Tumbuhkan Minat Baca Anak, Magma Tambah 8 TBM

Tumbuhkan Minat Baca Anak, Magma Tambah 8 TBM

CIPUTAT,TANGERANGEKSPRES.CO.ID-Taman Baca Masyarakat (TBM) memiliki peran besar dalam menumbuhkan minat baca anak dan menyiapkan generasi mendatang agar melek dengan kebudayaan literasi. Salah satu TBM yang ada di Kota Tangsel adalah TBM Masyarakat Gemar Membaca (Magma). Saat ini TBM Magma memiliki 127 TBM yang tersebar di 54 kelurahan Se-Kota Tangsel. Pendiri sekaligus Ketua Umum Komunitas TBM Magma Herlina Mustikasari mengatakan, tahun ini pihaknya akan menambah 8 TBM lagi. "Dari buka sejak 2010 kita sudah punya 127 TBM dan tahun ini akan tambah 8 TBM lagi. Jadi kalau ada usulan bisa diberitahu, tempatnya dari masukan masyarakat dan nanti akan disurvey," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Minggu (17/7). Herlina menambahkan, selama ini TBM itu identik dengan swadaya masyarakat, dibuat dan dimiliki oleh masyarakat. "Namun, meskipun punya masyarakat tapi, bantuan dari Pemkot Tangsel dari dulu tuh sangat luar biasa untuk kegiatan literasi kita. Dan itu jadi juga menjadi semangat bagi tekan-rekan TBM," tambahnya. Menurutnya, sarana TBM berasal dari masyarakat dan pihaknya hanya membantu prasarana seperti meja, kursi, lemari, rak, buku dan pembinaan. "Bagaimana mengelola TBM, bagaimana menghimpun segala kelebihan kekuatan masyarakat untuk membuat TBM berjalan dan bagus itu tugas kita," jelasnya. Keberadaan TBM sebagai ujung tombak dalam menumbuhkan minat baca anak dan menciptakan budaya literasi masyarakat Indonesia diakuinya sangat tepat. Sebab, TBM benar-benar berada di tengah-tengah warga. “TBM ini dibuat oleh warga dan dibangun di tengah lingkungan warga. Bisa di pos kamling, musala, TK, Paud, bekas kandang ayam, dan di rumah-rumah warga. TBM ini terbuka untuk umum dan dikelola oleh masyarakat,” katanya. Herlina mengungkapkan, kesadaran masyarakat untuk mendirikan TBM cukup besar, meski berjalan lamban. Sebab, TBM dibuat dan dikelola oleh masyarakat. “Memang, kalau bicara idealnya, seharusnya setiap RW memiliki satu TBM,” ungkapnya. Wanita berkerudung ini menjelaskan, TBM bersifat nonprofit dan dikelola atas swadaya masyarakat maupun pribadi. TBM didirikan oleh warga yang sadar akan pentingnya literasi bagi masyarakat dan dunia pendidikan. "TBM ini sifatnya nonprofit, sehingga semua adalah kekuatan dari pengelolanya. TBM ada pengurusnya, mereka ujung tombak merangkap ujung tombok," jelasnya. Saat ini kelurahan yang masih kurang jumlah TBM adalah di Bambu Apus, Pamulang. Ia berharap masyarakat dapat mengusulkan tempatnya untuk dijadikan TBM. "Karena TBM itu sifatnya kekeluargaan, bisa jalan kaki, ga perlu dandan kalah mau ke TBM dan berbeda dengan kalau kita pergi ke perpustakaan," ujarnya. Herlina mengatakan, pengelolaan TBM yang baik dapat menghindarkan TBM tersebut dari mati suri. Apalagi, biaya pengelolaan TBM itu dilakukan atas swadaya dibebankan kepada pengelola masyarakat itu sendiri. "Kalau dari 127 TBM yang ada, hanya 20 persen yang tidak aktif," tutupnya. (bud)

Sumber: