Minus Emosi, Vinales Bisa Juara
MOTOGP 2017 sejauh ini sangat enak untuk dinikmati penggemar balap motor di dunia. Alasannya tidak lain persaingan ketat pebalap dari satu seri lomba ke seri yang lain. Alhasil di paruh musim ada lima sampai enam pebalap yang punya peluang menjadi juara dunia. Salah satu yang paling mendapat perhatian untuk bisa merengkuh gelar itu adalah Maveric Vinales pebalap Movistar Yamaha. Mantan pebalap Suzuki ini diyakini legenda balap motor asal Italia Giacomo Agostini punya kans besar juara dunia untuk pertama kali. Agostini kaget dengan perkembangan Vinales pada musim pertamanya dengan tim pabrikan Yamaha. Sempat ada di puncak klasemen sementara diawal musim saat ini ia sementara ada di posisi kedua papan klasemen. "Ya (saya menyenangi Vinales), saya tak menduga ia bakal punya start seperti ini dengan Yamaha," ucap Agostini yang pernah menggendarai Yamaha pada tahun 1974-1975 itu.Pemilik delapan gelar juara dunia kelas utama 500 cc itu menyatakan untuk juara Vinales hanya butuh satu syarat. Mantan pebalap dengan rekor kemenangan terbanyak yakni 122 kali juara tersebut menyatakan syaratnya terkait emosi. "Kini tergantung pada dirinya sendiri untuk mengendalikan emosi terkait dengan persaingan gelar juara dunia," tuturnya. Sementara soal persaingan di MotoGP 2017, Agostini mengaku suka dengan balapan tahun ini. Dinilainya balapan sejauh ini, rutin menghadirkan kejutan sehingga siapa yang akan keluar sebagai juara sulit ditebak. Agostini, yang usianya sekarang sudah 75 tahun, dalam wawancara dengan Corriere della Sera, mengaku rutin mengikuti perkembangan MotoGP 2017 yang sedang memasuki jeda tengah musim setelah sembilan seri balapan. Pria kelahiran Brescia, Italia, 16 Juni 1942 itu mengungkapkan ketertarikannya menyaksikan lomba juga terkait persaingan pebalap asal negaranya dengan rider Spanyol. "Ada kejutan dalam setiap balapan, saya suka itu. Rider Italia cukup menonjol. Kami sebelumnya ketinggalan cukup jauh dari Spanyol, sekarang saya merasa lebih optimistis," kata Agostini seperti dilansir speedweek.com. Di akhir paruh pertama lima rider teratas cuma terpaut 26 angka di papan klasemen. Kelimanya juga sama-sama sudah merasakan naik podium teratas. Empat di antaranya bahkan sudah bergantian memuncaki klasemen, salah satunya Valentino Rossi. "Sejujurnya saya tak menyangka, walaupun saya tahu persis betapa hebat dirinya," ujar Agostini mengenai keberhasilan Rossi itu. Rossi, yang punya tujuh titel juara dunia kelas primer, saat ini menempati posisi keempat klasemen. Di lima besar, Andrea Dovizioso yang menempati posisi ketiga menjadi satu rider Italia lainnya. Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, tampak tak yakin bisa melampaui atau bahkan menyamai rekor legenda MotoGP, Giacomo Agostini. Menurutnya, rekor kemenangan terbanyak balapan grand prix milik Agostini masih sangat jauh untuk dikejar. Ribet Yamaha Protes Aturan Kualifikasi Salah satu manajer Yamaha, Massimo Meregalli memprotes aturan kualifikasi MotoGP yang dinilai ribet. Meregalli menilai regulasi kualifikasi yang menghitung catatan waktu terbaik dari tiga sesi latihan bebas cukup merepotkan. Hal ini sebelumnya, rider Ducati Corse, Andrea Dovizioso, mengeluhkan masalah yang sama. Dovi berpendapat kalau para pebalap yang mengikuti kualifikasi tak memiliki waktu untuk memilih ban dan pengaturan terbaik. Karena itu, Meregalli meninjau lebih dan mengetahui bahwa para pebalap hanya mengikuti satu kali latihan bebas. Sebab, para pebalap memiliki waktu lebih untuk fokus pada persiapan balap. Sejauh ini, rider banyak kelelahan saat mengikuti sesi latihan hingga kualifikasi ketimbang race. “Akan lebih baik jika kami hanya memiliki satu sesi latihan bebas pada Jumat. Hal itu akan membuat kami lebih fokus untuk memilih ban dan setelan terbaik untuk motor,” ungkap Meregalli, dikutip dari Tuttomotoriweb, Jumat (21/7/). Meregalli menambahkan, jika hanya dirinya yang mengeluarkan pendapat, tentu tak akan memengaruhi aturan yang dibuat Dorna. Ia mengharapkan para pebalap juga turut serta memberikan masukan. “Sayangnya hal ini tak bisa kami putuskan sendiri. Namun, jika banyak yang melakukan protes, tak mungkin Dorna hanya diam begitu saja,” jelasnya. (apw/dtc)
Sumber: