RSU Tangsel Beberkan Cara Pencegahan Diabetes Melitus
PAMULANG-RSU Kota Tangsel mengadakan penyuluhan kesehatan dengan tema "pola hidup sehat mencegah diabetes melitus". Penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu lantai 2, gedung 2, RSU Kota Tangsel, Rabu (26/7). Sebagai narasumber adalah dr. Harry Andrean, Sp.PD (dokter spesialis penyakit dalam) dan dimoderatori oleh dr. Faisal Akbar. Penyuluhan tersebut terbuka untuk umum dan gratis. Pasien dan keluarga pasien diabetes melitus yang sedang berobat juga banyak yang mengikuti penyuluhan tersebut. Dalam penyuluhan tersebut, dr. Harry menyampaikan terkait cara mencegah dan mengantisipasi agar tidak terjadi komplikasi bagi yang sudah terkena diabetes. Menurutnya, diabetes melitus (DM) atau yang sering disebut diabetes adalah penyakit yang disebabkan gangguan insulin dalam tubuh kita. "Penderita diabetes di Indonesia dari 273 juta populasi kita hampir 20 juta menderita DM. Kalau di Banten dari kasus se-Indonesia sekitar 5,3 persennya," ujarnya, Rabu (26/7). Harry menambahkan, faktor risiko penyakit diabetes mulai dari mereka yang memiliki obesitas, usia tua, sering makan juck food, kurang makanan yang berserat (kurang buah) dan kurang olahraga. Ada gejala klasik DM, yakni mudah lapar, mudah haus dan mudah pipis. Sedangkan gejala lainnya adalah berat bada turun, mudah mengantuk, kesemutan, luka sulit sembuh, pandangan kabur, dan mudah lelah. "Kalau ternyata salah satunya ada bukan berarti kita DM dan jangan diagnosa sendiri dan harus konsultasi ke dokter," tambahnya. Menurutnya, kasus DM angkanya semakin tinggi terjadi di Indonesia dan dunia. Sehingga penyakit itu semakin meningkat jumlahnya dan kalau bisa dicegah sehingga kita tidak menderita DM. Mulai dari pola hidup dan pola makan serta olahraga yang rutin bisa mengurangi angka kejadian DM tersebut. "Pola makan sendiri dijaman sekarang ini sudah tidak sangat tidak sehat, mulai dari kurangnya sayur dan buah, makan makanan junk food tinggi kalori tapi, kandungan gulu cukup tinggi. Terus jaman sekarang olahraga kurang, aktivitas kurang, kegiatan aktivitas cenderung duduk saja, ini juga meningkatkan risiko untuk menderita DM," jelasnya. "Jadi mulai dari remaja sampai lansia, kalau bisa mulai dari remaja kita mulai menanamkan diri untuk mencegah dan karena kalau sudah lanjut usia risiko lebih tinggi lagi untuk menderita DM dan komplikasinya," ungkapnya. Harry menuturkan, pencegahan DM ada tiga cara, yakni primer, skunder dan tersier. Untuk pencegahan primer adalah orangnya masih sehat, belum ada diagnosis DM dan inilah yang penting menanamkan olahraga rutin dan makan yang sehat. Pencegahan skunder, ini untuk orang yang sudah menderita DM. Kita yang saat ini kondisinya sehat saja belum tentu kita tidak DM. Cara mendeteksinya adalah sesegera mungkin dengan rutin skrening usia diatas 40 tahun. Skrening dapat diakukan 6 bulan sekali ke dokter. "Kalau kita melakukan itu kita tidak tahu apakah ada DM atau tidak. Apalagi kalau orangtua kita penderita diabetes," terangnya. Pencegahan ketiga adalah tersier, yakni orang yang sudah rutin pakai obat dan pakai suntik insulin dan berobat rutin. Yang dicegah adalah supaya tidak komplikasi, dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Pencegahan tersier memang agak lebih rumit karena pasien harus kontrol rutin ke dokter. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi adalah kepatuhan berobat, rutin kontrol," ungkapnya. Menurutnya, bagi kita yang masih sehat pertahankan dengan pencegahan primer. Usia muda jarang sekali diketahui apakah memiliki penyakit DM atau tidak karena kondisi kita sehat-sehat saja. Namun, bila kita memiliki orangtua yang memiliki diabetes sebaiknya pada usia 30 tahun segera periksa ke dokter lantaran faktor keturunan memiliki risiko tinggi. "Anak-anak bisa juga kena DM, ini disebut DM tipe 1. Tipe 1 bukan karena pola hidup tpi, kelainan di pankreas. Jadi produksi insulinnya rusak atau gagal. Apalagi kalau anak yang obesitas. Bayi juga berisiko kena DM kalau berat bayinya dibawah 2,5 kg," tuturnya. (adv)
Sumber: