1 Ton Sabu Masuk Anyer
ANYER--Polisi membongkar penyelundupan narkoba jenis sabu kelas kakap. Satu ton sabu diamankan dari sindikat internasional di Hotel Mandalika, kawasan Anyer, Serang, Kamis (13/7). Sabu senilai Rp 1,5 triliun itu diselundupkan dari Cina melalui jalur laut oleh empat warga Taiwan. Polisi yang membongkar penyelundupan ini adalah tim gabungan dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya bersama Polresta Depok. Pengungkapan sabu yang rencananya akan diedarkan di Jakarta ini merupakan yang terbesar dalam sejarah penindakan narkoba di Indonesia. Keempat pelaku penyelundup antara lain Lin Ming Hui (LMH), Chen Wei Cyuan (CWY), Liao Guan Yu (LGY), dan Hsu Yung Li (HYL). LMH berperan sebagai bos atau pengendali. Dia tewas ditembak polisi karena melakukan perlawanan. Sedangkan ketiga pelaku berhasil ditangkap dan kini berada di Polda Metro Jaya. Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan yang datang ke lokasi penyergapan mengatakan, total sabu yang diamankan sebanyak 1 ton senilai Rp 1,5 triliun. ”Nilainya 1,5 triliun rupiah. Satu pelaku lagi kami masih dalam pengejaran,” katanya kemarin. Iriawan menjelaskan, pelaku yang berjumlah empat orang asal warga negara Taiwan tersebut sempat melawan polisi saat hendak diringkus. Ada beberapa anggota polisi yang ditabrak oleh pelaku dengan menggunakan mobil sehingga anggota tersebut harus dilarikan ke klinik terdekat. “Bentuk narkoba ini sudah dalam kemasan. Salah satu pelaku yang diduga bos pengendali yang melawan anggota polisi terpaksa ditembak karena melawan,” katanya. Menurut dia, jaringan narkoba itu tidak melibatkan warga negara Indonesia. Keempatnya merupakan warga negara Taiwan. Dari Cina mereka menggunakan kapal yang bermesin sangat canggih sehingga suaranya tidak terdengar. “Jalur dari Taiwan masuk ke Indonesia melalui laut. Kita akan mendalami kasus ini,” ujarnya. Pengungkapan penyelundupan sabu ini, kata Iriawan, berawal dari informasi Kepolisian Taiwan tentang pengiriman barang terlarang yang akan masuk ke wilayah Indonesia. Polda Metro Jaya kemudian membentuk tim surveilance dan tim sergap. “Tim sudah dua bulan di sini untuk memantau,” jelasnya. Pengiriman sabu itu diduga menggunakan kapal besar dari Cina dan melepas jangkar di tengah laut. Kapal besar itu kemudian membuang muatannya berisi sabu ke laut. Lalu keempat pelaku dari Pantai Anyer menjemput menggunakan kapal karet bermesin untuk dibawa ke daratan. Setibanya di daratan, sabu yang sudah dikemas dalam karung diinapkan dulu di Hotel Mandalika. Hingga akhirnya ketika dimasukkan ke mobil untuk dibawa ke Jakarta, polisi menyergapnya. Dari ketiganya, Hsu Yung Li sempat melarikan diri namun akhirnya tertangkap. Dia ditangkap Kepala Desa Anyer Ikhwan Badrudin saat mencoba kabur. Hsu Yung Li ditangkap saat sedang menyetop angkot di depan sebuah apotek. Menurut Ikhwan, saat itu dirinya hendak pergi ke Cilegon sekitar pukul 16.30 WIB. Dia melihat warga Taiwan di depan Apotek Gama Anyer. Kala itu, warga Taiwan itu sedang menghentikan angkutan umum dan bus pariwisata yang melintasi Jalan Raya Anyer menuju ke Cilegon. “Saya punya kesimpulan dia pelaku penyelundupan sabu yang kabur. Kemudian, saya hentikan dan menelepon Polsek dan Babinsa Anyer. Pelaku langsung dibawa ke Mapolsek Anyer,” terangnya. Kabid Humas Polda Banten AKBP Zaenudin mengatakan penangkapan sabu yang mencapai 1 ton ini baru kali pertama terjadi di wilayah Banten dan di seluruh Indonesia. Dirinya juga mengaku selalu memonitoring, akan tetapi karena keterbatasan personel dan peralatan, sehingga mereka bisa lolos. “Mungkin Banten menjadi sasaran karena merupakan pintu gerbang menuju Jakarta dan wilayah perairan Banten juga cukup luas sehingga dijadikan tempat untuk pelaku ke luar masuk,” katanya. Berdasarkan informasi, keempat penyelundup sabu itu masuk ke Hotel Mandalika dengan alasan ingin memancing di laut. Mereka masuk kawasan hotel yang lokasinya persis di depan Koramil Anyer itu menggunakan mobil Avanza bernopol B-1215-BCO dan Innova bernopol B-8103-HM. Penjaga hotel bernama Adheri mengatakan, empat pelaku masuk ke lingkungan hotel sekitar Kamis dini hari pukul 00.00 WIB. Karena tak bisa berbahasa Indonesia keempat pelaku memberikan isyarat ingin memancing dengan cara memeragakan tangan memegang alat pancing. Keterangan ini didapat dari kawannya bernama Enting dan Fadhil yang piket malam. “Mereka masuk ke hotel katanya mau mancing,” ujarnya. Adheri mengatakan, sejak dibangun Hotel Mandalika memang jarang digunakan oleh para tamu untuk menginap. Karena hotel itu sudah rusak dan bocor. Namun, sesekali hotel itu digunakan untuk resepsi pernikahan karena ada gedung serba guna. ”Terkadang halamannya digunakan untuk kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar. Tapi memang kawasan Hotel Mandalika sering digunakan masyarakat untuk memancing,” katanya. (tb/tnt/ang/bha)
Sumber: