PLTU di Banten Disebut Penyebab Polusi Jakarta, Ini Kata Tokoh Banten
TangerangEkspres.co.id - Tingkat polusi di Indonesia tengah menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, bahkan PLTU di Banten disebut menjadi penyebab utama polusi di Ibukota DKI Jakarta. Namun Tokoh pendiri Provinsi Banten, KH Embay Mulya Syarief meminta semua pihak untuk berpikir objektif, sebab hal itu harus dibuktikan dengan penelitian khusus penyebab terjadinya polusi udara. Ia mengatakan, aktifitas PLTU di Banten yang sudah puluhan tahun memproduksi listrik. Jika memang PLTU jadi penyebab polusi maka yang pertama kali terdampak tentunya warga sekitar PLTU itu sendiri. "Harus kita akui lah bahwa PLTU terbanyak itu ada di Banten dan sudah sejak lama, kalau tudingan itu (sumber polusi Jakarta dari PLTU di Banten) benar pasti yang terkena dampaknya terparah adalah yang terdekat di lokasi, buktinya kan tidak ada," katanya di Serang, Jumat (25/8). Menurutnya, tudingan tersebut dianggap mengada-ada dan dipenuhi kepentingan. Terlebih, kata dia isu ini muncul di tahu politik dan ditengarai ada kepentingan bisnis di balik tudingan tersebut. "Ya, saya kira ini mengada-ada ya khawatir itu ada unsur persaingan bisnis kemudian juga ada unsur politik misalnya gitu ya, di tahun politik ini," ujarnya. Meski begitu, KH Embay mendukung penuh rencana transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Namun, transisi itu tentunya membutuhkan waktu agar masyarakat terbiasa dan tidak terjadi gejolak. "Kemudian memang saya juga mendukung ya bahwa kita harus berupaya mencari energi terbarukan pengganti bahan bakar karena batu bara juga lama-kelamaan akan habis juga kan karena dia sumbernya dari alam. Nah, ini juga kita perlu waktu juga untuk transisi ini jangan sampai akibat terganggu supply masyarakat kita kan sudah sangat ketergantungan kepada listrik sekarang," terangnya. Sementara, Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra menjelaskan dalam mengoperasikan pembangkit, pihaknya menjunjung tinggi prinsip Enviromental, Social and Governance (ESG) sehingga PLN IP sangat memperhatikan emisi gas buang dari pembangkit. "Selama PLTU atau PLTGU beroperasi, kami selalu berupaya tekan emisinya semaksimal mungkin, serta dimonitor secara realtime terhubung langsung dengan dashboard Kementerian LHK," jelasnya. Operasional PLTU di bawah PLN IP telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan termutakhir Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memastikan emisi gas buang dari operasional pembangkitan ditekan semaksimal mungkin. "CEMS merupakan teknologi yang digunakan untuk memantau emisi pembangkit secara terus menerus. Sehingga emisi yang keluar dari cerobong dapat dipantau secara real time dan dipastikan tidak melebihi baku mutu udara ambien yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," ungkapnya. Di kawasan Jabodetabek, seluruh pembangkit PLN IP mulai dari PLTU Suralaya 1-7, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Priok, PLTU Labuan, PLTU Lontar, dan PLTU Suralaya 8 telah dilengkapi CEMS. "Berbagai upaya yang dilakukan PLN IP di atas berhasil memperbaiki kualitas udara ambien di sekitar lokasi pembangkit di Jakarta dan Banten. Parameter PM 2.5 di sekitar lokasi pembangkit menunjukkan tren yang cenderung menurun dan masih di bawah Baku Mutu Ambien (BMA) yang ditetapkan pemerintah," paparnya. (*) Reporter: Syirojul Umam
Sumber: