahkodai DPD Partai Golkar Jelang Pemilu 2024, menyempatkan diri untuk datang bertemu dan melihat langsung kondisi rumah dan kondisi kedua kakak beradik itu.

 

Tak banyak kata dia ucapkan, hanya air mata nampak menetes diantara kedua matanya. Sesekali ia melepas kaca mata yang digunakan untuk menyeka air matanya itu.

 

"Sedih saya," kata itu terucap terputus-putus dari bibirnya.

 

Ucap kata bersyukur dan berterima kasih, dilontarkan Sachrudin kepada Zaka yang cukup lami dia kenal dengan baik.

 

"Dari Ustad Zaka saya dapat informasi ada saudara kita, warga kita yang mempunyai keterbelakangan mental yang tempat tinggalnya sangat memprihatinkan," ujarnya.

 

Sama seperti cerita Zaka, pesan WhatsApp itu olehnya langsung dijawab, "Oke, berapa butuh biaya renovasi langsung saya transfer, kemarin," kata Sachrudin.

 

Padahal, Sachrudin mengaku saat pesan WhatsApp itu disampaikan ustadz Zaka dia tidak tahu kondisinya seperti apa.

 

"Tidak boleh ada orang miskin dan orang terlantar di Kota Tangerang, termasuk tidak boleh ada anak putus sekolah," tukasnya.

 

Pelayanan terhadap kelompok itu sudah sangat baik dijalankan di Kota Tangerang. Tetapi, ini hanya karena masalah informasi. Semua pihak termasuk orang-orang baik dan dermawan butuh informasi dengan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.

 

"Ini semua adalah tanggungjawab kita semua bukan hanya pemerintah saja. Saya akan renovasi rumah mereka sampai dengan selesai dan insya Allah, saya siap menjadi orang tua asuh bagi Dillah dan Barok," ujarnya.

 

Sachrudin mengatakan, undang-undang menjelaskan secara tertulis bahwa orang miskin dan orang terlantar dipelihara oleh Negara. Untuk selanjutnya, ia pun akan segera berkomunikasi dengan Dinas Sosial Kota Tangerang untuk membantu menyiapkan kebutuhan bagi Dillah dan Barok.

 

"Semoga para Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dapat lebih bekerjasama dengan masyarakat. Jangan sampai ada yang terlewat, PSM dapat menumbuhkan kepedulian warga masyarakat untuk berperan serta dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, meningkatkan kepedulian warga masyarakat dalam menangani masalah sosial. Sebab PSM adalah mitra pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial," katanya. (*)

Sumber: