Korea Suka Pisang, Hongkong Doyan Kerupuk

Korea Suka Pisang, Hongkong Doyan Kerupuk

Memproduksi barang, lantas menjualnya ke luar negeri memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan pasar domestik. Terutama jika yang diproduksi dan dijual adalah makanan. Namun, kesulitan tersebut sebanding dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Karena itu, Ida Widyastuti justru fokus menggarap pasar ekspor. Khususnya pasar makanan ringan.

Melalui Roemah Snack Mekarsari, Ida sudah beberapa tahun memasarkan keripik ke beberapa negara di Asia. Mulai Hongkong, Tiongkok, Korea Selatan, Filipina, sampai Arab Saudi. Keripik yang dipasarkan pun beragam. Mulai berbahan dasar pisang hingga tempe. Perjuangan menembus pasar ekspor tidak hanya mengandalkan kualitas barang yang mumpuni. Ida juga mengeluarkan biaya besar untuk mencari buyer dari negara-negara yang dibidik.
’’Saya harus mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk mengikuti pameran di luar negeri guna memperkenalkan produk kepada calon pembeli. Saya juga harus belajar mengenai kesukaan dan kebiasaan konsumen di negara yang saya sasar,’’ katanya ketika ditemui di Sidoarjo akhir pekan lalu. Bukan hanya selera konsumen yang diriset. Tetapi juga standar kebersihan, nilai gizi, dan beragam persyaratan teknis dalam produk makanan yang akan dikirim. Semua produknya juga harus lolos uji di lembaga pengawas obat dan makanan di setiap negara. Menurut Ida, dari sejumlah negara pasar produknya, Korea merupakan negara yang paling ketat pengujiannya. Jika produk yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan, denda besar menantinya. Pada awal-awal mengekspor keripik tempe ke Korsel, Ida pernah didenda Rp 90 juta. Gara-garanya, kadar keasaman keripiknya lebih tinggi dari ketentuan. Setelah diusut, supplier Ida ternyata menggoreng keripik itu dengan minyak goreng dua kali pemakaian. ’’Orang Korea tidak menyukai hal itu,’’ jelasnya. Denda Rp 90 juta tersebut bukan satu-satunya klaim yang pernah didapat. ’’Setiap makanan yang saya kirim tidak sesuai dengan standar, saya selalu kena denda. Tapi, seiring berjalannya waktu, produksi kami semakin baik dan kini pihak Korea bahkan sudah percaya dengan produk kami tanpa dilakukan tes lagi,’’ paparnya. Ida memang tidak memproduksi semua produk yang dijual sendiri. Dia merangkul lebih dari 50 UKM yang membantunya memproduksi beragam penganan ringan. Total pekerja di mitra-mitra bisnisnya lebih dari 3.000 orang. Roemah Snack Mekarsari tidak hanya membantu puluhan UKM dan ribuan pekerja, tetapi juga petani pisang. Keripik pisang memang menjadi fokus utama Ida untuk dipasarkan ke luar negeri. ’’Pisang agung Indonesia memiliki ciri dan rasa yang khas. Selain itu, pisang tidak bisa tumbuh di negara empat musim sehingga masyarakat di sana akan membeli keripik pisang kami dengan harga yang jauh lebih tinggi,’’ ungkap Ida. Perbedaan harga jual di luar negeri bisa mencapai 30 persen. Kalau di Indonesia rata-rata harganya Rp 30 ribu per kilogram, di Korea Selatan harganya bisa mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Roemah Snack Mekarsari rata-rata mengekspor lima kontainer keripik pisang setiap bulan dan belasan ton aneka keripik ke beberapa negara. Ida memang tidak hanya memproduksi keripik tempe dan pisang. Lebih dari 20 jenis keripik dia ekspor ke Korea Selatan. Untuk tujuan Hongkong, Ida telah mengirim hingga 110 jenis keripik. ’’Produk untuk Hongkong diambil dari pabrik kami yang berlokasi di Sidoarjo dan Jombang. Jenis yang paling sering diminta di Hongkong adalah kerupuk,’’ tuturnya. (pus/c15/noe)

Sumber: