Lima RW Bersaing di Kategori Kampung Bersih, Sambutan Meriah untuk Juri
SERANG – Berdasarkan hasil penilaian Dewan Juri Lomba Kampung Bersih dan Aman (LKBA) Kabupaten Serang 2019 dilakukan pada Jumat (8/11) di tiga Kecamatan yakni Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Kecamatan Ciomas, setiap RW menunjukkan persaingan cukup ketat. Nilai tinggi hingga mencapai angka di atas rata-rata diraih lima RW di tiga kecamatan tersebut. Persaingan cukup ketat ini untuk kategori kampung bersih. Untuk kategori kampung aman, pengurus RW di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas masih berproses untuk meraih nilai tinggi pada penilaian tahap kedua, Desember nanti. “Memang, kalau dilihat dari hasil penilaian, setiap desa (RW-red) bersaing ketat menunjukkan kebersihan dan keamanan lingkungannya,” kata Kabid Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pada DMPD Kabupaten Serang Nasir Al-Afghani kepada Radar Banten. Menurut Nasir, ketatnya persaingan antar RW di Kecamatan Cinangka, Padarincang, dan Ciomas ini dipicu oleh semangat warga bergotong royong memperbaiki lingkungannya. Lima RW yang meraih nilai tinggi dari hasil penilaian ini karena lingkungannya memang bersih, hijau, pengelolaan sampahnya cukup baik, inovatif, dan aman. Sebelum ada lomba, lanjut Nasir, warga mungkin masih malas-malasan bergotong royong. Tapi, dengan LKBA, seluruh desa yang mengutus satu RW-nya bergegas membersihkan dan meningkatkan kebersihan dan keamanan lingkungan. “Ini juga akan menjadi motivasi untuk kampung lainnya agar berbenah,” ungkapnya. SAMBUTAN MERIAH UNTUK JURI Kedatangan tim juri LKBA Kabupaten Serang 2019 pada Jumat (8/11) dikemas oleh warga dari tiga RW di Kecamatan Padarincang dan Cinangka. Seperti dialami tim 4 di Kecamatan Padarincang. Di RW 06, Kampung Sawah, Desa Padarincang, tim juri ini disambut grup musik rudat. Sambutan musik tradisional yang dibawakan belasan pemuda yang tergabung dalam grup Jamiatul Fata (Jafa) ini terjadi saat tim 4 tiba di Kantor Desa Padarincang sekira pukul 09.00 WIB. Dari kantor desa, empat anggota tim 4 berjalan kaki sekira 100 meter. Iring-iringan belasan pemuda berseragam biru dengan musik rudat menyertai tim juri. Suasana semakin meriah. Kampung Sawah sudah mengalami banyak perubahan. Lukisan tokoh-tokoh film kartun seperti Hulk, Narutodan Doraemon, serta pot tanaman dari ban bekas hingga drum bekas untuk tempat sampah menghiasi jalan kampung dan rumah-rumah warganya. Kemeriahan bertambah ketika warga kampung ini berhamburan keluar rumah untuk melihat proses penilaian juri LKBA Kabupaten Serang 2019. “Antusias warganya luar biasa, sampai disambut pakai alat musik rudat,” kata Kabid Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pada DMPD Kabupaten Serang Nasir Al-Afghani. Kepala Desa Padarincang Iyus Pariyadi mengaku sengaja mempersiapan grup musik rudat. Sambutan ini, menurutnya, menjadi tanda bahwa Kampung Sawah siap dinilai. Persiapan kebersihan dan keamanan lingkungan kampung ini sudah dilakukan warga sejak Agustus 2019. “Ini inisiatif pemuda yang ingin menyambut juri dengan rudat,” akunya. Iyus mengaku senang dan bahagia menyambut kehadiran juri. Setelah kunjungan tersebut, Iyus berharap, warganya menambah semangatnya dan termotivasi untuk persiapan penilaian tahap kedua, Desember nanti. “Kami akan menunjukkan hasil maksimal. Pasti juara,” tegas Iyus optimis. Sambutan tak kalah meriah juga diterima tim 4 juri LKBA di RW 01, Kampung Bugelmasjid, Desa Bugel, Kecamatan Padarincang. Grup kasidah ibu-ibu mengiringi kedatangan tim juri yang berjalan kaki dari Kampung Sawah. Warga Bugelmasjid ikut menyambut tim juri dengan atraksi debus. “Kami siapkan penampilan debus untuk menyambut juri,” kata Kepala Desa Bugel Muhtar. Juri dari Polda Banten Komisaris Polisi (Kompol) Alimuda Pulungan mengapresiasi antusiasme warga Bugelmasjid. Namun, dari hasil penilaian tim 4, lingkungan Bugelmasjid masih perlu pembenahan pada bidang keamanan. “Perlu ada kelengkapan siskamling,” pungkasnya. Di Kecamatan Cinangka, tepatnya di RT 01 RW 008, Kampung Kopi, Desa Cikolelet, tim 1 juri LKBA juga disambut grup rebana dan atraksi pencak silat binaan Pemerintah Desa Cikolelet. Sambutan ini menunjukkan lingkungan Kampung Kopi pantas menjadi bagian dari Desa Cikolelet dengan status Desa Wisata. Hal itu sejalan dengan pengakuan tim juri yang menilai, kampung ini bisa masuk nomisasi LKBA 2019. Pantauan Radar Banten, kendati kedatangan juri sempat berubah waktu dari pagi menjadi siang, warga tetap antusias menyambutnya dengan rebana dan pencak silat. Setelah berjalan sekira satu kilometer dari rumah Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat, tim juri langsung mengunjungi stand hasil kreativitas warga di depan pos ronda RT 01 RW 008, Kampung Kopi. Di sepanjang jalan di kampung ini, tim juri mendapati pagar bambu yang rapi. Ketika masuk kampung, berbagai jenis tanaman telah ditata di pinggir jalan. Juri langsung berdialog dengan pengurus RT dan RW di pos ronda. Juri juga mengunjungi kandang kambing produksi susu kambing etawa dan kelompok ibu-ibu penanam jamur merang. Gerakan pencak silat mengiringi tim juri yang terdiri dari perwakilan Polda Banten Iptu Tata Suatara, Korem 064 Maulana Yusuf Kapten Inf. Mujayin, Kaukus Lingkungan Hidup Anton Susilo, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang Rianto, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Ita Supiani. Ojat Darojat mengaku, warganya antusias menyambut dan mempersiapkan diri untuk menjuarai LKBA. Penyambutan juri dengan kesenian tradisional, lanjutnya, merupakan ekspresi warga. “Jadi, kita punya lima jenis kesenian tradisional, termasuk gendang pencak dan kasidah. Warga antusias sekali,” ujarnya kepada Radar Banten. Ojat mengaku, penilaian LKBA tahap pertama ini telah ditunggu warganya. Padahal, penataan Kampung Kopi baru 70 persen. Motivasi warga Kampung Kopi bukan hanya saja untuk LKBA. Tetapi juga agar menjadi kampung inovasi, menjadi destinasi tujuan wisata di bidang ekonomi kreatif. “Ada kelompok peternak kambing susu kambing etawa, daur ulang sampah, kuliner, dan beberapa kelompok ibu-ibu jamur merang,” katanya. “Alhamdulillah, sudah bisa digelar. Sudah kita tunggu sejak lama. Ini (penilaian-red) tahap pertama. Kekurangan tahap pertama bisa dipenuhi di tahap akhir,” imbuh Ojat. Ia mengaku, kekurangannya adalah gapura, drainase, lingkungan sarana anak, dan land mark Kampung Kopi. “Kami yakin sekali, dilihat dari kekompakan masyarakat dan penataannya. Harapan kami menjadi juara,” tandasnya. Koordinator tim 1 Inspektur Polisi Satu (Iptu) Tata Suatara mengaku kaget mendapat penyambutan yang luar biasa dari warga Kampung Kopi. Kondisi lingkungannya, nilai Tata, hampir sesuai dengan indikator penilaian kampung bersih dan aman. “Luar biasa penyambutannya, Jadi banyak sekali hasil-hasil kreatifivitas masyarakatnya, karena ini desa wisata. Ada susu kambing etawa, ada juga hasil karya lain. Kami disuguhkan dengan beraneka ragam penyambutan,” tuturnya. “Dari sisi kebersihan, sepintas luar biasa. Sangat bersih lingkungannya dan beberapa kriteria dari tim menyatakan luar biasa,” imbuh Tata. Senada dikatakan anggota tim 1, Anton Susilo. Ia mengaku, penyambutan warga Kampung Kopi cukup antusias. Namun, ada beberapa catatan yang perlu dilakukan warga jika ingin menjuarai LKBA. Berdasarkan hasil diskusi tim juri, kampung ini belum memiliki tempat pembuangan sampah (TPS). “Secara umum, Cikolelet luar biasa, ini sangat luar biasa,” tandasnya. (mg06-fdr/don)
Sumber: